Hallo semuanya :)
Dan kembali lagi hari ini :) Maaf Dan baru bisa update soalnya ada beberapa urusan yang harus Dan selsaikan.. Dan sedikit ngasih surprise ke temen-temen yang uda meluangkan waktu baca cerita Dan. Surprise nya adalah foto Reva terpampang di atas hehe. Itu Reva versi Dan teman-teman. Bagaimana Reva menurut versi teman-teman? Ramaikan kolom komentar yuk! Hehehe...semoga suka sama part sembilannya ya! :)
***
"Selamat pagi semua, maaf sedikit mendadak memberi tahu kalian kalau hari ini ada briefing," sapa Bu Elina seraya duduk di kursi paling ujung.
"Selamat pagi, Bu," jawab Reva, Melani, dan Mirna kompak.
Raut wajah Bu Eina nampak serius. Kelihatannya ada suatu hal penting yang akan beliau bicarakan. "Tujuan saya mengumpulkan kalian adalah untuk membahas acara peresmian ballroom baru. Ada beberapa orang perwakilan dari departemen accounting yang akan terlibat sebagai panitia."
"Kalau boleh tahu kapan acara peresmiannya, Bu?" Melani mengajukan pertanyaan.
"Minggu depan, tepat di hari Sabtu sore sekalian gala dinner."
Gawat! Nggak bisa pulang dong? Semoga bukan Reva yang termasuk dalam kepanitiaan. Batin Reva.
"Langsung saja saya umumkan, yang masuk di dalam kepanitiaan yaitu Melani dan Reva. Melani akan membantu proses dokumentasi bersama Ivan dan Letisya, sedangkan Reva bersama Rivan membantu vendor untuk mendekorasi venue acara." Bu Elina menjelaskan.
Reva speechless. Lidahnya mendadak kelu. Pikirannya melayang akan kejadian di taman belakang kantor. Ia ingat persis kata-kata yang Rivan lontarkan pada waktu itu.
Jangan pernah menolak jadi panitia acara. Kamu tahu kan anak baru wajib hukumnya untuk mengumpulkan voucher tambahan diluar job desc yang wajib kamu kerjakan?
Kata-kata Rivan seolah berseliweran dalam pikirannya. Pantas saja Rivan membuat kesepakatan itu. Ia memang tidak akan mengganggu atau menjahili Reva, tapi berada dalam divisi yang sama dalam kepanitiaan adalah cara Rivan untuk bisa dekat dengan Reva.
Oh God! Kenapa nggak terpikirkan sih kalau bakal kayak gini? Pekik Reva dalam hati.
"Va, apa ada yang mau kamu tanyakan?" Bu Elina membuyarkan lamunan Reva seketika.
Reva hanya menggeleng. Karena jujur ia bingung harus menanyakan apa. Toh nanti dia juga bisa bertanya pada Melani atau Mirna yang lebih berpengalaman.
"Melani dan Mirna boleh kembali ke ruangan, Reva saya minta kamu tinggal di sini sebentar," lanjut Bu Elina. Disusul dengan Mirna dan Melani yang beranjak dari kursi kemudian menuju ruangan kerja masing-masing.
Bu Elina mengeluarkan dua lembar kertas dari dalam map bening miliknya dan meyerahkannya pada Reva. "Ibu akan mengajukan jadwal ujiannya hari ini, ibu beri waktu kamu satu jam untuk mempelajari semua yang kamu peroleh dari hari pertama kerja sampai sekarang." Bu Elina menekankan.
Kepala Reva mendadak pusing. Strategi yang dilakukan Rivan benar-benar diluar kendalinya. Ditambah dengan ujian pertamanya yang sangat mendadak membuat kepalanya serasa mau meledak. Melihat raut wajah Bu Elina yang tenang namun terlihat mematikan membuatnya bergidik ngeri.
"Kenapa ujian Reva harus dimajukan, Bu?" Tanya Reva. Ia sedikit tidak terima dengan keputusan Bu Elina.
"Karena besok dan beberapa hari kedepan saya harus fokus mempersiapkan acara peresmian ballroom," jawab Bu Elina.
"Kalau begitu Reva siap-siap dahulu, Bu."
"Baik, saya tunggu kamu satu jam lagi. Kamu bisa temui saya di sini."
![](https://img.wattpad.com/cover/203500452-288-k613859.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Behind You
Chick-LitReva tidak pernah membayangkan bahwa dia akan tinggal terpisah dengan ibu dan adik perempuannya. Di kota tempat tinggalnya yang baru dia bertemu dengan sahabat ibunya dan disana pula dia mengenal Biyan. Cowok yang jarang sekali berbicara, dingin, te...