Chapter 32

2.5K 283 24
                                    

Pertunangan Jimin dan Jungkook berjalan dengan lancar, mereka terlihat bahagia di tempat dimana tadinya mereka bertukar cincin.

Semua teman dan keluarga dekat yang datang saling membagikan kebahagiaan.

Suasana malam di Jepang terlihat sangat indah, mereka memang memilih bertunangan di luar negeri karna berpikir jika mereka bertunangan di Korea, itu akan menjadi hal yang tidak baik.

Kebanyakan teman dan sahabat mereka ada di sana, dan yang mereka tau Jimin adalah istri dari Taehyung. Bisa menjadi masalah jika ada yang tau Jimin dan Jungkook sedang berencana akan menikah.

Omong-omong tentang Taehyung, Jimin maupun Jungkook tidak tau jika pria itu datang kesini atau tidak. Sebelumnya Jimin mengatakan pada Taehyung jika pertunangan Jimin di adakan di Jepang.

Sudah sekitar 2 minggu Jimin tidak bertukar kabar dengan suaminya itu, Taehyung juga seperti menjaga jarak dengannya. Jimin mengerti jika Taehyung sedang merasa sedih.

Namun bukankah ini semua tidak sepadan dengan hal yang dirasakannya karna Taehyung selama mereka berhubungan? Katakanlah Jimin egois, namun mau bagaimana lagi? Ia juga ingin bahagia.

Bersama atau tidak bersama Taehyung, ia ingin sekali saja bahagia. Merasakan pernikahan yang di landasi cinta dari kedua belah pihak.

Apalagi Jungkook mewujudkan sendiri impiannya saat pernikahan. Jungkook menyiapkan segala hal yang Jimin inginkan selama pertunangan dan menuju pernikahan.

Semuanya mereka bicarakan sesuai apa yang Jimin inginkan, Jungkook hanya meminta beberapa perubahan konsep namun tidak merusak konsep awal pernikahan yang Jimin inginkan.

Jungkook menuruti semua yang Jimin inginkan, sebisa mungkin Jungkook melakukan hal yang menjadi impian Jimin di hari pernikahannya.

"Kau bahagia Jimin?" Pria manis yang masih sibuk mengaggumi bagaimana Jungkook menggelar pesta pertunangan mereka menoleh, menatap balik pria tampan yang sudah menjadi tunangannya hari ini.

"Tentu saja, kau mewujudkan semua hal yang aku impikan sejak lama Jungkook." Kekeh Jimin lalu meminum sedikit wine yang sedari tadi ia pegang.

"Aku berharap ini semua karna memang kau bahagia denganku, bukan karna aku mewujudkan semua keinginanmu Jimin." Bisik Jungkook dengan pelan, namun hal itu masih terdengar telinga Jimin. Pria manis itu melihat Jungkook menunduk dengan senyuman yang sedikit sendu.

Jimin tersenyum, ia menyimpan gelas winenya di meja dekat mereka lalu ia membalikan badannya sampai berhadapan dengan Jungkook.

Pria manis itu mendongakan kepala Jungkook sambil tersenyum sangat manis. Senyuman yang membuat Jungkook jatuh cinta makin dalam pada tunangannya ini.

"Aku bahagia bersamamu, sangat sangat sangat bahagia. Aku menunggu ini semua bertahun-tahun dan akhirnya semuanya terwujud oleh orang yang sangat aku harapkan." Ucapnya dengan senyuman yang makin melebar. Jungkook yang mendengarnya ikut tersenyum dengan pipi yang bersemu sedikit.

Ia malu di puji seperti itu oleh Jimin, rasanya sangat berdebar. Dan ia tidak bisa menahan senyumnya, secepat kilat Jungkook mengecup bibir Jimin dan Jimin membalas dengan pukulan manja di dada bidangnya.

Jimin kembali berbincang dengan Jungkook, mereka saling bertukar hal menyenangkan dengan segelas wine di tangan masing-masing.

"Eung.. Kook.." Jungkook yang tadinya sedang tertawa karna candaan Jimin refleks berhenti saat Jimin tiba-tiba meremas lengannya dan kekasihnya itu terlihat tengah menahan mual.

"Loh? Sayang?! Kau tidak apa-apa?" Jungkook yang panik segera menyimpan gelas winenya lalu menggendong tubuh Jimin dan membawanya keluar area pesta.

Wajah panik tidak bisa ia sembunyikan melihat Jimin yang seperti ingin memuntahkan isi perutnya.

"SESEORANG PANGGILKAN DOKTER!!"

.

.

.

Minuman, suara bising dan lampu yang berkelap-kelip itu terlihat tidak mengganggunya sama sekali.

Dua botol minuman ada di meja tempatnya duduk, dua gelas minuman ada di dekat botol itu.

Sosok yang sudah setengah mabuk itu menatap sayu ke sekitar, tersenyum miris melihat orang-orang yang sedang melepas beban di lantai dansa sana.

Mereka juga sedang menikmati waktu melepas penat, beban dan masalah. Tapi kenapa ia tidak bisa juga melepas beban dan masalah yang sedang di hadapi.

Drrtt drttt

Sosok itu sedikit menoleh saat mendengar getaran ponsel di mejanya. Sedikit terkekeh melihat siapa yang menghubunginya.

Ia lalu mengambil ponselnya, mengangkat panggilannya lalu mendekatkan ponselnya ke telinga.

"Hey, kenapa menelpon? Bukankah kau sedang bersenang-senang dengan tunanganmu?" Ucapnya dengan nada menyindir di akhiri kekehan. Dengan sempoyongan ia berjalan ke arah kamar mandi kedap suara di dalam bar itu.

"Tae, kau dimana?" Sosok itu -Taehyung- tertawa, ia bersandar pada kursi yang di dudukinya sambil memainkan lidahnya di dalam mulut.

"Kenapa? Kau mengharapkan aku datang ke acara pertunangan istriku sendiri?" Ucapnya dengan sarkas.

"Taehyung.."

"Sudahlah Jimin, ini hari bahagiamu. Jangan libatkan aku. Kau tau aku membencinya dan pasti akan menghindarinya." Ucap Taehyung kembali sambil menatap pantulannya di kaca kamar mandi.

Hah.. Terlihat menyedihkan.

"Taehyung.. Maaf." Taehyung mengigit bibir bawahnya, makin mendengar suara istrinya. Ia makin merindukannya, Taehyung ingin memeluk Jimin dan berharap semua yang terjadi ini hanyalah mimpi.

Tapi apa daya, semua ini adalah kenyataan, Taehyung tidak bisa menghindarinya.

"Jimin.. Kumohon, berikan aku waktu untuk—

"Aku hamil Tae."

Deg.

"A-apa..?"

Married Again [KookMin] [VMin]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang