Lima - Serangan Fajar

46 10 2
                                    

Pagi-pagi sekali Reva sudah berangkat ke kantor. Dan sepeti biasanya pula, Biyan yang mengantarnya pergi ke kantor. Ia memang sengaja ingin menyelesaikan pekerjaan yang kemarin diberikan Eva kepadanya.

Jujur saja ia mulai simpati pada Eva. Reva paham bahwa sifat Eva yang terkadang seenaknya sendiri merupakan luapan kekesalan yang tidak bisa ia ungkapkan.

Ia seperti mengerjakan job desc tiga orang sekaligus. Bertanggung jawab atas laporan pajak untuk retail, restoran, dan hotel sekaligus. Padahal ia juga punya atasan yang seharusnya bisa membantu pekerjaannya.

Reva memisahkan invoice-invoice yang harus di revisi dan tidak perlu di revisi. Ia mengoreksi dengan detail sebab invoice tersebut di revisi. Ia menyimpulkan bahwa selain karena barang rusak atau expired revisi juga bisa dikarenakan quantity barang yang dipesan mengalami penyusutan. Dan hal tersebut hanya berlaku ketika barang yang dipesan adalah ikan atau daging.

Pandangannya dari tumpukan kertas-kertas teralihkan setelah ia melihat ada pesan muncul di layar monitornya. Kemudian ia membuka pesan tersebut.

From : House of IT
To       : AR Administration

Semangat hafalin barang-barangnya 😚 
Buka link yang ada di bawah, semoga bisa membantu!

Regards,

Rivan Ganteng

Reva refleks menepuk dahinya sambil terheran-heran. Bagaimana bisa ia mengirimkan emoticon cium di aplikasi pesan perusahaan. Bagaimana jika dibaca orang lain?

'Dasar gila!' Umpat Reva sedikit keras.

Ia tidak mengindahkan perintah dari Rivan dan memilih untuk meneruskan pekerjaannya hingga jam masuk telah tiba dan ruangannya telah ramai.

Melani yang baru saja datang kemudian menggeser kursinya supaya lebih dekat dengan Reva. Ia menyodorkan flash disc kepada Reva.

"Dari Rivan, katanya buat kamu." Ujar Melani serius.

"Apa ini isinya, Kak?" Tanya Reva penuh selidik.

"List barang-barang yang harus kamu hafal. Katanya nggak bakal mungkin kamu buka link yang dia kirim. Kamu WA-an sama dia?" Melani mulai mengintrogasi.

Reva menggeleng, kemudian menerima flash disc yang diberikan Melani. "Punya nomernya aja nggak, Kak. Cuman tadi pagi dia ngirimin Reva itu." Jawab Reva sambil menunjuk ke layar monitornya.

Melani melongo melihat pesan yang dikirim Rivan pada Reva. Ia mengerjapkan matanya tak percaya melihat pesan Rivan.

"Serius itu Rivan yang kirim?" Tanya Melani tak percaya.

"Kelihatannya gitu, tapi nggak tau lagi kalo bukan." Jawab Reva santai.

Melani berpikir sejenak menerka-nerka kmungkinan yang bisa terjadi. Di ruangan IT hanya ada dua meja satu meja Rivan dan satu lagi meja Pak Burhan. Kalau Pak Burhan yang mengirim jelas sangat tidak mungkin karena beliau sekarang ada di luar kota. Jadi jelas kemungkinannya memang Rivan yang mengirim pesan tersebut.

"Emangnya kenapa, Kak? Bakal jadi masalah ya?" Tanya Reva was-was.

"Kalo jadi masalah sih kemungkinan nggak, tapi Rivan bukan karakter orang yang suka goda-goda apalagi perhatian sama temen kerjanya terutama temen cewek." Jelas Melani.

Kalau dia bukan tipe cowok yang suka goda-goda lantas kejadian di warung makan tempo hari kebetulan kah? Keisengan kah? Atau memang Rivan sengaja melakukannya?

Memories Behind YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang