Empat - Wawancara

50 10 0
                                    

Hari ini Reva memang sengaja bersiap-siap lebih pagi. Ia mempunyai misi wawancara singkat dengan Buk Nah  tentang bagaimana karakter Biyan. Bukannya ia mau kepo. Hanya saja ia tidak ingin salah mengambil sikap dalam menghadapi Biyan. Apalagi mungkin ia akan tinggal dalam waktu yang lama di rumah Tante Mita.

Rasanya tidak enak saja jika ia memiliki hubungan buruk dengan Biyan. Bukan juga hubungan yang lebih seperti pacaran yang diinginkannya. Ia hanya ingin hubungan yang wajar seperti berteman.

Pagi itu ia memang sengaja belum berganti pakaian kerja karena ia ingin membantu sekaligus mewawancarai Buk
Nah.

"Pagi Buk Nah yang cantik, " sapa Reva dengan senyuman lebar selebar halaman belakang rumah Biyan.

"Selamat pagi cah ayu. Duh pagi-pagi sudah dibilang cantik kan Buk Nah jadi malu," ujar Buk Nah sambil senyum-senyum malu.

"Tante Mita masih di luar kota ya, Buk?" tanya Reva basa-basi.

"Iya cah ayu. Kenapa? Ada perlu?" Buk Nah bertanya balik.

"Enggak kok, Buk. Reva nggak lihat aja dari kemarin sore. Oh, ya Reva bantuin cuci piringnya ya?" tawar Reva.

"Ehh nggak usah cah ayu, biar Buk Nah saja, uda sana nonton tipi aja nanti basah semua," Buk Nah menolak tawaran Reva.

"Nggak papa Buk Nah. Reva bisa kok, udah biasa malah kalo di rumah. Pokoknya jangan nolak kalau Reva mau bantu-bantu," ujar Reva masih bersikukuh.

"Ya sudah kalau begitu. Wajan dan panci-panci kotornya biar Buk saja ya, cah ayu cuci piring, gelas, sama sendoknya saja," Buk Nah akhirnya mengiyakan tawaran Reva.

"Siap boss. Oh ya, Reva boleh tanya sesuatu nggak?" tanya Reva sambil melanjutkan aktivitas cuci piringnya.

"Tanya apa? Jangan tanya yang sulit-sulit pokoknya, nanti Buk Nah nggak bisa jawabnya," jawab Buk Nah terlihat serius.

"Biyan itu orangnya memang dingin dan cuek gitu ya, Buk?" tanya Reva akhirnya.

"Iya cah ayu. Mas Biyan itu ya gitu itu orangnya. Sama bundanya saja juga begitu kok. Jadi kalo Mas Biyan bersikap gitu jangan diambil hati ya?"

Reva mengangguk sambil tersenyum. Ada sedikit kelegaan dalam hatinya. Setidaknya Biyan bersikap seperti itu bukan hanya kepada dirinya tapi juga orang lain.

"Tapi jangan salah, walaupun sikapnya kayak gitu Mas Biyan nggak pernah nolak semua yang disuruh sama bundanya. Bahkan tengah malam pun dia akan lakukan," lanjut Buk Nah.

"Masa sih Buk?" tanya Reva semakin semangat.

"Iya cah ayu. Mas Biyan itu memang dingin di luar tapi hangat di dalam hehe.. " ujar Buk Nah diiringi tawa.

Reva tersenyum geli mendengar perumpamaan Buk Nah. Setidaknya Reva
mendapat banyak pencerahan dari Buk Nah. Yang paling penting ia bisa menentukan bagaimana sikap menghadapi Biyan.

                              ***

Selepas bantu-bantu sekaligus mewawancarai Buk Nah, Reva bergegas menuju kamarnya untuk berganti baju. Ia mengenakan pleated skirt berwarna pink dipadu blouse bernuansa bunga-bunga dengan warna senada. Reva memang sering mengenakan skirt daripada celana jeans supaya tubuhnya tidak terlihat terlalu pendek.

Reva bergegas menuju teras depan rumah agar Biyan tidak menunggunya terlalu lama. Dan benar saja ketika ia membuka pintu depan rumah ia mendapati Biyan tengah duduk di kursi rotan teras rumah.

"Pagi, Bi," sapa Reva sambil tersenyum lebar selebar jalan menuju kantor tempatnya bekerja.

Biyan tercengang melihat sikap Reva yang aneh. Mulutnya sedikit menganga dan sekujur tubuhnya mendadak merinding. Bagaimana bisa gadis ini berubah menjadi ramah? Bukannya kemarin ia mengumpati Biyan dan bahkan memberinya julukan 'Tembok Beton?'

Memories Behind YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang