9. Pergantian Jam

66 14 25
                                    

Setelah seorang guru besar dan berat yang berstatus guru matematika itu keluar kelas, anak delapan ‘A’ langsung pada hore-hore.

Sebenarnya guru matematika itu nggak terlalu menyebalkan, tapi beliau ini tipe guru yang ngasih penjelasan sedikit dan kebanyakan latihan soal. Secara kan matematika itu sulit ya, makanya anak kelas delapan ‘A’ nggak ada yang mudeng. Atau jangan-jangan semua murid yang diajar sama Bu guru satu ini?

Habis berkutat sama angka-angka yang nggak pernah habis itu, pastinya anak sejenis kelas delapan ‘A’ ini butuh refreshing.

Dimulai dari tipe anak rajin.

Anak rajin ini kerjaannya setelah ngerjain tugas atau pas ganti jama pelajaran kayak gini adalah duduk anteng di tempat duduk atau kadang-kadang juga ada yang sambil baca.

Paling mentok ya pergi ke kamar mandi buat bener-bener buang hajat, bukan pergi ke kantin dan mengkambing hitamkan kamar mandi.

Ini sangat recommended buat anak yang nggak badel dan takut sama ocehannya guru. Tapi ini juga nggak recommended buat anak delapan ‘A’ yang terkenal sebagai anak bandel dengan label kelas paling pinter nan jenius itu

"Habis ini pelajarannya Bu Ani ya?"

"Iya, kayaknya mulai bab baru lagi deh," kata cewek dengan kacamata bernama Amel itu.

Itu adalah percakapan kalau anak-anak rajin disatukan.

Di bangku Jeje—yang orangnya entah kemana udah ada anak cowok yang lagi duduk sambil dengerin anak cowok yang ngobrol-ngobrol diluar kelas. Cowok yang kayak gini sebenarnya sama halnya dengan cupu, masa gak berani keluar kelas. Kalah sama anak cewek, huuuuuu

Di depan pintu juga udah ada beberapa cewek yang lagi asyik-asyik ngerumpi. Mereka ini kayak gak mau dibilang cupu tapi gak terlalu berani buat keluar kelas.

Ada juga anak yang keluar-masuk kelas karena takut kalau ada guru tapi juga pengen denger yang lain pada ngobrol diluar kelas. Kebanyakan masa SMP mengalami ini, dimana mereka masih gak terlalu mantap buat ngambil suatu keputusan. Atau plin-plan.

Diluar kelas juga ada anak, mereka ini lebih di dominasi anak cowok karena mereka itu semacam punya skill khusus untuk itu. Dimana kecepatan berlari dijadikan sebagai penentu nanti mereka dihukum atau nggak saat ketahuan diluar kelas sama guru.

Begitu juga sama Chan dan kawan-kawan, mereka lagi ada diluar kelas. Lagi main bola malahan, iya bola. Bola yang dari plastik itu, nanti kalau ada guru bola itu langsung diselundupin ke selokan kecil yang secara kebetulan atau gimana ada di depan kelas delapan ‘A’ ini.

Nggak semua temennya Chan ada diluar kelas, contohnya Sung, Jae sama Jepon yang lagi ngerumpi sama Jeje dan juga Zara dibelakang kelas.

"E anjir gue ganteng banget ya." Jepon ini sejenis manusia yang narsisnya minta ampun yang mana bikin orang gedeg.

"E anjir punya temen gini amat ya," balas Jae nggak mau kalah.

"Apa Lo!"

"E anjir orang sedeng lagi ngobrol!" celetuk Zara yang buat Jae sama Jepon otomatis nengok ke dia. Sementara Jeje cuma bisa terkikik ngelihat temen-temennya yang pada gila ini.

"Secara nggak langsung Lo bilang gue sedeng dong?!" geram Jepon yang lebih dulu konek sama maksud Zara, beda sama Jae yang nampak lagi mikir.

"Emang gue bilang Lo bener?" kata Zara yang malah nyulut emosi Jepon.

Jepon udah ancang-ancang mau narik rambut Zara, gak gentle dia tuh. Masa rambut anak cewek di tarik. "Jadi cowok letoy amat denger gitu aja udah emosi."

Zara ini sebenarnya sejenis manusia yang suka bikin orang naik darah. Dia gak terlalu banyak omong tapi sekali ngomong langsung nyes.

"Lagian Pon, masa anak cowok berantem sama anak cewek. Malu sama perut Lo dong!" sahut Jeje yang lagi nahan tawa sebenernya.

"Perut gue gimana?" kata Jepon polos.

"Perut Lo buncit dong. Hahaha." Semua orang di dalem kelas langsung melihat kearah pintu kelas—Chen yang lagi ngomong.

Ketawanya gak berhenti-henti padahal temen-temennya pada gak tau dimana bagian lucunya. Sampe dia di depan Jeje sama Sung yang kebetulan duduk sebelahan di kursi belakang dan baru nyadar kalau sebenernya dia itu ketawa sendiri. Alias leluconnya itu garing.

"Ya elah, gua kan mencoba buat menghibur anda-anda semua," ucap Chen memelas alias membuat alibi biar nggak garing-garing amat.

Semuanya langsung kembali kayak tadi. Si Jepon sama Jae udah bahas tentang endors-endors yang sekarang lagi gencar-gencarnya. Jeje sama Zara yang lagi ngomongin tentang hal-hal yang sebenarnya gak penting, tapi dijadiin penting.

Dan, ya mereka berenam udah kayak temen, lah emang temen kan?





Semuanya adem ayem santai kayak di pantai. Sampai,

"Woy guruguruguruguru!"

Teriak seseorang dari luar yang buat makhluk-makhluk yang lagi ngobrol-ngobrol itu mau nggak mau harus beranjak biar gak dimarahin.

Jeje sama Sung langsung balik ke tempat duduk. Begitu juga sama Jepon, Jae, Chen dan Zara.

Bagai di slowmow seorang guru yang diketahui namanya Ani itu masuk ke kelas dengan keadaan sudah membawa buku sama tas.

Kelas seketika hening saat tau kalau sekarang anggota mereka itu nggak lengkap. Alias masih ada yang di luar.

"Ini pada kemana?" tanya Bu Ani setelah naruh barang-barangnya di meja guru.

Gak ada yang jawab selain bisik-bisik.

"Assalamualaikum Bu!" Bu Ani sama anak-anak di kelas langsung noleh ke arah pintu. Di sana  udah ada Chan sama Jun.

"Dari mana kalian?”"

"Dari WC Bu," kata Chan enteng. Udah biasa dia mah ketinggalan gini dan ujung-ujungnya WC adalah kambing hitam sempurna yang kayaknya udah jadi alasan paling cliche diantara murid-murid tak berakhlak ini.

"Ya sudah duduk." Mau nggak mau Bu Ani tetep ngasih masuk Chan dan Jun soalnya alasan ini ditolak pasti bisa dibantah juga. Soalnya siapa sih yang nggak pernah ke WC dan itu manusiawi. Jadi kalau ditolak berarti guru yang nolak alasan itu emang bukan manusia.

Dan akan menjadi poor kalau sebelumnya sang guru udah ngasih petuah ‘Selama pelajaran saya kalian nahan buang air ya, atau kalau mau ke WC dan itu penting karena sebuah penyakit misalnya. Kalian bisa kasih ke saya bukti yang menyatakan kalau kalian itu sakit.’

Nah itu ciri-ciri guru bahasa dan semoga guru IPA yang baik dan tidak sombong ini nggak menerapkan aturan serupa.

Nah ternyata masih ada juga anak yang diluar, Azriel namanya.

"Kamu dari mana saja Zriel?" Langsung aja si Azriel diserang sama pertanyaan Bu Ani.

"Tadi saya habis ngambil air buat ngepel Bu," jawabnya yang ngebuat temen sekelasnya kecuali Sung ternganga. Karena anak ini nggak biasanya rajin kayak gitu dan nggak biasanya keluar kelas juga.

Jeje yang tau kalau sebenarnya itu anak nggak benar-benar ngepel dan ya— menjadikan pel itu kambing hitam sejenis sama apa yang dilakukan Chan dan Jun tadi. Jeje juga heran, anak sekalem Azriel bisa bohong juga.

Atau jangan-jangan dia udah bosen kali ya jadi anak kalem. Dan mau jadi kayak geng-nya Chan.

Ngomong-ngomong ini juga bisa jadi referensi buat kalian anak kalem yang mau jadi anak bandel kalau misalnya kalian lagi ketinggian pelajaran guru.

Haha

Jangan-jangan! Jangan kayak mereka karena kalian gak bakalan bisa jadi kayak mereka. Jadi, be yourself.

A. N
Hula ku kembali 😁

One Class | LengkapTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang