Setelah bertahun-tahun berlalu, akhirnya aku menyadari bahwa rumah kecil yg sudah usang itu butuh penghuni baru untuk memperbaikinya. Aku mencari ke setiap penjuru negeri, barangkali bisa kutemukan seseorang. Seperti saat ini langkahku berkelana menuju sebuah tempat yang selalu aku datangi 2 tahun belakangan. Disini aku selalu bisa mengutarakan perasaanku, terutama kerinduan yang selalu diselimuti oleh rasa sakit. Ribuan kali sudah ku coba untuk menerima tapi aku selalu terjebak, perasaanku untuk Wili sudah terlalu dalam, hingga aku tenggelam di dalamnya, aku terus berusaha menyelamatkan diri dan tidak pernah kutemukan daratan.
Nama Wili masih menjadi satu-satunya alasanku untuk bertahan, meskipun aku tidak pernah berani menanyakan bagaimana kabarnya dan siapa perempuan yang saat ini mengisi hatinya. Aku tidak pernah siap menerima kenyataan bahwa Wili mencintai perempuan lain. Setiap kenangan yang kami lalui bersama membuatku benar-benar gila.
Namun perpisahan tetap menyadarkanku bahwa pasti ada seseorang yang bersedia menemaniku melanjutkan hidup.
*
Suatu hari di bulan November, ada seorang laki-laki dari kenalan temanku, Caca. Ia setuju untuk mendekatiku setelah perkenalan kedua kami. Laki-laki itu bernama Raka, aku melihat matanya yang teduh dan senyumnya yang hangat. Ia tampak seperti laki-laki dewasa yang berwibawa. Kami sedikit banyak sudah mengenal satu sama lain, ia tahu kalau aku tidak suka kecap dan kuning telor, aku juga tahu kalau dia benci sayur. Setiap hari minggu ia selalu mengajakku untuk berkencan, seperti pergi memancing, melihat matahari senja, atau sekedar menikmati kopi hangat dipagi hari yang berembun.
Raka mengatakan kepadaku kalau aku adalah perempuan yang selama ini ia cari. Perempuan sederhana yang mengerti bagaimana sakitnya kehilangan. Aku sedikit pesimis dengan pernyataannya, sebab aku tidak merasakan hal yang sama seperti yang Raka katakan. Aku hanya berusaha menghabiskan waktu bersamanya karena aku tidak bisa sendirian, namun perasaan pada Wili masih tidak bisa aku hapuskan, bahkan semua kenangan kami masih tersimpan rapi di memori handphoneku.
Aku tidak bilang kalau Raka bukan tipeku, dia tipe setiap wanita yang berjumpa dengannya termasuk aku. Raka bukan laki-laki biasa, ia punya keunikan yang harusnya bisa membuatku jatuh hati padanya. Setiap hari aku mencoba mencintai Raka, hasilnya nihil. Keputusanku untuk menerima Raka bertamu ternyata salah, aku hanya menyakiti perasaan tulusnya, membuatnya berangan-angan tentang hubungan kami, mengimpikan semua kebahagiaan bersamaku yang ternyata semu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mili & Wili (REVISI)
Teen FictionYang paling menyedihkan dari perpisahan bukan hanya kau tak bisa memilikinya lagi tapi kau juga tak bisa memandangnya berlama lama seperti biasa. Itulah yang mili rasakan hidupnya terasa hampa saat wili memutuskan mengakhiri hubungan mereka dengan s...