"Lo enggak ada niatan buat ngomong biasa aja gitu, enggak formal-formal amat."
"Susah."
"Pertama Lo ngomong enggak dulu deh, suka gemes gue denger Lo ngomong tidak, bukan, tak. Gue ingat banget, Lo pernah ngomong 'enggak' sekali."
Yah, mereka bertiga—Jeje, Lele sama Jun lagi mengintrogasi Sung biar enggak ngomong formal terus.
Jeje udah berhenti ngedit karena bentar lagi mau pulang, udah jam sepuh dan biasa pulangnya setengah sebelas.
Sambil nyemil Jeje nanya ke Sung. "Asal-muasal Lo ngomong formal gitu kenapa coba, Sung?"
Kemudian diangguki pula sama Jun dan Lele, mereka berdua juga bingung. Orang mereka yang dari kota kecil aja ngomongnya ketularan sama anak-anak dari kota besar kayak Jakarta, "Lo dari Jakarta?"
"Bukan, waktu itu habis dari Singapore, Jakarta itu tempat transit sebelum pulang dan pindah ke sini," jawabanya.
"Kok ngerti bahasa Indonesia?"
"Banyak hal yang bisa dilakukan dengan uang, termasuk mencuci otak sesuai apa yang diinginkan. Sayangnya Ayah saya sendirilah yang melakukan," ujarnya yang diakhiri dengan senyuman kecut.
Lele yang awalnya minum langsung menyemburkan air putih dari botol minum Jeje itu ke muka Jun. "Bokap Lo gila?!"
"Biasa aja dong, anjing!"
"Lo," omongan Lele tertahan, kayak ada sesuatu gitu. "Sumpah gue enggak bisa ngerasain sih kalo itu yang beneran terjadi."
"Kenapa sih, Leeeeee?"
"Lo tau film yang tentang pencucian otak, enggak? Kalau tau mungkin kayak gitu."
Jeje yang ingat dengan film yang dua tonton beberapa waktu lalu atas rekomendasiannya Lele yang katanya sih mau bikin otak Jeje mumet, "Dikasih obat?"
"Salah, satunya."
"Diumur Lo yang baru beberapa tahun?!" jerit Jeje, dia bener-bener enggak habis pikir. "Gue kira yang kayak gitu cuma difilm doang."
"Sayangnya tidak sepenuhnya yang mereka tampilkan dilayar lebar adalah sebuah rekaan, mereka adalah orang yang sebenarnya tahu apa yang terjadi dan memilih film sebagai media penyampaian. Tapi, tidak sedikit juga yang memang murni khayalan dan mengorbankan kebenaran tertutup dengan gurauan demi kepopuleran."
Jeje manggut-manggut sambil mikir ternyata kalau Sung ngomong, omongannya dalem juga. "Tapi kan ada hukum yang ngelindungi?"
"Tidak mudah bagi saya untuk mengatakan apa yang terjadi, melaporkan bagi saya adalah tindakan paling buntu saat kita tidak bisa mengatasi suatu permasalahan. Dan perlu kamu tahu, melaporkan orang yang sudah 'membesarkan' mu dari kecil itu bukan jalan menuju kebebasan."
"Terlepas dengan apa yang mereka lakukan, mereka tetap orang tua saya. Satu hal yang saya setuju dari penanaman mereka bahwa, hargai orang yang perlu dihargai."
Lele yang otaknya tinggal dikit kapasitasnya cuma bisa ngangguk-ngangguk doang. "Berarti Lo empat belas tahun di Singapore?
Sung menggeleng. "Seingat saya, pernah tinggal di Moraine."
Sekarang Jun yang mengerutkan dahinya. "Moraine daerah mana?"
"Sebuah danau di Kanada, tidak ingat dengan pasti, tapi kalau tidak salah disana sepi sekali."
"Sendiri?"
"Dengan orang suruhan Ayah, mereka yang membatu saya ketika Ayah melakukan pekerjaannya."
Jeje manggut-manggut, enggak nyangka kalau temannya punya pengalaman yang bener-bener berbeda.
"Tapi kelihatannya Ayah Lo enggak separah itu, malahan cukup ramah daripada perkiraan gue," kilah Jeje saat mengingat kejadiannya dia diminta jagain Sung beberapa waktu lalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Class | Lengkap
Teen FictionSuatu makhluk akan berinteraksi sama makhluk lainnya buat mempertahankan kewarasannya-kehidupan maksudnya. Dari makhluk ini dipastikan akan berkelompok untuk mempertahankan kehidupannya itu dan disitu kewarasan suatu makhluk akan diuji oleh makhluk...