Kamu selalu disini bersamaku, walau hanya bayangmu. Namun rasa ini tidak pernah hilang
-----
BANYAK TYPO
~~~
Setelah kejadian kemarin sore, rasanya laki-laki yang masih sibuk dengan kasurnya itu jadi tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Tidak berniat untuk bangun dan melangkah untuk ke Kamar mandi, yang ia lakukan adalah kembali memejamkan matanya.
Raja itu memang begitu, ia akan kehilangan semangatnya jika ada orang yang membuat moodnya hancur, apalagi orang itu adalah orang yang ia cintai, tapi untuk sekarang Raja bahkan bukan hanya kehilangan semangat namun ia juga kehilangan hidupnya. Salah siapa mengabaikan gadis yang jelas-jelas tulus kepadanya, jika sudah seperti ini yang pusing pun teman-temannya yang harus membujuk agar ia mau sekolah.
Seperti sekarang, ketiga temannya itu masih setia berdiri didepan pintu kamar Raja. Jika bukan sahabat, mereka tidak akan bangun pagi dan membuang waktu mereka untuk membujuk laki-laki yang mereka rasa bodoh. Sebenarnya yang menyakiti Raja adalah dirinya sendiri, sikapnya yang terlalu dingin, menjadikan dirinya tidak bisa membuka hati untuk satu gadis.
Dito berkacak pinggang sambil memandang pintu putih didepannya ini, ia menatap pintu itu malas lalu berdecak kesal. "mau diapain nih? cape gue, dikit lagi jam tujuh" Ujar Dito dengan nada kesalnya.
Putra yang bersedekap dada sambil menyender di tembok depan kamar Raja pun sedikit perfikir. "biarin lah, kapan lagi kita bolos" Sahut Putra santai yang diangguki Arkan yang sedang duduk dilantai.
Kesekian kalinya Dito berdecak kesal dan menatap malas kedua sahabatnya ini. "Yaudahlah gausah sekolah" Celetuk Dito seraya ikut duduk dilantai.
Meira yang sejak tadi berada dilantai bawah pun naik ke atas dan melihat kondisi ketiga sahabat Raja. Perkiraan Meira benar, pasti anaknya itu tidak mau membuka pintu kamarnya. Raja ini benar-benar.
"Lho kalian ga sekolah? ini udah hampir jam tujuh lho" Ujar Meira kepada ketiga sahabat anaknya itu.
Dito memamerkan giginya itu sambil menggaruk tenguknya yang tidak gatal. "nanggung bun" Jawab Dito.
Meira hanya menggelengkan kepalanya mendengar jawaban Dito, memang terlalu menjunjung tinggi solidaritas jadilah begini. Ia menoleh ke arah pintu putih itu yang masih tertutup rapat. "Varo beneran gamau buka pintu?" Tanya Meira kepada mereka bertiga, yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya.
Meira berkacak pinggang lalu berfikir sebentar. "kalian tau Varo kenapa?" Tanya Meira.
Dito yang mendengar lalu ikut berfikir. "Kayanya ada masalah sama Jenni bun" Ujar Dito yang memang tepat sasaran.
"Bunda bisa ketemu Jenni dimana Kalo pulang sekolah?" Tanya Meira lagi.
"Dia kalo pulang sekolah kerja bun di Caffe sepupunya" Sahut Arkan yang sejak tadi hanya menyimak.
Meira mengangguk lalu turun ke bawah dan meninggalkan para kutu Raja. "Terus kita disini aja?" Tanya Putra sambil melongo menatap punggung Meira yang sudah menjauh.
Arkan hanya menggidikkan bahunya lalu menunjuk Dito dengan dagu. Putra melihat Dito seperti sedang memikirkan sesuatu, ia langsung menepuk lengan Dito.
KAMU SEDANG MEMBACA
Light of the darkness [END]
Overig"Raja makan nih!" "Raja tau ga si Jenni lagi sedih" "Raja! Raja ganteng banget sih" "Rajaaaaa Jenni benci sama raja" "Maafin Jenni udah ganggu Raja mulu, Jenni janji ga bakalan ganggu lagi" "Jenni pergi ya raja jangan sedih"