Malam ini adalah malam di mana Pangeran Sasuke akan bermalam bersama Putri Sakura. Langkahnya terseok-seok seakan enggan mengunjungi istri keduanya itu.
Krieet!
Pintu mahoni besar itu terbuka, terlihat penghuninya duduk menunggu di depan cermin. Tubuhnya hanya berbalut sehelai nagajuban tipis.
"Anda sudah datang, Pangeran," sambutnya dengan senyum merekah. Menghampiri Sasuke yang terlihat dingin.
"Aku hanya datang untuk melihatmu," balas Sasuke yang dengan sukses membuat Sakura salah paham.
Wanita itu semakin mengembangkan senyumnya, "Benarkah?"
"Hn, dan melihatmu baik-baik saja aku merasa itu sudah cukup! Maaf, karena malam ini aku tak bisa menemanimu," Sasuke melepaskan tangan Sakura di lengannya.
Wajah Sakura pun berubah mendung, senyum cerahnya luntur seketika. Lagi-lagi... Lagi-lagi ia diabaikan.
Sasuke berbalik dan hendak keluar kamar, namun Sakura tiba-tiba berucap.
"Apa Pangeran tidak merasa kasihan padaku?"
Sasuke berhenti. "Setiap malam aku selalu menunggu Yang Mulia datang, tapi pintu itu bahkan tidak sedikit pun terbuka hingga pagi. Sampai saat itu aku masih bisa bertahan, tapi hari ini aku ingin mendapatkan hak-ku sebagai seorang istri."
"..."
"Jika memang Putri Naru adalah pemilik hatimu. Tidak bisakah Yang Mulia berbaik hati mengasihani ku? Sedikit saja rasa kasihan. Tak bisakah?"
Sasuke melirik-kan matanya. "Jika sudah tahu tak ada lagi tempat bagimu, kenapa kau tidak menyerah?"
Sakura terlihat menangis. Menyerah? Apakah cintanya sedangkal itu.
"Setelah mendengar ini aku tidak tahu apakah Yang Mulia akan mempercayaiku atau tidak. Tapi, ini adalah hal yang harus anda ketahui," Sakura tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.
Ia mendekati Sasuke dan menarik tangan pria itu. Mengecup jemarinya penuh rasa haus akan cinta dan kasih sayang. Sakura membuat Sasuke menatapnya untuk pertama kalinya.
"Ini tentang hubungan gelap antara Putri Naru dengan Jenderal Sabaku. Aku mendengar mereka berbincang tentang ide pemberontakan penggulingan Perdana Menteri Shimura. Putri Naru telah mengganti semua pasukan ksatria istana dengan orang-orangnya. Ia juga menjadikan Kaisar Agung sebagai sandera, juga..."
"Putri Sakura!" Sasuke mendesis. "Omong kosong apa yang coba kau katakan!?"
"Aku mana berani, Pangeran! Potong saja lidahku jika terbukti aku berbohong. Aku telah mencoba menemui Kaisar Agung selama beberapa hari terakhir, tapi penjaga pintu bilang Kakek sedang beristirahat karena kondisinya sedang tidak sehat. Aku awalnya percaya, tapi hal itu menjadi sangat mencurigakan ketika beberapa kali aku tak dapat menemui beliau dengan berbagai alasan,"
Sasuke terhasut. Selama ini keberadaan Uchiha Madara memang selalu menjadi tanda tanya. Kaisar Agung yang telah turun takhta itu memang selalu menyembunyikan dirinya dan akan muncul di situasi-situasi tertentu. Sehingga bukan hal baru lagi jika Kakeknya itu akan jarang terlihat di istana.
Tapi, ucapan Sakura barusan membuatnya tersadar, bahwa selama ini mereka sebagai anggota keluarga terlalu acuh dengan hal-hal kecil seperti ini. Dan jika ucapan Sakura benar, maka nyawa Uchiha Madara sedang berada di ujung tanduk.
Di tengah badai yang menerjang isi kepala Sasuke, Sakura mengambil kesempatan dengan menaruh kepalanya di bahu Sasuke.
"Tinggal lah untuk malam ini, Pangeran. Aku sangat menginginkan anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Great Princess Uchiha [ FanFict ] - HIATUS
Fiction HistoriqueSebuah ramalan tentang seorang gadis yang akan menghancurkan tampuk kekuasaan seorang Perdana Menteri harus rela dibuang dan diasuh oleh seorang pelayan. Perjalanan panjang penuh dengan liku dan luka ia lalui hingga kehilangan sang ibunda diusia 5 t...