11. Wang Yibo

1K 141 14
                                    

Semua anak-anak kecuali satu orang, sudah tumbuh dewasa

Aku termasuk dalam jajaran orang yang emosional, tapi anehnya aku justru tidak bisa menunjukkannya ke permukaan. Aku menyukai segala hal yang membuat adrenalin terpicu, dan membuat jantungku berdebar lebih cepat dan keras dari biasanya. Aku mulai memiliki kesenangan dengan hal-hal ekstrim sejak aku memasuki sekolah menengah pertama, dan itu sukses membuatku sering keluar-masuk rumah sakit. Entah karena olahraga keras, atau justru karena membantu temanku yang diganggu. Orangtuaku marah, dan mulai menekuni tindakan mendisiplinkan anak. Haoxuan yang mulai khawatir dengan tubuhku yang penuh memar, mulai menyarankan sesuatu untuk menyalurkan kesenanganku saat kami masuk SMA.

 Haoxuan yang mulai khawatir dengan tubuhku yang penuh memar, mulai menyarankan sesuatu untuk menyalurkan kesenanganku saat kami masuk SMA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kau suka dengan perasaan saat jantungmu berdebar kencang 'kan?"

Aku mengingat sosoknya yang memiliki wajah antagonis, sedang mengunyah permen sambil menatapku khawatir. Saat itu aku hanya mengangguk

"Kenapa tidak mencoba mengencani perempuan?"

Aku dengan bodohnya mulai memikirkan saran itu, dengan mulai merespon setiap perempuan yang mendekatiku, memilah-milah siapa dari mereka yang cocok untuk berjalan disampingku. Aku memilih seorang kakak kelas yang disebut-sebut cantik, berambut panjang bergelombang, dua tahun lebih tua dariku. Aku tidak terlalu mengingat wajah maupun namanya, tapi yang pasti dia dipanggil Shin.

Orangtuaku selalu mengetahui apa yang kulakukan, mereka setuju saja dengan hubungan kami. Karena sejak aku memacari Shin, aku tidak lagi memiliki memar baru di tubuhku dikarenakan olahraga terlalu keras. Seluruh waktuku terbagi antara sekolah, rumah, dan dia. Semua berjalan normal, semua berjalan semestinya sesuai poros. Tapi aku sama sekali tidak merasakan adrenalinku terpicu sama sekali, bahkan tidak juga dengan Dopamin dan serotonin. Aku tidak merasakan apapun, hanya kosong. Tapi karena satu sekolah dan orangtuaku mengatakan bahwa kami cocok, aku tidak mengakhiri ini. Aku juga tidak mengalami kerugian apapun dan memperlakukan Shin dengan baik.

Aku mengantar dan menjemputnya setiap hari, makan bersamanya di kantin, mengajaknya nonton film atau menemaninya belanja setiap akhir pekan, dan rutin memberinya cokelat. Hubungan kosong ini bertahan cukup lama, sekitar setengah tahun. Haoxuan dan orangtuaku yang mulai merasa aku berubah, menunjukkan sikap khawatir. Aku hanya bisa mengatakan bahwa semua berjalan semestinya sesuai dengan kemauan mereka, tapi mereka justru mematung saat mendengar jawabanku. Tak lama kemudian satu sekolah dan Haoxuan mulai mengubah pandangan mereka padaku, terlihat seperti ... Kasihan?

Saat itulah aku bertemu dengan seorang gadis tomboy bernama Chengxiao, dan seorang laki-laki humoris bernama Chengcheng. Mereka tiba-tiba menarikku menuju kelas Shin saat jam pulang sekolah hampir berbunyi, dan memaksaku jongkok bersama mereka dibawah jendela luar, dekat dengan bangku Shin. Aku tetap diam tak bersuara, mereka juga demikian. Orang-orang mulai menatap kami aneh, tapi Chengxiao langsung balas memelototi mereka. Saat itulah aku mendengar pembicaraan teman-teman kelompok Shin

The Protagonist ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang