"Je, pinjem penggaris yak!"
"Iya, Kak."
"Dek, pinjem penghapus ya."
"Iya, Kak."
"Kak, saya pinjam warna merah marunnya ya."
"Iya, Dek."
Iya, dari tadi si Jeje dibuat kesel sama kata-kata yang mengandung unsur ‘pinjam’, kek, ini Lo niat ikutan lomba bikin poster kagak sih, anjim!
Untung si Jeje sabar, kalau enggak habis kali ya mereka. Enggak kakak kelas enggak adik kelas, sama aja.
Sesuai dengan tema yang diangkat yaitu, budayakan membaca. Si Jeje buat gambar poster seorang anak yang lagi baca buku di sebuah taman—yang gambar rerumputannya adalah huruf ‘M’ yang diulang-ulang— dan duduk di bangku atau lebih tepatnya semacam gazebo dan sayangnya di sekolahnya Jeje gak ada gazebonya, adanya cuma pos satpam. FYI, kata Bu guru pas ada anak yang bilang kalau pos satpam itu gazebo dibantah keras, katanya, pos satpam ya pos satpam, gazebo ya gazebo.
Oh dan jangan lupakan dengan sebuah slogan ‘Baca hari ini, terapkan hari ini’
FYI, again, itu merupakan plesetan dari kata-kata seseorang yang identitasnya enggak diketahui yaitu, ‘Pelajari hari ini, tetapkan hari ini’
Udah males si Jeje buat mikir slogan-slogan begituan, mending nonton YouTube atau rebahan.
Setelah sekitar satu jam an mereka gambar-gambar, ngewarnai, akhirnya selesai juga.
Yang Jeje pikirin sih bukan menang atau kalahnya, tapi nasi uduk fenomenal Mak Tun masih atau enggak. Pasalnya, anaknya Ibu Rina dan Bapak Hindra ini enggak sempet sarapan gara-gara bangunnya kesiangan.
Iya sih, kalau classmeating itu masuknya lumayan siang dari jam biasanya, tapi kan ... jam tujuh baru bangun itu emejing!
"Tumben telat, Je?" tanya Zara begitu mereka ketemu di depan kelas. Enak ya mereka enak-enak nonton anak-anak futsal plus liatin kakel cogan, sementara Jeje uring-uringan gara-gara dipinjemin mulu, hmmmmm.
"Semalem gue ngedit, lur!" ucap Jeje tanpa sadar.
"Ha? Ngedit apaan?"
Zara jelas bingung dong, si Jeje bela-belain enggak tidur buat ngedit apaan emang, jangan bilang ngedit foto buat dipost. Wah parah, dia juga termasuk jajaran cewek yang kalau mau update foto musti di edit dulu, tapi enggak sampai malem-malem juga kali, kan besok pagi bisa.
"Enggak apa-apa."
Mereka berdua lanjut jalan ke kantin, perutnya Jeje udah gak bisa diajak kompromi lagi soalnya. Yakin deh, kalau ini perutnya enggak demo Jeje gak bakalan mau ke kantin.
Jalan ke kantin itu udah diblok sama anak yang nonton futsal cowok dan cewek, mana yang ngeblok jalan itu kebanyakan cowok lagi, kan gimana gitu.
"Permisi," kata Jeje begitu melewati gerombolan kakel yang terkenal akan ... kebadungannya. Udah cukup si Jeje waktu kelas tujuh berurusan sama Kak Jeffery yang untungnya baik, enggak mau lagi-lagi.
"Iya, Dek."
Tapi percayalah, sebenarnya Jeje lebih memilih dikacangin daripada dijawab. Enggak setakut itu sih, tapi lebih ke enggak mau berurusan aja, soalnya orang-orang sejenis mereka itu kayak ... mbohlah pikirannya tak terduga, hiyaaaa.
Sampai di stand-nya Mak Tun, Jeje langsung ngambil sebungkus nasi uduk yang untungnya masih lumayan banyak.
Mereka enggak sendirian kok walaupun tadi pas Jeje belum kesini enggak ada orang yang beli, tapi sekarang Hamdallah, mereka gak jadi tontonan, soalnya ada beberapa anak yang beli juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Class | Lengkap
Teen FictionSuatu makhluk akan berinteraksi sama makhluk lainnya buat mempertahankan kewarasannya-kehidupan maksudnya. Dari makhluk ini dipastikan akan berkelompok untuk mempertahankan kehidupannya itu dan disitu kewarasan suatu makhluk akan diuji oleh makhluk...