Tujuh Belas - Ide Gila Rivan

41 6 3
                                    

"Sudah coba hubungi customer yang sudah di pilah-pilah tempo hari?" tanya Mirna.

"Beberapa sudah ada yang aku hubungi, Kak. Mereka bisa janji minggu depan, tinggal dilihat aja," jawab Reva.

"Yang lima teratas rasanya percuma kalau kamu hubungi via telepon, Va. Nggak akan pernah direspon," terang Mirna.

"Serius, Kak?"

"Serius. Tugasku sama Melani di sini sebatas memberi informasi terkait bagaimana karakter customer, untuk selebihnya keputusan ada di tangan kamu. Kemungkinan itu juga bisa jadi poin penilaian."

"Lokasinya sesuai sama yang ada di daftar kan?"

"Iya, Va. Atau kamu bisa buka di program. Lebih lengkap di program daripada di daftar yang kemarin."

Telepon di meja Reva tiba-tiba berbunyi.
Reva kemudian menuju mejanya dan segera mengangkatnya.

"Hai, apa kabar?" sapa suara di telepon.

"Kak Rivan?" pekik Reva.

"Kaget ya?"

"Iya, tumben amat. Biasanya ngerecokin di e-mail."

"Sekarang kan kita teman, jadi nggak masalah dong kalo ngobrol di telepon?"

"Jadi masalah sih kalau kerjaan Reva banyak."

"Ganggu ya?"

"Kalau sekarang masih belum, ada apa emangnya?"

"Nanti pulang kerja ada acara?"

"Ada rencana mau pergi ke tengah kota, kenapa? "

"Sama siapa?"

"Sendirian."

"Mau aku antar? Sekalian aku mau ajak kamu makan lontong mie yang enak, gimana?"

"Tapi Reva nggak bawa helm?"

"Tenang. Aku uda bawain kok. Aku tutup ya.. Semangat kerjanya."

Tuut.. Tuut.. Tuut..

Sambungan telepon dari Rivan terputus. Setelah mendengar penjelasan dari Mirna terbesit dalam benak Reva untuk melihat lokasi customer yang sudah ia pilah. Ia memang berencana akan pergi sendiri supaya lebih leluasa. Tapi ia juga tidak bisa menolak tawaran Rivan barusan mengingat apa yang sudah Rivan lakukan.

Baru saja ia mau memulai untuk menelepon customer selanjutnya, tiba-tiba Dhira datang dan duduk di meja sebelahnya.

"Lo yang handle Hotel Acazia kan?" tanyanya dengan raut wajah merendahkan.

"Iya, kenapa?" tanya Reva santai.

"Lo tahu apa yang harus lo lakuin kan?"

"Iya tahu," jawab Reva singkat.

"Gue peringatin ya, mendingan mulai sekarang lo atur strategi. Terserah lo mau jungkir balik sampek jatuh sekalipun gue ga bakal peduli. Yang gue mau itu customer harus lunas hutangnya sampai akhir tahun! Gue nggak akan rela kalau nama gue ada di daftar hitam penilaian, see?" ancam Dhira seenak jidatnya.

"Kalau Reva berhasil gimana?" tantang Reva.

"Gue kasih sepuluh persen dari total bonus akhir tahun yang gue dapat, tapi kalau lo gagal, jangan pernah ketemu apalagi deket sama Rivan lagi, see?"

Dasar Dhira sialan! Kenapa harus gitu amat sih syaratnya? Walaupun lo jungkir balik jatoh bahkan sampai nyungsep sekalipun Kak Rivan ga bakal mungkin gubris lo, see? umpat Reva dalam hati.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memories Behind YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang