Gen 10 ⛔

1.1K 84 28
                                    

BUKAN PORNOGRAFI!

DI ANJURKAN USIA DI ATAS 21+. USIA LABIL DI USAHAKAN SKIP CHAPTER INI. DI CHAPTER INI KALIAN HARUS TERBUKA PIKIRAN! HAMBA TIDAK BERNIAT BURUK ATAU MENGARAHKAN! MOHON BACA DENGAN BIJAK
÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷÷

"Chaeng!" Seorang pria dengan suara bassnya merangkul pundakku dan memberikan senyuman yang penuh arti

Pria yang selalu mengajakku untuk nongkrong, sekedar ngopi bersama teman temannya

Dia anak psikoligi juga tapi karena aku memang jarang berkomunikasi dengan teman kelas jadi kami kurang akrab. Mungkin hanya aku yang memberi jarak, sebab seperti sekarang dia seolah tak canggung padaku

"Hari ini bisa kali cabut?" kembali ia mengajukan pertanyaan yang mungkin sudah puluhan kali aku tolak

"Lu kayak penat gitu, mending nongkrong yuk" ujar pria itu dengan menaikan alisnya sebelah.

Sial! Dia pasti bisa melihat dari raut wajahku yang sedang banyak pikiran ini. Itu hanya sebuah Atribusi, jangan merasa kagum padanya. Kami sudah mempelajarinya sebagai mahasiswa Psikologi. Terlebih aku sudah beberapa hari mengalami gangguan tidur, insomnia. Pasti ada perubahan dari fisik dan psikisku

Rasa bersalah kepada tante Nayeon, tuntutan kuliah yang tidak sesuai ekspektasiku, namun di sisi lain aku takut mengecewakan orang tuaku dan membuat tante Nayeon down.

Semua seolah datang secara bersamaan dan membuatku stress.

"Engga bisa lagi?" Ia tertunduk seolah kecewa padaku, membuat aku semakin merasa bersalah

"Engga bisa lagi?" Ia tertunduk seolah kecewa padaku, membuat aku semakin merasa bersalah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bentaran doang tapi ya?!"

Mendengar apa yang aku ucapkan dia tiba tiba saja tersenyum dan segera menyeret tubuh yang masih di rangkul oleh nya

"Psycho" gumamku karena melihat sikapnya yang aneh

=====

Mobilku terparkir di basment apartemen. Aku tidak ingin banyak bertanya hanya menuruti Felix yang mengarahkan jalan karena kebetulan dia 'nebeng' padaku. Lagipula aku sudah memberi kabar pada Mina jika aku akan nongkrong bersama teman kuliahku, walaupun sedikit sulit untuk meyakinkan dia jika aku tidak akan macam macam.

Lift bergerak menuju lantai 6, yang katanya ada kamar teman Felix

"Kamar 306 .... Kamar 306...." Gumam Felix aku hanya mengikutinya dari belakang tanpa terlalu menghiraukan

Pikiranku benar benar kacau saat ini. Hingga kami berdiri di depan sebuah pintu putih di hiasi angka bertuliskan 306

Felix menekan tombol bel dan tak lama kami menunuggu keluar seorang pria bertubuh tinggi dengan rambut yang masih basah

GenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang