Cup....
Lagi-lagi kedua bibir itu saling menempel, kali ini bukan hanya sekedar ciuman biasa tapi perlahan mereka saling melumat, ciuman yang mungkin bisa menyampaikan perasaan mereka.
Sasuke menarik pinggang Hinata, membuat tubuh mereka tertempel, sedangkan kedua tangan Hinata sibuk meremas pakaian rumah sakit Sasuke.
Mereka semakin memperdalam ciumannya, bahkan sesekali Sasuke menggigit pelan bibir Hinata agar membuka mulutnya.
"Mmhhh...."
Mereka berdua benar-benar sangat menikmati, bahkan melupakan suara keras dari kembang api.
Apakah jalinan takdir mereka akan berubah? Hmmm, tidak ada yang tahu.
.
.
."Apa kak Sasuke benar-benar sudah sehat?" tanya seorang gadis remaja di tengah kesibukan mereka membuat makan malam.
"Hum, kau tidak melihatnya? Dia bahkan akan mengambil misi lagi minggu depan, benar-benar sok kuat," jawab Hinata pada adiknya, sedikit meledek Sasuke yang keras kepala, padahal pria itu baru saja sembuh.
Hanabi terkekeh pelan melihat tingkah kakaknya, "Kau sangat mengkhawatirkan kak Sasuke, ya." Sang adik mulai menggoda kakaknya.
Wajah Hinata menampakkan rona merah, sangat malu mendengar perkataan Hanabi.
"I-itu, karena dia baru saja sembuh," balasnya sedikit gugup. Manis sekali kakaknya ini.
"Benarkah? Kurasa bukan karena itu saja."
"Hanabi berhentilah menggoda orang dewasa, lebih baik kau menyiapkan makanan ini di meja makan." Hinata sangat malu karena sering digoda adiknya jika mereka berkunjung ke kediaman Hyuga.
"Ahh... ternyata Kakakku ini sudah dewasa, ya. Baiklah aku akan menyiapkan makanan ini di meja makan," balas adiknya masih sedikit menggoda Hinata.
"Dasar Hanabi..." gumam Hinata menggelengkan kepalanya pelan setelah gadis itu pergi.
Tapi kenapa akhir-akhir ini jantungnya sering berdegup tak karuan jika ada yang membicarakan Sasuke, dan akan bertambah lebih kencang saat dia berdekatan dengan partner misinya itu.
Hinata meremas pelan kain baju yang menempel di dada kirinya, degupannya masih belum reda. Apakah hanya dia yang merasakan hal ini? Sasuke? Entahlah, dia tidak tahu.
.
."Maaf jika kau tak nyaman," ucap Hinata pada Sasuke saat memasuki kamarnya yang berada di kediaman Hyuga.
Saat memasuki kamar ini, Sasuke bisa mencium aroma Hinata yang sangat mendominasi, membuat gelenyar aneh dalam tubuhnya.
"Hn."
"Kau seharusnya tak memaksakan diri saat ayahku meminta kita menginap disini," ucap Hinata lagi setelah menutup pintu kamarnya.
"Tidak apa-apa, lagi pula besok pagi aku akan pergi bersama Hiashi-san."
"Eh? Benarkah? kalian akan pergi kemana?" Hinata merasa terkejut, dia tidak tahu sama sekali.
"Mengunjungi beberapa klan di pedesaan, aku hanya menemani Hiashi-san dan melihat bagaimana seorang ketua klan bekerja."
Mendengar itu entah kenapa membuat hati Hinata senang, apakah Sasuke mulai mengakui dirinya sendiri? Ah... terimakasih Hyuga Hiashi, Hinata harus berterimaksih banyak pada ayahnya.
"Hum, begitu ya."
"Ah, sebaiknya kau mandi duluan. Aku akan menyiapkan futon untuk tidur," lanjut Hinata menyuruh Sasuke, wanita ini sudah mulai berani rupanya. Tak lupa dia juga memberikan hakama coklat padanya sebagai baju ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
From Destiny for You and for Me
General FictionAku tidak tahu kenapa takdir memilihku . . . ~Rate tergantung tiap chapter cerita [Sasuhina Fanfiction] 2nd story by Yoshirada Ken Mulai: 15 Maret 2019 (sempat unpublish) mulai lagi 3 Februari 2020 Selesai: (ongoing)