"Bunda sudah membaik kok, tenang aja," ucap Biyan sambil menenangkan Reva. Sepanjang perjalanan Reva menjadi cemas.
"Beneran kan?"
"Iya, Va. Kemarin setelah infusnya habis sudah diperbolehkan pulang."
"Reva benar-benar merasa bersalah. Coba aja Reva bawa tas sewaktu ke rumah sakit pasti Revi juga nggak bakal kepikiran yang macam-macam."
"Sudah kejadian kan? Mau kamu merasa bersalah sambil menangis di pojokan juga waktu nggak bakal bisa dikembalikan lagi."
Reva kemudian terdiam. Bingung juga mau menanggapi pernyataan Biyan karena semua memang sudah terjadi. Reva begitu bersemangat ketika sudah sampai di depan rumahnya. Ia langsung melesat menuju ke dalam dan menghampiri bundanya.
"Bundaaaaa...," teriak Reva dan langsung berlari memeluk bundanya.
"Kamu nggak papa kan, Va? Kemarin Revi menelpon tapi katanya nomor kamu nggak aktif. Biyan juga sempat menelpon bunda dan bilang kamu belum sampai rumah."
"Reva nggak papa bunda. Kemarin Reva harus ngantar teman Reva ke rumah sakit dan lupa nggak bawa handphone. Maafin Reva bunda..," ucap Reva sambil mengeratkan pelukannya.
"Bunda sudah nggak papa, kok. Kemarin cuman kelelahan sedikit tapi sekarang sudah mulai pulih,"
"Kebiasaan selalu lupa makan sama minum kalau sudah terlalu sibuk. Untung Revi ada di rumah, kalau dia sedang kuliah gimana? Ini adalah salah satu hal yang membuat Reva berat hati untuk jauh dari bunda. Bunda tahu kan yang Reva punya sekarang cuman bunda sama Revi? Reva nggak akan pernah maafin diri Reva sendiri kalau sampai terjadi apa-apa sama bunda," ucap Reva sambil terisak.
"Bunda hanya ingin kamu fokus sama masa depan kamu," ucap Bunda berkaca-kaca.
"Reva nggak ingin bunda sama Revi susah, makanya sebisa mungkin Reva bakal gantiin posisi ayah."
"Kalian nggak bisa saling menggantikan tapi kalian berdua melengkapi hidup bunda, mulai sekarang kamu harus fokus sama masa depan kamu," ucap bunda serius.
"Reva cuma ingin bunda nggak usah capek-capek buat kerja, biar Reva aja yang kerja," balas Reva tak kalah serius. Memang inilah hal yang diinginkannya selama ini. Maka dari itu sebisa mungkin ia berusaha keras agar lolos tahap training di JH Retail.
Bunda semakin terharu mendengar perkataan Reva barusan dan semakin mengeratkan pelukannya, "Terima kasih selama ini kamu sudah menjadi anak yang baik dan bisa bunda andalkan, bunda selalu berdoa supaya apa yang kamu inginkan terkabul dan dilancarkan semuanya, oh iya kamu pulang diantar siapa?" tanya Bunda kemudian.
"Oh iya Reva sampai lupa kalau di depan ada Biyan," ucap Reva sambil menepuk jidatnya.
***
Biyan melongo ketika dengan gesitnya Reva keluar mobil dan masuk rumah. Ia sangat paham bahwa gadis itu sungguh mencemaskan bundanya. Ia memutuskan untuk masuk dan duduk di sofa ruang tamu Reva.
Samar-samar ia mendengar percakapan Reva dan bundanya. Hatinya terasa nyeri ketika ia mendengar Reva berkata ingin menggantikan posisi ayahnya. Ia merasa tertampar.
Sejak kepergian Keysha, ia memutuskan untuk menutup diri bahkan dari bundanya. Ia jarang sekali bercakap-cakap apalagi keluar bersama. Seketika ia teringat sang bunda. Betapa berdosanya ia selama ini mengabaikan bundanya.
Padahal sebagai anak laki-laki harusnya ia bisa menggantikan posisi ayahnya untuk melindungi dan menjaga bundanya. Tapi selama ini yang ia lakukan justru sebaliknya. Ia benar-benar merasa malu. Reva saja yang notabene seorang perempuan memiliki tekad menggantikan posisi ayahnya, dan ia malah justru mengabaikan bundanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memories Behind You
ChickLitReva tidak pernah membayangkan bahwa dia akan tinggal terpisah dengan ibu dan adik perempuannya. Di kota tempat tinggalnya yang baru dia bertemu dengan sahabat ibunya dan disana pula dia mengenal Biyan. Cowok yang jarang sekali berbicara, dingin, te...