Soyeon masih belum bisa ditumbangkan, meski sudah berbagai cara dilakukan oleh Somi, Somin dan Jiwoo.
Saat Jiwoo berhasil menarik kerah baju Soyeon, sebuah kartu tarot tiba-tiba terjatuh. Kartu tarot itu bergambar logo zodiak Virgo yang dicapit oleh kepiting yang merupakan logo zodiak Cancer. Secepat kilat Jiwoo, yang sedikit bisa membaca tarot, menoleh ke arah Dahyun dkk.
"Siapa di antara kalian yang memiliki zodiak Cancer?", tanya Jiwoo
Lia langsung mengangkat tangannya. "Aku"
Jiwoo langsung mempersilakan Lia untuk maju. "Cuma kamu yang bisa kalahin Soyeon"
Lia terlihat bingung. "Aku?"
"Ya. Hanya yang berzodiak Cancer yang bisa mengalahkan Virgo milik Soyeon"
Lia masih bingung, tapi kemudian Yeji berbisik, "Ayo, lakukan saja. Ingat, dia yang membunuh Kakakmu. Jangan khawatir, kami akan membantumu"
Lia masih terlihat ragu-ragu. Kemudian diliriknya Youngjae yang juga sedang menatapnya. Youngjae mengangguk, membuat Lia memantapkan diri untuk maju.
Soyeon terlihat gemetaran. Padahal dari tadi dia tenang-tenang saja karena Lia terlihat tidak berani untuk melawannya.
Kartu sialan, batin Soyeon.
Soyeon menggeram. Tapi dia tidak segera menyerang Lia, melainkan Somi yang berdiri di depan Lia.
Soyeon, meski lebih pendek dari Somi, tapi dia lebih kuat. Bahkan kini Somi tengah tergantung dengan kerahnya yang dicengkeram Soyeon.
"Kalian maju selangkah, dia akan mati!!!", ancam Soyeon
Lia terlihat ragu-ragu.
"Jangan pikirkan aku!!! Lakukan saja!!! Ingat, dia adalah pembunuh Kakakmu!!!", teriak Somi
Lia pun melangkahkan kakinya. Soyeon mulai bersiap melepaskan cengkeramannya pada kerah baju Somi.
"Lakukan saja, Choi Lia!!!"
Lia menarik nafas dalam-dalam. Lagi, dia melangkahkan kakinya.
Soyeon pun melepaskan cengkeramannya. Dan Somi terjatuh dari lantai 2. Tubuhnya membentur meja kaca, dan membuat lampu petromax yang ada di atas meja itu terguling. Api di lampu petromax itu pun menyambar beberapa tumpukan kertas yang berserakan di lantai.
Sementara itu, Lia mulai menyerang Soyeon. Sebenarnya pukulan-pukulan Lia tidaklah kencang, tapi anehnya mampu membuat Soyeon terluka.
Soyeon terduduk di tepi tangga. Tangannya mengelap darah yang mengalir di sudut bibir.
Somin menepuk pundak Lia, dan memberinya sebuah gunting rumput. Lia mengerti. Dan tanpa ragu, diarahkannya gunting itu ke leher Soyeon.
"Aku membalaskan kematian Kak Yuju dan orang-orang yang mati karenamu. Selamat tinggal", ucap Lia
Kresss.
Leher Soyeon terpotong. Setelah tak ada lagi penghalang, Somin dan Jiwoo segera membimbing para gadis untuk pergi.
"JEON SOYEON!!!", teriak Wonwoo
Fokus Wonwoo kini terbagi. Antara melihat mayat Soyeon, kemudian melihat para gadis yang bergerak pergi, dan masih harus menghadapi para pria. Ditambah, kekuatannya kini melemah.
"Somin? Ayo kita pergi bersama", ucap Jiwoo ketika melihat Somin berhenti di ujung tangga
"Kamu duluan saja, Jiwoo. Aku menunggu di sini dulu", balas Somin
"Tapi-"
"Pergilah. Bawa anak-anak itu pergi. Lihatlah, api mulai membesar"
"Kalau begitu, ayo kita pergi bersama!!!"
Somin menggeleng. "Pergilah duluan, Jiwoo. Aku akan menyusul"
Jiwoo pun menyerah. Dia lalu mengajak rombongan para gadis untuk pergi.
Somin tersenyum tipis. Dia melirik Minhyun yang masih berjuang melawan Wonwoo.
"Aku akan membantumu, Minhyun", gumam Somin.
#####
KAMU SEDANG MEMBACA
Death Bell: The Jeons
FanfictionKisah perjalanan anak-anak Kim, Choi dan Hwang yang mencari seseorang dari keluarga Jeon. Setelah berhasil menemukannya, ternyata mereka mengalami kejadian yang unik dan sedikit aneh. Dan setiap jam 10 malam, terdengarlah bel. Entah apa maksud bel i...