Chapter 15

4K 439 51
                                    

Jimin berjalan cukup cepat menuruni tangga dengan kerutan kening yang terlihat jelas di dahinya. Ekspresinya menunjukan jika pemuda manis itu tengah kesal.

Kaki mungilnya ia paksakan semakin berjalan cepat menuruni anak tangga sampai ia hampir terjatuh di belokan karena ia tidak berhati-hati.

"Sayang."

Jimin refleks berhenti melangkah saat mendengar suara suaminya yang menatap dirinya dengan pandangan yang membuat Jimin merasakan perasaan tidak enak.

"Ah, hey baby Tae." Jimin segera mendekati Taehyung yang tersenyum kecil mendengar panggilan manis Jimin saat bersamanya.

"Kau dari mana hm? Aku mencarimu dari tadi." Tanya Taehyung dengan jari yang mengelus pipi Jimin lembut.

"Eum.. Aku sakit perut tadi. Jadi aku ke kamar mandi atas." Taehyung hanya bisa tersenyum paksa mendengar perkataan Jimin.

'Aku mohon jangan bohongi aku lagi Jiminie,'

"Sayang aku lelah sekali, bisakah kita pulang sekarang?" Tanya Taehyung kembali dan memeluk Jimin dengan erat. Jimin sedikit bingung melihat kelakuan suaminya, namun ia mengangguk setuju.

Tidak ada alasan lagi untuknya berada di pesta Jungkook.

"Ayo kita pulang Tae." Jimin segera menarik Taehyung keluar rumah dengan cepat, ia tidak memperhatikan Taehyung yang menoleh ke atas tangga.

Mata tajamnya melihat sosok yang menatap mereka dengan sendu di lantai dua sana, tatapan yang sama saat kejadian tiga tahun lalu.

.

.

.

Flashback tiga tahun lalu

"Eungh..." Taehyung mengerang pelan dengan tangan yang memeluk erat gulingnya. Ia perlahan membuka matanya saat tidak merasakan kehadiran sang istri yang tidur di sebelahnya.

Tangannya yang meraba sisi kasurnya ia tarik kembali, badan kekarnya ia dudukan di kasur dan matanya menatap sekitar yang gelap.

"Jimin? Sayang?" Panggil Taehyung dengan suara seraknya, namun ia tidak mendengar jawaban Jimin. Sekilas ia melihat pada jam di dekat foto pernikahannya bersama Jimin.

Pukul dua dini hari. Ia yang tidak mau ambil pusing menidurkan dirinya kembali, mungkin Jimin sedang berada di kamar mandi.

Namun rasanya aneh jika ia akan tertidur tanpa Jimin yang berada di sisinya, ia berencana akan menunggu istrinya. Karna ia hanya bisa tertidur nyenyak jika ada Jimin di sampingnya.

Mata Taehyung tertutup namun ia tidak tertidur, rasanya ia sungguh mengantuk namun tidak bisa tidur.

Sekian menit menunggu, Jimin tidak kunjung datang. Maka ia membuka matanya dan turun dari kasur, kakinya ia bawa ke arah kamar mandi dalam kamar mereka memastikan jika istrinya ada di dalam sana.

Ia harus cepat tertidur karna besok ada rapat penting perusahan, mau tidak mau ia harus tidur sekarang juga.

"Jiminie?" Taehyung mengerutkan keningnya saat Jimin tidak ada di dalam kamar mandi. Ruangan terang yang dingin itu terlihat bersih dan menunjukan tempat kering. Itu artinya Jimin tidak ke kamar mandi.

Kesadarannya perlahan terkumpul, namun anehnya mendadak perasaannya tidak enak. Ada rasa ganjal dalam hatinya jika ia mulai khawatir dengan keberadaan istrinya.

Ia tidak mengerti kenapa, namun rasanya ada yang aneh.

Taehyung lalu keluar kamar, mencoba mencari Jimin di dapur, balkon, belakang rumah dan perpustakaan mini di dekat ruangan pribadi ayahnya. Namun nihil, Jimin tidak ada dimanapun.

Memikirkan ulang, kenapa Jimin berada di tempat itu di jam segini? Sekelebat ruangan langsung terlintas di kepalanya.

Dengan ragu kepalanya menoleh ke arah pintu dimana Jungkook tempati selama menginap di rumahnya. Kamar itu begitu sunyi namun lampunya terlihat sangat terang. Cahaya lampu kamar terlihat dari sela pintu olehnya, dan ada pergerakan di cahaya itu.

Bayangan dua orang samar, degup jantung Taehyung berdetak sangat cepat. Tangannya terkepal dengan sangat erat, matanya mulai memerah namun tak bisa melakukan apapun.

Pikirannya mulai berkeliaran kemana-mana tentang istrinya, ada perasaan sesak hinggap di dalam hatinya. Berulang kali Taehyung menolak pemikiran gilanya jika sekarang istrinya sedang bermain api dengan Jungkook.

Namun kakinya melangkah mendekati pintu itu, pintu yang memisahkannya dengan dua orang di dalam sana, pintu yang menghalangi pandangannya dari apapun yang ada di dalamnya.

"Eunghh shh Jungkookhh aahh!"

"Jiminhh hyunghhh kau sangat nikmat ahhh."

"Ahhhahh kau juga! Aku mencintaimu Jungkook ngh cium aku ahh."

"Aku juga mencintaimu sayanghhh mmpphh."

Deg

Taehyung mundur perlahan menjauhi pintu itu, pandangannya terlihat sangat sedih. Tubuhnya merosot dengan tangan yang meremat rambutnya dengan kuat, air matanya tidak bisa di bendung lagi.

Kepalanya menggeleng kuat mencoba untuk melupakan desahan dan erangan samar dari kamar milik Jungkook. Bayangan tentang apa yang mereka berdua lakukan langsung terlintas dalam pikiran Taehyung.

Dan sungguh itu sangat menyakitkan.

Cintanya..

Kekasih hatinya..

Belahan jiwanya..

Istrinya..

Tengah melalui malam panas bersama pria yang bukan dirinya.

Taehyung merasa gagal menjadi seorang suami sampai istrinya mengatakan jika ia mencintai pria lain dalam desahannya.

Selama ini Jimin bahkan tidak pernah mengatakan jika pria manis itu mencintai Taehyung dalam kegiatan panas mereka atau di waktu biasa.

Jimin pernah mengatakannya, namun tidak pernah setulus yang Taehyung bayangkan.

Pria Kim itu menangis kecil, sebelah tangannya meremas dada bagian kanannya, rasanya sangat menyakitkan mendengar orang yang ia cintai tengah bersama pria lain.

Raga Jimin miliknya, namun tidak dengan hatinya.

Perlahan Taehyung bangkit, ia masih menangis sambil berjalan ke arah kamarnya, ia tersedu dan langsung berbaring di atas ranjang.

Tangisannya makin keras, menjerit kesakitan di dalam kamarnya yang kedap suara. Semua kamar disini memang kedap suara, namun kenapa ia bisa mendengar suara desahan mereka tadi?

Sekeras apa mereka menunjukan jika mereka tengah menikmati kegiatan itu?

"Tuhan.. Hiks.. Kumohon.. Aku tidak masalah jika rasa sakit ini tidak kau obati.. Hiks.. Tapi aku mohon maaf dengan tulus ampuni dosa istriku malam ini.. Aku hiks aku bersalah karna hiks.. Karna semuanya.. Kumohon ampuni dia dan maafkan kesalahan mereka, aku hiks akan pastikan ini adalah dosa terakhir mereka hiks.. Maaf aku bukan suami yang baik Tuhan hiks.. Jimin-ah hiks maafkan aku karna tidak mau kunjung mengerti hatimu sampai kau begini bersama yang lain. Aku mencintaimu istriku hiks.."

End Flashback.

Married Again [KookMin] [VMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang