Lagi demen aja double up biar cepet beres wkwk
+++++++++++++++++++++++++Badanku serasa begitu pegal dan kaku!
Coba bayangkan aku tidur semalaman dengan posisi terduduk.
Oh tapi tidur nyenyaku tak berlangsung selama itu mungkin hanya beberapa jam, sebab para polisi membangunkanku untuk memproses kami
Orang tua kami, yaitu aku dan Felix sudah menebus anak anaknya yang sedang di kurung di dalam sel.
Kami melewati beberapa jam untuk di beri nasehat dan juga menanda tangani beberapa perjanjian. Seperti aku harus laporan setiap 2 minggu sekali untuk sekedar tes urine, memastikan jika kami sudah tidak memakai narkotika lagi atau melakukan kejahatan lain.
Fuck off! Kepenasaranku berujung malapetaka. Tak ingin lagi aku mencoba barang bodoh itu!
Tante Nayeon yang menjadi penanggung jawab, ayah entah kemana.
Hatiku terenyuh setiap melihat mata tante Nayeon yang sembab.
Aku sempat mendengar tawar menawar antara tante Nayeon dan polisi tersebut.
"Narkoba bukan kriminal yang bisa mengatakan jika pelaku memilik finansial buruk, sebab mereka menghamburkan uang untuk barang tesebut. Jadi jika negosiasi tentang nominal untuk kasus narkoba tidak akan pernah menemukan konklusi"
Aku masih ingat kata kata seorang polisi yang membuatku tak ingin lagi penasaran dengan benda itu. Bukan berarti para konglomerat boleh menggunakan barang itu tapi bayangkan saja 25juta untuk satu malam di 'hotel' yang malah menyiksa. Apa kalian rela mengeluarkan uang sebanyak itu?
"Jika kamu kedapatan pakai narkoba lagi, maka tidak akan ada ampun buat kamu"
Itu sebuah ancaman yang mungkin bagi sebagian orang yang sudah biasa keluar masuk penjara seperti kalimat biasa tapi bagiku itu ancaman yang sangat menakutkan.
"What u've been thinking before?" Tanya tante Nayeon di tengah sesi makan siang entah malam sebab ini pukul 5 sore
Selepas keluar dari Polresta, tante Nayeon mengajakku makan setelah ia mengetahui jika aku belum makan dan minum semalaman
Aku terdiam saat kedua matanya memandang ke arahku, ia bahkan seperti prihatin melihatku yang sedang makan bak orang kelaparan. Padahal itu hanya sebuah burger.
"Apa ini karena aku? Karena kamu tidak suka orang tua seperti aku? Lalu kamu lari ke narkoba?" Pertanyaan tante Nayeon tentu membuatku mendongak menatap ke arahnya
Salah! Apa yang dia pikirkan salah! Aku terlalu mengkhawatirkannya! Salah jika ia berpikir bahwa aku tidak menyukainya!
Memang di awal pertama kita kenal, ia tidak memberikan kesan baik namun setelah tahu alasannya aku mulai menyayangi dia sebagai pengganti ibuku
"No! Aku bilang ini pertama kalinya aku nyoba Tant!" Aku membela diri
"I believe in you" tante Nayeon memalingkan wajah dengan tetesan air mata mulai terjatuh dari dagunya
"Tant, Please. Maafin aku" ucapku dengan menggenggam tangan ibu tiriku
Persetan dengan tatapan aneh orang orang yang melihat kami! Aku hanya ingin membuat ia tenang dan tidak menangis lagi
"I'll be waiting in car" tante Nayeon meninggalkan ku dan membuatku semakin frustasi
Ayah benar! Lebih baik aku di kurung di dalam sel!
KAMU SEDANG MEMBACA
Gen
Fanfiction#COMPLETED "Remaja bukanlah robot yang harus di atur orang tua" "Patokan kecerdasan anak adalah dari hasil ulangan matematiknya and that's suck!" "we have our privacy" Gender bende alert.