Quatorze

218 33 70
                                    

Happy reading ^^

.

.

.

Alice dan Arees saling bergandengan tangan dari awal memasuki gua. Saat mereka melihat sebuah cahaya terang Alice malah semakin takut.

Arees merasakan genggaman tangan Alice semakin mengerat. Dia pun melirik ke arah gadis cantik itu.

"Apa yang kamu rasakan?" Tanya Arees.

Mereka berhenti berjalan, dan Alice menatap ragu pada Arees.

"Alice"

"Hmm aku hanya takut kalau terjadi sesuatu pada kita" lirih Alice.

Arees tersenyum lalu menggeser tubuhnya agar saling berhadapan dengan Alice.

Arees yang melihat Alice masih tertunduk lalu menangkup wajah gadis itu dengan kedua tangannya.

"Percayalah kita akan baik-baik saja. Kita akan selesaikan tugas ini bersama dan kita akan keluar dari sini secepat mungkin"

Alice masih terdiam setelah mendengar ucapan Arees.

"Kamu tak percaya padaku?" Tanya Arees.

"Bukan begitu~ aku hanya gelisah... Ah aku bingung sendiri" keluh Alice.

"Kamu mau tau caranya agar gelisahmu menghilang?" Tanya Arees.

"Bagaimana caranya?" Tanya Alice bingung.

"Coba tutup matamu"

Alice ragu tapi dia tetap menutup matanya.

Alice menunggu beberapa saat tapi tak terjadi apapun. Hingga dia merasakan sesuatu yang kenyal menempel pada bibirnya.

Alice pun langsung membuka matanya dan terkejut saat melihat wajah Arees yang sangat deket dengannya dan menyadari bibir mereka yang sudah saling menempel.

Jantung Alice kembali berdetak tak karuan. Tangannya pun sudah terasa dingin dan berkeringat. Dia sangat terkejut dengan apa yang terjadi.

Arees menciumnya!!

Alice semakin membolakan matanya saat dirasa Arees mulai melumat bibirnya. Dia bisa melihat Arees tersenyum saat itu.

Saat Alice bergerak mundur dan ingin menjauhkan wajahnya, Arees malah menahan tengkuk Alice. Dia semakin melumat bibir Alice dengan gerakan perlahan dan lembut.

Alice yang awalnya terkejut mulai terbawa suasana karena permainan bibir Arees. Dia pun menutup matanya dan mencoba menikmati setiap lumatan yang Arees berikan.

Alice menyadari semakin dia terbawa dengan permainan Arees, dia semakin melupakan rasa takutnya. Perlahan hatinya menghangat dan perasaanya mulai membaik. Dia tak merasakan lagi kegelisahan yang sebelumnya dia rasakan, karena sekarang yang dia rasakan hanya rasa tenang dan nyaman.

Alice meremat pinggang Arees saat dia merasa mulai kesulitan bernapas.

Arees yang mengerti hal itu langsung menjauhkan wajah mereka dan melepaskan ciuman di bibir Alice.

Dia tersenyum saat melihat Alice yang bernapas dengan cepat tapi dengan mata yang masih tertutup.

Alice masih tak berani membuka matanya. Dia masih belum berdamai dengan jantungnya.

"Heiii sampai kapan kamu mau menutup mata hmm?" Tanya Arees lembut.

Alice yang mendengar pertanyaan Arees mulai membuka mata perlahan. Saat ini dia tak lagi gelisah ataupun takut tapi dia sangat malu dan canggung saat melihat Arees. Alice yakin wajahnya pasti sudah memerah seperti tomat. Alice juga masih mencoba mengatur napasnya.

MayDay || Victon [ End ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang