Chapter 19

3.5K 409 41
                                    

Jungkook tersenyum kecil melihat Jimin pergi dengan perasaan kesal keluar caffe yang mereka datangi untuk berbicara.

Sebenarnya, hanya Jungkook yang berbicara. Ia menjelaskan segala hal yang terjadi sesudah malam panas mereka tiga tahun lalu.

Pengalaman yang tidak akan pernah Jungkook lupakan dalam hidupnya, dan juga itu adalah dosa terbesarnya.

Bohong jika ia tidak merasa bersalah pada Taehyung, tapi kadang ia merasa ingin egois dan tidak tau malu dalam hubungan Jimin dan Taehyung.

Sebenarnya ia sendiri sedikit ragu, siapa pihak yang merebut disini?

Taehyung tidak salah, ia menemani Jimin saat dirinya tidak ada. Tapi apakah Taehyung tidak memikirkan perasaannya? Pria itu juga egois dan tidak tau malu.

Taehyung tau perasaannya, pria itu tau jika Jungkook dan Jimin saling mencintai. Mereka terikat dengan samar, namun Taehyung mencoba memutuskan ikatan itu.

Jungkook sudah mendengar segalanya dari ibu Jimin saat sebelum acara pertunangannya dengan Lisa di laksanakan.

Saat Jungkook sibuk bersekolah di luar negeri dan menyimpan apik hatinya yang hancur. Jimin dan Taehyung terlihat baik-baik saja dari apa yang ia dengar, dan itu makin membuatnya terpuruk.

Namun ketika ia mendengar langsung jika keduanya menikah karna paksaan Taehyung yang mengancam akan bunuh diri membuat Jungkook naik pitam. Ia marah besar, ia merasa kecewa pada Taehyung.

Jungkook awalnya akan merelakan Jimin walau hatinya remuk tidak berbentuk. Ia sudah akan melepaskan Jimin dalam genggamannya, namun kenapa Taehyung malah menyakiti Jimin?

Pria Kim itu tidak membuat kesan hubungan yang akan di kenang dalam hidup Jimin, melamar dengan cara yang ekstrim, tidak melaksanakan pertunangan dan menikah dengan terburu-buru.

Alasan ia tidak datang juga karna kabar berita itu sangat mendadak, Jungkook bahkan tau jika keduanya menikah lewat temannya. Saking sangat terburu-buru menikah, mereka bahkan melupakan Jungkook yang notabenya adalah sahabat mereka.

Jujur Jungkook kecewa pada Taehyung, padahal pria itu tau jika Jimin selalu memimpikan pernikahan seperti di film Disney dimana pangeran dan putri cantik menikah bahagia.

Mengundang banyak orang, menikmati pesta dan bersenang-senang di moment sekali seumur hidup itu.

Namun ini? Jimin tidak merasakannya sama sekali, mungkin memang Jimin setuju dengan rencana mendadak Taehyung.

Tapi kita tidak tau isi hatinya bukan?

"Hah.. Aku semenyedihkan ini ya mengharap hak milik orang lain?" Jungkook terkekeh geli dengan perkataannya sendiri.

Bertahun-tahun memendam rasa pada cinta pertamanya dan mengharap hatinya bisa di miliki dengan segala cara.

Jungkook tau, Jimin tidak bahagia dalam pernikahannya. Dan Taehyung tentu menyadarinya, namun pria itu pura-pura buta dan tuli engan mendengar perkataan orang lain.

Jungkook tidak menyalahkannya, memang seperti itu cara kerja cinta yang terlalu dalam.

"Ibu tau jika Jimin diam-diam sering menangis karna Taehyung semasa mereka berpacaran sering berselingkuh."

Jungkook terkekeh miris mengingat perkataan ibu Jimin saat ia mengunjungi beberapa waktu lalu. Ia mendengar langsung semua keadaan Jimin dari mulut ibunya langsung.

"Berulang kali Jimin selalu ingin mengakhiri hubungan dengan pria jahat itu. Tapi Taehyung selalu menahannya. Ibu tau Jungkook-ah.. Jimin masih mengharapkanmu. Ibu tau itu dosa besar karna ia sudah menikah, tapi.. Ibu hanya tidak ingin melihat Jimin semakin sedih."

Jungkook menyenderkan punggungnya pada senderan kursi, ia masih tidak mau pergi dari tempatnya setelah Jimin pergi tadi. Ia ingin mengingat kata demi kata menyakitkan yang di katakan ibu Jimin mengenai anaknya.

Helaan nafas kecewa keluar darinya, ia meronggoh saku bajunya dan melihat kotak cincin indah berwarna merah di tangannya. Senyuman kecil kini terlihat di bibirnya, ia membuka kotak itu dan mengelus benda kecil berwarna perak yang sudah berdebu itu.

"Hei cincin keramat, hampir 7 tahun kau selalu di dalam kotak ini dan aku selalu membawamu di kantung bajuku. Tidak bosan hm? Kenapa aku tidak bisa melihatmu melingkar indah di jari manis Jimin?" Jungkook perlahan meneteskan air matanya, mengingat jika inilah cincin yang akan ia berikan pada Jimin sebelum ia pergi. Ia ingin mengikat Jimin, namun ia mengurungkannya karna ia pikir cincin yang di belinya dengan bekerja paru waktu ini masih belum pantas.

Ia sudah mengumpulkan uang selama hampir enam bulan untuk membeli cincin indah ini, memastikan akan menikahi Jimin dan mengganti cincinnya dengan cincin pernikahan nanti.

Jungkook menyesal, sangat menyesal.

Harusnya ia memberikannya saat ia pergi kuliah ke luar negeri dulu. Sekarang, cincin itu hanyalah benda tak ada gunanya dan berdebu.

Drrt drrtt drrtt

Jungkook menoleh sekilas ke arah ponselnya saat ia masih larut dalam pikirannya. Ia mengerutkan keningnya saat melihat siapa yang meneleponnya.

Segera ia meraih ponselnya dan mendekatkannya pada telinga setelah berdehem pelan menghilangkan suara seraknya.

"Hallo? Ada apa dokter Jung?"

"....."

Jungkook membulatkan matanya mendengar orang yang meneleponnya ini berbicara, ia refleks bangun dan sedikit menggebrak meja di depannya.

"Apa?! Taehyung mengunjungi dokter kandungan lain?! Sendirian?!" Pekiknya dengan kaget. Ia lalu berjalan keluar caffe dan menuju mobilnya yang terparkir tepat di depan caffe tersebut.

"...."

"Sialan, baik aku akan kesana. Kau kirimkan saja alamat rumah sakit Taehyung memeriksa diri." Setelah mengatakan itu, Jungkook langsung menginjak gas dan pergi menjauhi caffe tadi.

Perasaannya berkecamuk. Kesal, marah dan was-was, tanpa sadar bahkan ia meremat stirnya.

"Fuck. Ini di luar rencanaku."

Married Again [KookMin] [VMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang