7~Siap

10.1K 474 28
                                    

Karena aku menyayangimu. Aku akan siap melakukan apapun demi kamu. Meskipun itu adalah berjauhan denganmu.

{}{}{}{}

Inget ya disetiap part pasti ada typo

••••

Sudah dua hari ini Jenni tidak bertemu dengan Raja. Dia benar-benar mempunyai niat untuk menjauh. Sepertinya memang Jenni harus melakukan itu, buktinya ketika ia menjauh, ia tidak bermasalah dengan siapapun.

Ia hanya selalu memikirkan perkataan Raja dua hari lalu. Raja itu tidak mempunyai jiwa kepekaan yang baik, ia memang tampan, hanya saja dia sedikit bodoh untuk masalah hati.

'Jangan mikirin gue mulu'

Perkataan itu selalu memenuhi isi otak Jenni. Ia sampai tidak bisa tidur beberapa hari ini hanya karena memikirkan itu. Raja memang sepertinya cenayang.

Jenni masih duduk dibangku kelasnya, dengan pikiran yang dipenuhi nama Raja. Ia menatap papan tulis itu yang sudah dipenuhi spidol hitam. Ia menatap kosong ke arah papan tulis itu. Sehingga lamunannya buyar karena panggilan gurunya.

"Jenni, apakah kamu sudah mengerti?" Tanya Bu Arti.

Jenni terkejut saat namanya disebut. Ia mengusir semua pikirannya dengan cepat dan langsung duduk tegap sambil menatap gurunya.

"Maaf bu saya lagi pusing" Alibi Jenni, dia memang sedang pusing, namun bukan penyakit hanya saja ia pusing pikiran.

"Kalo seperti itu kamu ke UKS saja. Tidur sebentar agar pusingnya hilang" Ujar Bu Arti. Bu Arti memang guru terbaik, tidak pernah marah kepada semua murid.

"Iya bu, terimakasih" Ucap Jenni sambil bangkit dan berdiri. Ia menatap kedua temannya yang sedang memicingkan matanya curiga. Ia tertawa kecil dan menjulurkan lidahnya saat melewati meja kedua temannya lalu pergi meninggalkan kelas.

"sialan si Jenni" Gerutu Putri tidak terima jika Jenni tidak belajar.

"Ga usah jadi kaya anak Papua deh" Ucap Febby sambil melanjutkan kegiatan mencatatnya yang sempat terhenti.

Putri mengerutkan keningnya bingung "Anak papua?" Tanya Putri.

Febby berdecak kesal, ia menatap Putri malas. "Iya lo kaya anak Papua. Irian!!" Ujar Febby tajam. Putri hanya mengerucutkan bibirnya sambil kembali duduk mengahadap depan.

"Dia bolos juga udah Pinter, lah lo? otak masih 1/4 aja gaya-gayaan mau bolos" Celetuk Feno yang duduk didepan Febby dan Putri.

Lagi-lagi Putri mengerucutkan bibirnya, ia selalu dinistakan oleh teman-teman kelasnya. Memang si semua yang dibilang temannya adalah kenyataan, tapi kan tidak harus berkata jujur, apalagi didepan banyak orang. Rasanya ingin mengubur diri hidup-hidup.

"Lagian put si Jenni tuh beneran pusing" Sambung Roni yang dibalas anggukan oleh Feno.

"Ga usah irian, yuk nyatet lagi yuk. Ampe nih tangan jadi popmie juga gue jabanin" Ujar Feno membuat Putri tertawa kecil, sehingga melupakan ledekan dari Febby dan Feno.

°°°°

Jenni mendudukan bokongnya dibrankar UKS, disana sangat sunyi dan tenang, udaranya pun sangat sejuk membuat Jenni betah berada disana. Ia merebahkan dirinya pada brankar itu sambil menatap langit-langit UKS.

Ia kembali melamun, dan berfikir kembali tentang perkataan Raja, yang menurutnya sangat berpengaruh besar terhadap kestabilan jantungnya dan otak pintarnya itu.

Light of the darkness [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang