Reva melanjutkan kegiatan membantu bundanya sepulang dari Lapas. Rasanya sudah lama ia tidak menyentuh peralatan untuk membuat kue. Bunda menyuruhnya untuk membuat pai buah, donat, dan pastel.
Kue-kue tersebut sudah dipesan sejak beberapa hari lalu, tapi bunda membuatnya sedikit lebih banyak untuk dibagikan ke anak-anak jalanan yang biasa Reva kunjungi. Sebelum diterima bekerja, Reva tidak hanya rutin mengunjungi tapi juga rutin membantu mengerjakan tugas sekolah mereka.
"Kamu mau antar kuenya jam berapa, Va?" tanya Bunda.
"Sepertinya selepas ashar bunda. Biar nggak terlalu terik juga. Kasihan mereka kalau belajar di tengah cuaca yang terik," jawab Reva.
"Sendiri atau ditemani Revi?"
"Sendiri aja nggak papa."
Tak lama setelah itu terdengar ada yang mengetuk pintu rumah Reva. Sepertinya si pemesan sudah datang.
"Revi, tolong bukain pintunya!" perintah Reva sambil sedikit berteriak.
Revi bergegas menuju ruang tamu untuk melihat siapa yang datang. Revi mengintip dari balik tirai korden. Ia melihat seorang cowok berpostur tubuh tinggi sedang membawa dua kantong belanjaan. Wajahnya nampak asing bagi Revi.
"Mau ambil pesanan ya, Mas?" tanya Revi begitu selesai ia membuka pintu. Ia sempat takjub dengan visual cowok yang ada di depannya.
Cowok itu sedikit salah tingkah sambil menggaruk-garuk tengkuknya yang tidak gatal. "Mmm.. Reva ada?"
"Oh, mau nyari kak Reva. Silahkan masuk." Revi memerintahkan cowok itu masuk dan duduk di ruang tamu rumahnya. Kemudian ia berjalan menuju dapur dan memanggil Reva.
"Kak, ada yang nyariin tuh,"
"Siapa? Windy? Biasanya langsung nyelonong aja tuh bocah," tanya Reva.
"Bukan. Bukan kak Windy. Tapi cowok ganteng banget Revi belum pernah tahu." Revi terlihat bersemangat membicarakan cowok itu.
Reva mengernyitkan dahi. Cowok? Selama ini cowok yang sering bertandang ke rumahnya pasti Revi tahu. Siapa yang dimaksud Revi? Reva berjalan menuju ruang tamu. Dan betapa kagetnya dia mendapati Biyan yang tengah duduk di sofa ruang tamunya.
"Biyan ngapain? Nggak kesambet kan datang kesini?" Reva terkejut bukan main. Pandangannya tertuju pada Biyan. Ia mengucek matanya memastikan bahwa ia tidak salah lihat.
Biyan menggeleng sambil tersenyum canggung. "Nggak. Kebetulan tadi ada urusan sekalian mampir nganter titipan bunda buat bunda kamu."
"Ooh..aku panggil bunda dulu kalo gitu." Reva ingin melangkahkan kakinya menuju dapur tapi entah mengapa kehadiran Biyan di ruang tamu rumahnya seolah-olah menahannya untuk tetap berdiri di sana. Sekali lagi ia pandangi Biyan memastikan bahwa ia masih dalam kondisi yang sadar.
"Va, kok malah bengong?" Suara Biyan seolah menyadarkan Reva bahwa ia memang dalam kondisi sadar dan memang cowok yang ada di hadapannya ini adalah Biyan.
"Ehh..iya aku panggil bunda dulu."
Reva berjalan menuju dapur tapi pikirannya seolah masih tertinggal di ruang tamu. Seorang Biyan tiba-tiba datang ke rumahnya itu seperti Christopher Colombus yang tiba-tiba bangkit dari kematiannya. Kemustahilan yang seolah berubah menjadi kepastian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Behind You
Chick-LitReva tidak pernah membayangkan bahwa dia akan tinggal terpisah dengan ibu dan adik perempuannya. Di kota tempat tinggalnya yang baru dia bertemu dengan sahabat ibunya dan disana pula dia mengenal Biyan. Cowok yang jarang sekali berbicara, dingin, te...