Tiga Belas - Sebuah Pengorbanan

16 4 0
                                    

Tidak apa-apa, mungkin sekarang aku hanya bisa menjadi tamengmu, tapi suatu saat aku akan menjadi seseorang yang sedetik pun tidak akan bisa kamu lupakan - Rivan Ashraf Syabani

🌸🌸🌸

"Aku menuntut penjelasan kamu titik," ucap Melani dengan penuh penekanan.

"Jangan aneh-aneh deh, Kak." Reva berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Semalam kamu menghilang kemana sama Biyan?" pancing Melani.

"Emmm..itu ada kejadian yang urgent jadi terpaksa Reva pulang diantar sama Biyan," jawab Reva. Ia tidak ingin Melani tahu kalau sebenarnya ia tinggal di rumah Biyan jadi ia memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian semalam.

"Segenting apa sih sampai kamu bisa diantar sama dia?"

"Pokoknya genting banget. Sudah ya, Reva mau lanjut menata photobooth," jawab Reva sambil berlalu pergi. Ia tidak ingin Melani semakin curiga atas kejadian semalam. Cukup dirinya dan Biyan saja yang tahu.

Sejak pagi Reva sibuk menyiapkan acara peresmian ballroom untuk besok. Rivan menyuruhnya fokus untuk membantu vendor mendekor photobooth sedangkan Rivan fokus pada panggung dan meja perjamuan.

Reva bekerja dengan giat mengingat ini adalah kali pertamanya ikut dalam kepanitiaan. Terlebih lagi, kepanitiaan seperti ini akan berpengaruh pada penilaian kinerjanya di akhir tahun. Ia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang sudah diberikan kepadanya.

"Photobooth nya sudah beres?" tanya Rivan pada Reva.

Reva yang sedang meneguk minuman kemudian berhenti sejenak, "Tinggal finishing aja. Kakak mau lihat?"

Rivan mengangguk kemudian ia mengikuti Reva menuju ke tempat photobooth. "Bunganya cuma ada di tengah aja? Mungkin lebih bagus kalau di pinggir-pinggirnya juga, jadi kelihatan rimbun bunganya."

"Betul juga. Reva ke belakang dulu ambil sisa bunganya," ucap Reva sambil bergegas mengambil dua kantong plastik besar bunga plastik yang ada di belakang.

"Va, aku tinggal sebentar nggak papa kan?" ucap Rivan.

"Nggak papa kok, lagipula tinggal pasang bunga plastiknya aja." timpal Reva sambil mengacungkan jempolnya.

Ia melihat punggung Rivan yang perlahan menjauh. Sejenak ia berfikir apakah selama ini ia terlalu kasar kepada Rivan? Sejujurnya Rivan orang yang bertanggung jawab dan dapat diandalkan, ia lega sekaligus senang bisa satu tim dengan Rivan.

"Va, kalau uda selesai pasang bunganya, bantuin list tamu undangan sekalian atur tempat duduknya ya? Ini kursi-kursinya baru diantar sama vendor." pinta Letisya sambil mengarahkan seseorang yang sedang mengangkut kursi.

"Oke, ini tinggal dikit lagi selesai."

Reva bergegas memasang bunga-bunga plastik sesuai arahan Rivan. Di kejauhan Rivan mengamatinya dengan lekat. Betapa giatnya Reva bekerja. Ia benar-benar fokus menyelesaikan apa yang Rivan katakan sebelumnya, hingga Reva tidak menyadari bahwa di belakang  photobooth yang sedang ia kerjakan ada tumpukan kursi tampak hampir roboh.

Rivan yang sedari tadi mengamatinya cukup was-was. Tapi ia sedang menemani Bu Elina membuat kata sambutan untuk besok. Tumpukan kursi tersebut perlahan mendorong photobooth yang sedang dikerjakan Reva. Rivan berlari sekencang-kencangnya kemudian mendorong tubuh Reva sekuat tenaga agar ia terhindar dari photobooth yang hampir roboh.

Memories Behind YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang