Matahari masih belum bersinar sepenuhnya. Semburat orange lah yang ada pada dini hari. Leora dan yang lain sudah siap di mansion milik keluargannya itu. Leora meminta mereka untuk berkumpul dini hari agar tidak terlalu siang sampai di Lombok.
"Le, kan kita bisa berangkat nanti jam 8. Ngapain harus sepagi buta kayak gini. Masih ngantuk gue," ucap Nesy sambil meregangkan tangannya.
"Lo mau nanti siang? Yaudah berangkat sendiri aja," ucap Leora sambil mengecek isi tas kecilnya.
"Mentang-mentang pake pesawat pribadi. Berangkat sepagi ini," ucap Elena.
"Njir. Kek iklan permen milkita lo," ucap Dion.
"Udah lah kagak usah berantem. Barang lo semua udah di masukin kan?" tanya Geova pada yang lain.
"Udah kok," ucap mereka serempak.
"Ready?" tanya Atlas sambil membenarkan kaca mata hitam yang bertengger di atas pangkal hidungnya.
"READY," ucap mereka serempak.
Satu persatu mulai keluar dari mansion dan menuju ke mobil yang mereka akan bawa. Mereka berpasang-pasangan kecuali atlas. Kata Leora, agar lebih mempersingkat saja.
Perjalanan dari mansion ke bandara memakan waktu sekitar 40 menit. Setelah tiba di bandara mereka langsung masuk ke bandara dan menuju ke pesawat pribadi milik keluarga Lavier a.k.a keluarga Leora dan Leon.
***
"Perjalanan kali ini kira-kira berapa jam?" tanya Syara pada seorang pramugari.
"Sekitar 1jam 50 menit nona. Paling lama sekitar 2 jam nona," jawab pramugari tersebut lalu meninggalkan Syara.
"WILLIAM. SNACK GUE JANGAN LO ABISIN WOY," teriak Mona yang duduk di sebelah Syara. Syara langsung saja menutup telinganya karena teriakan Mona itu.
"Aelah yang. Lo ngak rugi kok. Nanti gur beliin lagi," ucap William yang masih mengunyah snack.
"Awas aja lo kalau ngak tanggung jawab," ucap Mona sambil menunjuk muka William dengan jari telunjuknya.
Perkataan Mona tadi membuat beberapa pasang mata melihat kearahnya. Apalagi Nesy yang bisa dikatakan pikirannya ya seperti itulah.
"Mak.... maksud lo? Lo di hamilin sama tu cunguk Mon?" tanya Nesy tidak percaya.
Mona terkejut karena sahabatnya itu berpikir yang tidak-tidak. Hei dia bilang tanggung jawab bukan dalam arti seperti itu. Dia meminta agar snack nya di ganti.
"Lo seenak jidat ngomong kayak gitu hah? Yakali gue siap jadi mama muda. Gue masih pengen kuliah woy. Gue bilang tanggung jawab dalam artian dia harus ganti snack gue yang dia makan," ucap Mona panjang lebar.
"Kalau mau di halalin sekarang juga boleh kok yang. Setelah pulang dari Lombok gue langsung dateng ke mansion lo buat ngomong sama bokap dan nyokap lo dan bilang mau ngehalali anaknya langsung," ucap William bermaksud menggoda.
Nathan yang duduk di sebelah William, Ravendra dan Atlas yang berada di depannya, dan Geova yang duduk di belakang William dan Nathan bersama Leora pun menimpuk kepala William dengan bantal kecil. William meringis karena mendapat timpukan bantal dari 4 orang. Tidak main-main timpukan yang di berikan.
"Sakit anjir. Ngapain lo semua nimpuk gue hah?" tanya William sambil mengusap kepalanya.
"Otak lo perlu di perbaiki. Lia, lo duduk ama gue aja. Males gue duduk ama orang yang otaknya miring," ucap Nathan lalu bangkit dari duduknya. Bermaksud untuk menghampiri kembarannya itu.
Nathelia mendengus kesal dan bangkit dari duduknya dan pindah dengan Nathan. Sedangkan Nesy beralih duduk dengan Elena.
"Pindah lo. Gue mau duduk ama pacar lo," usir Nesy kepada Dion yang sedang bersender di bahu Elena.
"Gue sama si William gitu? Ogah njir. Mon, lo sama pacar lo aja sana," ucap Dion masih dalam posisi bersender dan bermanja di lengan Elena.
Nesy yang geram pun menarik lengan Dion hingga anak itu bangkit dari duduknya dan menendang bokongnya.
"Sakit anjir. Iye gue pergi. Jangan kangen ya sayang," ucap Dion sambil mengedipkan mata kirinya kepada Elena. Elena membuat gaya seakan ingin muntah karena kegenitan pacarnya itu.
"Jomblo cuman ngontrak. Skip aja lah," ucap Nesy.
Leora sibuk dengan ponselnya. Dia mengerjakan berkas yang di berikan Angel dan juga berkas dari perusahaan milik keluarganya. Dia mengerjakan itu semua sambil mendengarkan earphone miliknya.
Leora memutuskan untuk memanggil satu pramugari.
"Kira-kira berapa menit lagi kita akan take off ?" tanya Leora.
"Sekitar 10 menit lagi miss. Ada yang miss perlukan?" tanya pramugari tersebut.
"Buatkan saya coklat panas," ucap Leora. Pramugari tersebut langsung meninggalkan Leora.
Sekitar 5 menit kemudian, pramugari tersebut membawa apa yang diinginkan Leora. Pramugari tersebut kembali pamit.
Sambil mengerjakan berkas yang di berikan. Leora sambil berfikir tentang penyerangan semalam dan juga penyerangan yang ada di sekolah auty nya itu.
"Apa bener kalau Janson kembali ngibarin bendera perang ke keluarga dan sahabat gue?"
"Bukannya dia udah ngajak berdamai terus ngapain ngibarin bendera perang?"
"Gue harus cari tau semuanya," batin Leora bertanya-tanya.
Leora tidak mengurusi temannya yang sedang berdebat di belakang tempat duduknya. Dia memilih duduk sendiri. Mona sudah mengajaknya untuk duduk bersama namun dia tolak dengan alasan " Gue ngak bisa leluasa," seperti itulah yang dikatakannya.
Canda tawa menghiasi perjalanan mereka menuju Lombok. William yang berdebat dengan Mona gara-gara snack makanan, Dion yang adu mulut dengan Nesy karena ingin duduk dengan Elena, Leon yang sibuk dengan game nya, Atlas dan Ravendra yang sibuk tidur, Geova yang sibuk menjahili Atlas dan Ravendra lalu mefotonya.
Leora bahagia melihat mereka semua bahagia. Walaupun salah satu dari mereka sedang bingung jika dirinya kembali kepada orang tua angkatnya.
***
"WELCOME TO LOMBOK," teriak Leora dkk dan Elena. Membuat beberapa pasang mata menatap mereka. Sedangkan para laki-laki menggelengkan kepala melihat tingkah mereka. Sungguh memalukan.
"Nat, gue pengen musnah aja lah liat tingkah mereka," bisik Ravendra di samping Nathan.
"Ilang aja lo sana. Gue ikhlas. Ngak akan ada yang nyariin lo," ucap Nathan sambil menoyor kepala Ravendra.
"Atlas, orang suruhan lo mana?" tanya Leon.
"Kagak tau gue," ucap Atlas sambil celingak-celinguk mencari anak buahnya.
"Maafkan kami tuan. Maaf jika menunggu lama," ucap seseorang dengan pakaian serba hitam. Atlas pun langsung mengangguk.
"Woy, cewe-cewe cepetan sana. Kagak usah foto-foto lo pada," ucap Atlas.
Leora dkk pun langsung menuju ke sebuah mobil. Leon dkk dan Atlas dkk pun sama. Mereka langsung meninggalkan bandara dan langsung menuju ke sebuah villa. Villa yang tidak terlalu jauh dengan pantai yang akan mereka gunakan untuk bbersenang-senang. Jarak dari bandara ke villa tersebut cukup memakan waktu yang lama.
Setelah sampai di villa tersebut. Mona langsung merebahkan tubuhnya di sofa yang ada di sana.
"Cari kamar aja Mon buat lo rebahan. Kita ke pantai nanti sorean aja," ucap Nathelia.
Mona pun melangkahkan kakinya gontai untuk mencari kamar yang akan dia gunakan untuk mengistirahatkan tubuhnya.
"Lo semua juga istirahat aja. Kita ke pantai nanti sore," ucap Leora lalu meninggalkan yang lain untuk mencari kamar.
Yang lainnya pun mengangguk dan mulai mencari kamar mereka masing-masing. Mereka memutuskan untuk sore nanti ke pantai.
***
Tbc.
Mana nih yang minta biar sering up? Ini sebenernya udah sering up. Semoga kalian suka.
See you next part.
KAMU SEDANG MEMBACA
QUEEN OF THE DARKNESS (END) [TERBIT]
Mistero / Thriller[DI LARANG PLAGIAT] [Belum Revisi. Maklum masih berantakan] [TERSISA DARI PART 1-40. SISANYA UDAH DI HAPUS] [MAU PESEN NOVELNYA? LANGSUNG DM AJA. BOLEH TANYA-TANYA DULU KOK. DM WP/IG] Follow dulu sebelum baca cerita ini. Psycho? Kejam? Seorang leade...