Happy Reading
.
.
.
.
.
.
.
Manusia itu rumit, semua orang pasti mengakui hal itu. Manusia mengingat hal yang menyakitkan dengan mudah, namun malah melupakan momen bahagia dengan mudah pula.
Kadang semakin kita mencoba untuk melupakan sesuatu, maka hal itu justru akan semakin kuat tertanam di pikiran. Terus terngiang dan terputar layaknya kaset rusak yang memekakkan telinga.
Begitu pun Sakura, ingatan baik tentang sang ayah kerap kali luntur tiap ia mengingat peristiwa ditaman bermain. Hari dimana ia ditinggalkan sendiri. Hari dimana sang ayah melepaskan tautan tangan mereka...
Kalau ditanya, apakah ia menyayangi ayahnya? Maka tanpa keraguan ia akan menjawab iya... Pria yang menemaninya sejak kecil itu akan selalu ada dihatinya. Namun, ia tidak bisa menampik hadirnya perasaan sedih tiap ia mengingat peristiwa itu.
"Sasuke..." panggil Sakura pelan sambil menghentikan langkahnya. Mereka sekarang sudah berdiri tepat didepan taman bermain, tempat yang sudah mereka janjikan tadi malam. Tempat yang memiliki kesan buruk diingatannya...
"Tak apa Sakura... Ini tidak seburuk yang kau pikirkan. Aku bersamamu..." ucap Sasuke sambil mengangkat tangannya untuk menunjukkan tautan tangan mereka, berharap Sakura percaya padanya.
"Ayolah..." bujuk Sasuke lagi sambil melirik Sakura dengan tatapan lembut. Sakura akhirnya menyerah dan mengikuti Sasuke dengan langkah pelan.
Genggaman tangan Sakura spontan mengerat saat mereka memasuki taman bermain itu. Dan Sasuke jelas merasakannya. "Tak apa..." gumamnya kembali meyakinkan Sakura.
"Kau mau menaiki sesuatu?" tanya Sasuke, yang langsung direspon Sakura dengan gelengan. Sasuke tersenyum, "Kalau begitu kita hanya akan duduk? Itu namanya buang-buang waktu. Bukankah itu tidak baik, Sakura?"
Sakura mengangkat wajahnya, perkataan Sasuke memang benar. Itu bukan hal yang baik. Papanya dulu juga selalu mengajarinya untuk menghargai waktu. Lagipula Sasuke sudah membayar uang masuknya. Itu akan jadi sia-sia kalau ia tidak menikmati wahana apapun.
Akhirnya dengan ragu, ia mengamati sekelilingnya. Mencari kira-kira apa yang ia inginkan. Matanya lalu tertuju pada ayunan yang ada disalah satu titik. "Yang itu..." ucapnya sambil menunjuk sebuah ayunan, lalu kembali menunduk takut.
Sasuke melihatnya, itu hanya ayunan biasa yang bahkan ada ditaman komplek dekat rumah mereka. Mereka tidak perlu sampai kesini kalau hanya ingin menaiki itu. Ayunan itu juga sepertinya gratis bagi tiap pengunjung. Buktinya tidak ada loket pembelian tiket disekitarnya. "Hanya itu?" tanya Sasuke.
"Humm" guman Sakura. "Sakura mau naik itu saja" lanjutnya sambil terus berusaha menyembunyikan wajahnya dibalik lengan Sasuke.
Sasuke menghela napas. "Baiklah, ayo..." ucapnya mengalah.
Mereka pun menghampiri ayunan itu. Namun sebelum mereka tiba, sekelompok remaja sudah mendudukinya. Disana ada 4 buah ayunan yang bersebelahan dan malangnya semuanya sudah diduduki.
"Tidak jadi saja..." ucap Sakura sambil mencoba menarik tangan Sasuke menjauh. Ia tidak suka jika berebutan seperti itu. Ia tidak cukup berani untuk meminta salah satu ayunan. Dia bahkan tidak cukup berani untuk sekedar menunggu. Entah kenapa ia merasa semua orang akan menertawainya.
"Tak apa, Sakura. Jangan takut..." ucap Sasuke sambil menahan tubuhnya yang hendak ditarik menjauh oleh oleh Sakura. "Ta-tapi..." ucap Sakura terbata-bata.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Idiot Wife
FanfictionSasuke adalah pria dingin dengan ego tinggi. Dihadapkan dengan sebuah perjodohan yang tidak ia inginkan membuatnya muak. Terlebih gadis yang menjadi istrinya sedikit berbeda dari orang pada umumnya. Dia... Idiot... Bagaimana ia harus bersikap?