Chapter 5

5.5K 583 44
                                    

Dding.. Ddong.. Dding.. Ddong..

Lisa menghela nafasnya dengan tangan yang tetap merangkul Jungkook, sahabatnya ini kesadarannya sudah hampir hilang total, beruntungnya Jungkook masih bisa ia tuntun untuk berjalan.

Dan kini mereka sudah berada di depan rumah megah yang Jungkook bilang jika ia akan menginap disini selama beberapa hari kedepan.

Rumah keluarga Kim.

Jungkook pernah menunjukan alamat dan rumah megah ini padanya saat ia sampai di korea dulu. Untungnya ia masih ingat dimana letak rumah ini, rumah besar dengan cat biru dan halaman yang penuh dengan kebun bunga.

Tidak ada jalan lain, besok pagi Lisa harus bekerja dan ia tidak bisa membawa Jungkook ke rumahnya karna kakak lelakinya sedang berkunjung, ia takut kakaknya berpikir macam-macam jika ia membawa Jungkook ke rumahnya, kadi gadis itu nekat mengantarkan Jungkook pulang ke rumah ini.

Namun ia sedikit menyesal mengantarkan Jungkook, jam sudah menunjukan pukul setengah satu malam dan ia yakin semua orang di dalam sudah tidur. Ia sudah menunggu selama dua puluh menit namun tidak ada yang membukakan pintu untuknya. Lisa tidak berpikir panjang tadi, tidak mungkin ada yang terbangun, percuma ia mengantar Jungkook.

Seharusnya ia pesan hotel dekat bar saja tadi untuk Jungkook dan ia bisa langsung pulang nanti.

"Hah.. Ya sudahlah, aku bawa Jungkook ke rumah saja." Gumamnya sambil berbalik hendak menuju ke mobilnya lagi, dengan bersusah payah ia membawa Jungkook yang hanya terdiam dan kesusahan berjalan.

Cklek.

Lisa yang hampir sampai di depan mobilnya refleks menoleh ke belakang saat mendengar pintu terbuka dan ia melihat seseorang di sana.

Park Jimin.

Pria manis itu ada disana, dengan wajah baru bangun tidurnya, dan Jimin terlihat sedikit terkejut saat melihat ke arah mereka, lebih tepatnya ke arah Jungkook

"Ah, selamat malam. Maaf mengganggu anda larut malam begini." Ucap Lisa sambil berbalik lagi dan membenarkan rangkulan Jungkook di bahunya.

"Astaga, Jungkook mabuk?" Lisa hanya mengangguk dan tersenyum kecil ke arah Jimin yang langsung membantunya menuntun Jungkook untuk masuk ke dalam.

Mereka menidurkan Jungkook di sofa dan Jimin segera membuka sepatu Jungkook lalu menyamankan tidur pria tampan itu di sofa. Dengan hati-hati ia menyimpan bantal di bawah kepala Jungkook, setelahnya ia sedikit berlari ke salah satu ruangan dan kembali dengan selimut tebal di tangannya.

Lisa memperhatikan bagaimana perlakuan Jimin menyelimuti badan Jungkook dan mengelus lembut rambut hitam pria Jeon itu. Entah perasaannya saja atau bukan, sekilas Lisa melihat Jimin menatap dengan tatapan yang sulit Lisa artikan pada Jungkook.

Namun terkesan jika Jimin sedih melihat Jungkook, dan ada sedikit tatapan sayang disana. Lisa tidak mau menyimpulkan sendiri, Jimin mungkin khawatir pada Jungkook yang sudah di anggap sebagai adiknya sendiri.

"Terima kasih sudah mengantarkan Jungkook pulang." Lisa sedikit tersentak saat Jimin tiba-tiba sudah berdiri di hadapnya dan tersenyum dengan manis.

"A-ah iya." Jawab Lisa dengan kekehan canggungnya, ia mengigit bibir bawahnya karna merasa kaku berhadapan dengan Jimin.

Benar apa yang Jungkook katakan. Jimin sangat menawan dan manis, selama ini ia melihat Jimin lewat foto yang di tunjukan Jungkook padanya. Baru kali ini ia melihat langsung secara jelas bagaimana rupa Jimin.

"Aku harus pulang." Ucap Lisa sambil tersenyum canggung pada Jimin, ia mengelus tengkuknya saat Jimin tersenyum padanya dengan sangat manis.

Tidak heran Jungkook jatuh sangat dalam pada pesona Jimin, pria manis ini sangat menawan. Sekilas melihat perlakuannya, Lisa tau jika Jimin adalah orang yang baik, perhatian dan lemah lembut.

"Ini sudah malam, tidak baik bagi wanita untuk pulang larut malam. Apa kau mau menginap disini?" Tanya Jimin sambil menatap Lisa dengan senyumannya.

"Tidak terima kasih, aku akan pulang sendiri." Jawab Lisa dengan perasaan yang jadi canggung kembali.

"Apa tidak apa-apa? Ini sudah sangat larut."

"Tidak apa, rumahku dekat daerah sini."

"Ah.. Begitu, ya sudah mari aku antar ke depan."

Lisa mengangguk pelan dan mengikuti Jimin dari belakang, ia memperhatikan lekuk tubuh Jimin yang cukup sempurna untuk ukuran seorang bottom.

Jimin memakai piyama biru bercorak hitam yang melekat ketat di tubuhnya, bagian dada sedikit besar dan pantatnya terlihat bulat dan besar juga. Sedikitnya ia merasa iri, ia hanya punya dada besar tanpa pantat besar.

Pemikiran lain jika Jungkook memang tidak salah memilih Jimin yang sempurna luar dalam begini.

Namun sedetik kemudian ia menggeleng kuat saat pikiran kotor itu melintas di otaknya, ia terlalu sering menonton film aneh-aneh jadi ia seperti ini jika melihat pria manis dan pria tampan di satu waktu. Astaga, ia harus kurang-kurangi menonton film seperti itu.

Saat mereka sudah berada di depan mobil Lisa, kecanggungan yang tadinya mereda kini naik kembali. Jimin yang sadar situasi berdehem pelan sampai Lisa melihat ke arahnya dengan senyuman manis.

"Sekali lagi terima kasih ya."

"Sama-sama, kalau begitu saya pamit."

"Ah.. ya, hati-hati di jalan ya."

Lisa hanya mengangguk dan tersenyum mendengar perkataan Jimin, ia lalu masuk ke dalam mobilnya dan segera menyalakan mesin mobil.

Tok tok tok.

Saat Lisa akan memakai sabuk pengamannya ia menoleh ke arah Jimin kembali yang sedang mengetuk pelan kaca mobilnya. Ia langsung menurunkan kaca mobilnya dan menatap Jimin yang entah kenapa kini terlihat ragu-ragu.

"Ada apa tuan?" Tanya Lisa sopan sambil tersenyum, Jimin yang melihatnya terlihat menarik nafas panjang, ia berkedip pelan dan menatap Lisa dengan canggung.

"Em.. Nona aku mau bertanya sesuatu sebelum kau pergi." Ucap Jimin dengan pelan, ia terlihat masih sangat ragu berbicara padanya. Tingkah Jimin seperti ia akan mengatakan rahasia terbesarnya.

"Ya, ada apa?"

"Euh.. Kau.. Apa kau kekasih Jungkook?"

Married Again [KookMin] [VMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang