Dipenghujung waktu kamu akan menemukan orang yang benar-benar membutuhkan kamu, yang benar-benar mencintai kamu tanpa harus mengeluh tentang perbedaan.
***
Typo!!!!
--------
Jenni memilih untuk kembali ke kelas, setelah kepalanya pusing mendengar semua bentakan di toilet tadi, ia lebih memilih ke kelas. Bagaimanapun caranya Jenni tidak ingin mendengar itu lagi.
Ia duduk dikursinya lalu menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya yang ia taruh di atas meja, keadaannya lebih baik dari tadi, bahkan ia lupa bagaimana Febby. Yang ia inginkan hanya sebuah kata mengerti.
Tapi jika dipikir kembali, yang bisa mengerti hanyalah dirinya sendiri, bukan orang lain.
Febby masuk dengan langkah tergesa-gesa. Putri yang sedang fokus memainkan ponselnya langsung mengalihkan pandangannya ke arah Febby, menatap kedatangan Febby dengan tatapan bingung.
Febby menghela nafas saat melihat Jenni seperti tidak ingin di ganggu, ia menoleh ke arah Putri yang sejak tadi menatapnya. Putri yang ditatap balik langsung bertanya dengan isyarat mata.
Gelengan adalah jawaban Febby, Putri yang lebih memilih diam pun hanya mengangguk. Memang kedua sahabatnya ini selalu membuatnya pusing, apalagi dengan otaknya yang minim untuk berfikir lebih panjang, ia lebih memilih bermain game diponselnya.
****
Langkahnya mengarah pada perpustakaan, ini adalah pelajaran terakhir, namun gurunya tidak masuk kelas, jadilah ia memilih perpustakaan. Melewati lapangan yang ternyata banyak sekali murid laki-laki sedang bermain basket, entah bolos ataupun apa.
Jenni, gadis itu berhenti pada bilik buku bagian novel, setelah banyak belajar, sepertinya ia sekarang akan merefresh otaknya dengan membaca novel.
"Jalan cinta" Gumamnya saat membaca judul novel yang ia ambil itu.
"Hmm menarik" Gumamnya lagi lalu beralih dari sana dan mencari tempat untuk ia membaca.
Jenni memang seperti ini, mungkin kebanyakan murid akan memilih pergi ke kantin, atau bermain ponsel di kelas. Namun ia lebih memilih menyendiri, jalan terbaik saat otak dan hatinya sedang tidak kondusif.
Otak yang selalu berkata bahwa Jenni tidak perlu memikirkan ucapan mereka semua, namun hatinya yang merasakan sakit itu, sakit ketika di maki dengan sebuah hal yang memang ada di dirinya.
Semua orang selalu berkata bahwa dirinya baik, cantik, pintar, atau bahkan apapun. Tapi bagi Jenni ia tidak merasa seperti itu, baginya di dunia ini tidak ada orang bodoh, di dunia ini hanya ada orang yang malas.
Memperbanyak kata dalam pikiran malah membuat Jenni pusing, ia memilih duduk dipojok dekat jendela perpustakaan, baiknya begini.
Keluar dari kelas adalah jalan satu-satunya menghindari kesuntukan, langkahnya terbilang santai dengan kedua tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana. Kali ini, ia memilih bolos pelajaran, daripada harus tidur lalu terkena hukuman.
Raja memilih untuk pergi ke taman belakang sekolah, melewati perpustakaan yang sangat sepi, saat melewati jendela ia melirik sekilas, seperti ada yang ia kenal. Yap, ia menyadari bahwa itu adalah Jenni.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light of the darkness [END]
Random"Raja makan nih!" "Raja tau ga si Jenni lagi sedih" "Raja! Raja ganteng banget sih" "Rajaaaaa Jenni benci sama raja" "Maafin Jenni udah ganggu Raja mulu, Jenni janji ga bakalan ganggu lagi" "Jenni pergi ya raja jangan sedih"