Episode XX

3.8K 430 13
                                    


Alya kecewa padanya. Prana menyadari itu. Saat ia diam tanpa mengucap apapun, maka kekecewaan telah ia berikan pada istrinya. Sesuatu yang selama ini ia hindari. Apapun perasaannya pada Alya, perempuan itu berhak untuk dibahagiakan.

Konsep membahagiakan tanpa cinta serasa mustahil dilakukan. Tapi, Prana melakukan apapun-kecuali mencintai-demi membuat senyum Alya selalu terbit dari bibir mungil perempuan cantik itu. Ia berhasil. Setidaknya sebelum kejadian sore ini.

"Apa karena Noëlle yang ngebuat Tante enggak bisa nerima Alya sebagai istri Kak Prana?"

Kalimat yang diucapkan Alya terngiang dalam pikirannya. Otaknya mencoba menggali tentang bagaimana Alya mengenal Noëlle. Tidak, ia tidak pernah menceritakan tentang mantan calon istrinya itu kepada Alya. Prana bahkan yakin tidak pernah mengigau tentang Noëlle saat tidur. Seharusnya tidak pernah lagi setelah mereka berakhir setahun sebelum ia menikahi Alya.

Ada seseorang yang mengenalkan Alya pada Noëlle. Ia mengingat siapa saja yang sudah ia beritahu tentang perempuan yang dicintainya itu. Terlalu banyak. Ia sudah memperkenalkan Noëlle pada seluruh keluarganya.

Mungkinkah Kakek Ali?

Hanya nama itu yang dipikirkan Prana. Itu terdengar mustahil mengingat bagaimana Kakek Ali tidak menyukai Noëlle sejak ia masih berpacaran dengannya. Katanya terlalu banyak perbedaan.

Saat nama lain muncul dalam pikirannya, Prana langsung membuka ponselnya. Ia mengetik sebuah pesan.

Kamu yang kasih tahu Noëlle ke Alya, Ratu?

Ia butuh waktu sekitar sepuluh menit untuk menunggu balasan dari sepupunya.

Gak. Alya bilang, kamu udah cerita soal Noëlle. Kenapa?

Prana tidak membalas pertanyaan Ratu. Keningnya berkerut memikirkan kemungkinan lain. Bahwa, mungkin saja perempuan itu sudah lama tahu tentang Noëlle. Ucapan Alya sore ini adalah klimaks dari rasa penasarannya. Karena suaminya, sama sekali belum pernah menceritakan masa lalunya-yang masih menjadi bayang-bayang dalam rumah tangga mereka.

Baiklah, Prana akan mencari tahu nanti. Sekarang, ia harus menyuruh Alya turun untuk makan malam. Sejak tadi, Alya langsung pergi ke kamar. Sementara dirinya justru diliputi kebingungan di taman belakang.

"Al," panggil Prana sambil tangannya mengetuk pintu kamar. Hal yang sebelumnya tidak pernah ia lakukan. Siapa pula yang perlu permisi untuk memasuki kamar tidur sendiri.

Merasa tidak mendengar jawaban, tangan Prana membuka pintu. Di sanalah, ia melihat sosok tubuh mungil sedang membaringkan diri menghadap dinding. Alya bahkan belum mengganti pakaiannya.

Langkah Prana mendekat. Ia mendengar deru napas Alya. Prana tahu jika istrinya belum tidur. Alya pasti tidak akan bisa tidur malam nanti. Mengetahui jika suaminya masih hidup dalam bayang-bayang mantan pacarnya bukan berita baik. Itu sangat mengganggu pikiran Alya.

Ranjang mereka bergoyang ketika Prana mencoba mendudukinya. Ia tidak mengambil di sisi ujung ranjang tempat wajah Alya menghadap. Perempuan itu pasti enggan melihat wajahnya. Prana cukup tahu diri.

"Alya," panggil Prana. Tangannya hendak terulur memegang kepala Alya. Yang terjadi justru tangan itu menggantung di udara. "Makan malam dulu, Al," katanya lagi.

"Alya enggak lapar, Kak."

Harusnya Prana cukup berpuas diri karena istrinya mau menjawab. Mulut Alya terbuka untuk berkata kepadanya. Tapi, itu bukan jawaban yang diinginkannya.

"Kamu belum makan nanti sakit," katanya lagi.

"Tadi siang Alya udah makan di kampus."

Keheningan melanda mereka berdua. Alya dan Prana terhanyut dalam pikiran masing-masing. Lebih dari itu, ada sesuatu yang coba ditahan keduanya.

"Maaf." Suara Prana terdengar begitu pelan. Kata yang diucapkannya bagian dari sesuatu yang ada di hatinya yang terdalam. Ia sungguh-sungguh meminta maaf pada istrinya.

Gerakan tubuh Alya membuat Prana tersentak. Perempuan mungil itu terbangun. Ia mendudukan tubuhnya di hadapannya suaminya. Matanya yang sembab menatap laki-laki yang begitu dicintainya.

"Apa maaf akan ngebuat Kakak mencintai Alya?" tanyanya.

Prana diam tak berkutik. Pertanyaan sederhana itu menyentil dirinya. Kesadarannya telah kembali. Bahwa, ia telah menorehkan lubang di hati perempuan sebaik Alya. Kata maaf yang diucapkannya tidak serta membuat luka itu sembuh.

***

Gimana sikap Prana selanjutnya? Meneruskan pernikahan ini atau .... Jangan lupa berikan komentar kalian untuk part ini.

Hari Setelah Kemarin (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang