Beberapa hari aku melewatkan makan malam bersama keluarga. Hanya Bu Tia dan tante Nayeon yang mengirim makanan ke kamarku, walaupun tidak pernah ku sentuh sama sekali.
Bisakah kalian makan di tengah tekanan seperti ini?
Bahkan beberapa hari ini aku tidak pergi kuliah yang biasanya ku jadikan pelarian jika sedang galau
Pikiranku tentang rasa bersalah pada tante Nayeon, bermusuhan dengan ayah, kuliahku dan tentunya putus dengan Mina membuat hidupku semakin kacau
Tapi apakah mungkin menghindari masalah adalah jalan terbaik?
Setelah beberapa hari ku renungi maka malam ini, tepatnya hari kamis malam.
Aku coba untuk berkomunikasi dengan ayah dan ibu sambungku.
Semenjak keluar dari kepolisian ayah tak pernah menegurku, walaupun dulu seperti itu tapi ini lebih parah. Bahkan aku seperti tak terlihat di mata ayah. Namun aku coba menghilangkan ke khawatiranku, niatku untuk meminta maaf kepada tante Nayeon
Ibu pernah mengatakan ini ketika aku merusak mainan temanku
"Meminta maaf adalah tindakan terpuji jika kau melakukan kesalahan dan 'repairing' adalah bentuk tanggung jawabnya. Jadilah laki laki terpuji dan tanggung jawab"
"Eummm tant" Tante Nayeon menghentikan aktivitas makan nya dan menatapku, namun masih dengan tatapan khawatir
"Kenapa? Engga enak? Ini tante cobain masak capcay pake resep dari bu Tia, soalnya kamu suka kan?"
Ia pasti sedang mencoba membuat bonding antara aku dan dirinya. Ikatan anak dan ibu
"Jika ibu memasak untuk anaknya maka akan terbentuk chemistry"
Aku hargai semua usahanya untuk membuatku menyayangi layaknya aku pada ibuku.
Ayah masih fokus dengan makanannya tanpa menghiraukanku
"Engga tant, ini enak" walaupun agak asin tapi memuji masakan ibumu adalah hadiah terbaik untuk usahanya.
Sebuah senyuman terbentuk dari wajah wanita yang selalu berada di rumah setelah keluarnya aku dari kantor polisi.
Ia bahkan tidak pernah masuk kantor, demi aku. Anak tirinya, yang ayah anggap seperti benalu.
"Tante, maafin Chaeyoung ya" terdengar suara sendok dan piring bersentuhan. Ayah menghentikan makannya
Aku sontak melihat ke arahnya, ia menatapku seolah menunggu kalimat yang selanjutnya akan keluar dari mulutku
"Jujur Chaeyoung nyobain ganja itu karena saat itu Chaeyoung stress" ucapku begitu lirih
"Chaeyoung sangat tertekan saat itu. Chaeyoung sampe insomnia. Chaeyoung engga bisa berpikir jernih. Maafin Chaeyoung" derai air mata mewarnai makan malam kali ini
Tidak ada pertengkaran antara aku dan ayah. Hanya haru biru yang tercipta malam ini. Di tengah meja custom swiss yang pernah tante Nayeon bangga kan di depan kekasihku (dulu)
"Chaeyoung stress engga bisa jadi anak baik buat tante. Chaeyoung engga sanggup lanjutin kuliah psikologi. Chaeyoung udah berusaha buat belajar bener yang nyatanya malah bikin Chaeyoung tertekan. Maafin Chaeyoung yang engga bisa ngabulin keinginan tante" aku mulai terisak yang bahkan membuat ayah tertunduk
Jangan tanya tante Nayeon yang sudah menangis sejak aku mengatakan kata 'maaf'. Walaupun begitu ia masih berusaha menenangkan ayah yang sepertinya sedang sedih sekaligus geram melihatku
"You don't have to say sorry. Maafin tante belum bisa jadi ibu yang baik, bahkan tante engga tahu kalo kamu tertekan karena kuliah kamu" ucap tante Nayeon di tengah tangisan kami di meja makan
"Jangan bilang kamu mau berhenti?!" Tanya ayah dengan penuh penekanan di tujukan padaku
Aku hanya tertunduk, entah apa jawaban yang bisa meyakinkan ayah jika aku sudah tidak sanggup untuk kuliah di sana.
"Hey! Dia anak aku! Jangan galak kamu ya sama anak aku" tante Nayeon terkekeh membuat kami berdua menatap ke arahnya
"Maaf karena tante udah maksa kamu masuk fakultas yang tidak kamu inginkan. Mungkin kalo engga ada tragedi kemarin kamu engga akan realize dengan apa yang terjadi sama kamu sekarang"
"Kamu ijinin dia berhenti kuliah?" Pertanyaan ayah hanya di jawab dengan anggukan kepala oleh tante Nayeon
"Tapi kamu wajib kuliah ya! Seni kan? sesuai passion kamu" tante Nayeon menebar senyum dan membuat hatiku menghangat
Sebab-akibat, berakhir positif atau negatif itu tergantung dari bagaimana orang lain menyikapi apa yang sudah di perbuat
Mungkin setelah ini tante Nayeon memahami sisi lemahku dan ayah akan lebih memperhatikanku, terbukti dari sekarang ia menuangkan capcay di piringku
Aku terkekeh sembari terisak. Apa itu terlihat lucu? Memang tapi mungkin itu tanda ayah sudah memaafkanku.
Satu persatu masalah telah tuntas, dengan lika liku drama yang mengduk aduk perasaan
Perseteruan dengan tante Nayeon, runtuhnya sifat dingin ayah dan betapa sayangnya tante Nayeon padaku. Bisa terlihat dari betapa berbesar hatinya ia menerima anak tirinya berhenti kuliah.
Mina, kini hanya tinggal satu masalah yang menurutku lebih berat. Ego anak itu sangat keras, aku tidak terlalu percaya diri jika ia akan memaafkanku.
Apakah aku harus berusaha mengejarnya? Bagaimana jika hasilnya sia sia?
Communication (n) the activity or process of expressing ideas and feelings or of giving people information Speech is the fastest method between people.

KAMU SEDANG MEMBACA
Gen
Fanfiction#COMPLETED "Remaja bukanlah robot yang harus di atur orang tua" "Patokan kecerdasan anak adalah dari hasil ulangan matematiknya and that's suck!" "we have our privacy" Gender bende alert.