Part 24. Tell ur story soon.

8 4 0
                                    

[Jina POV]

"Dan pertanyaan terakhir.., aku belum tau" jawabku lirih. Manajer menyadari perubahan intonasiku.

"Aku tetap akan fokus di Busan. Aku tidak tahu tentang hubungan ini akan berjalan kemana, aku hanya mengikuti alur yang tersedia untukku" jelasku.

"Bisakah kamu menghargai waktumu di Hannam-dong?" pertanyaan Manajer mengejutkanku. Aku terpaku penuh tanda tanya.

"Kau sangat berharga untuk Jeongguk, kalian sudah belasan tahun tidak bertemu, hari ini juga Jeongguk sangat mood swing, aku rasa, jika Jeongguk sudah tahu keberadaanmu disini, tapi tidak ada perkembangan, aku takut mempengaruhi kinerja nya" jelas Manajer.

"Aku bersedia membantu apapun manajer, selagi itu untuk kelancaran grup" jawabku.

"Tidak" singkat Manajer, aku terkejut mendengar jawaban singkatnya. "Aku ingin kau melakukannya sesuai dengan kemauan hatimu, begitu juga dengan Jeongguk, jika kamu mau mencoba memperbaiki hubungan kalian, aku rasa akan bagus untuk kalian. Dan aku akan bersedia membantu untuk menjaga privacy kalian" jelasnya.

Aku terdiam, harusnya aku terbiasa dengan tingkah Manajer Sejin yang selalu lugas, tegas dan tidak bertele-tele seperti ini. Tapi ketika menyangkut tentang Jeongguk, aku benar-benar gugup.

"Bolehkah aku menjawabnya besok? Aku akan menghampirimu" jawabku. Manajer Sejin tersenyum, dan kami menghabiskan sisa pesanan kami. Lalu Manajer mengantarku pulang ke apartment.

Ah tidak, aku lupa membalas pesan Jimin, aku melangkah pelan memasuki apartment, takut Jimin masih berada disini. Tapi seluruh ruangan sepi. Ah sepertinya aman.

Aku masuk ke kamar, dan terkejut. Jimin ada di kamarku. Menatapku serius. Aku menaruh tas dan pergi membersihkan wajah. Jimin masih terdiam.

"Apa yang kau bicarakan dengan Manajer?" Jimin membuka percakapan. Aku masih terdiam, masih memikiran mengapa Jimin begitu emosi.

"Aku hanya khawatir Nai, kau banyak mengalami guncangan akhir-akhir ini. Lagian, aku tak pernah tau kau punya urusan dengan Manajer, sampai harus bertemu di luar seperti itu" jelas Jimin

"Ah aku minta maaf Jim, aku lupa mengabarimu" jawabku. "Jawablah pertanyaanku" tegas Jimin, karena jawabanku tidak menjawab pertanyaannya.

"Jimin, apakah kau akan marah jika sebelumnya aku mengenal salah satu member?" tanyaku. Jimin terkejut.

"Tidak, tapi kau berhutang penjelasan padaku. Kapan kau mengenalnya? Aku kan selalu ada di sisimu ketika di Korea Selatan, bahkan kau tidak pernah ke Seoul?" ucap Jimin penuh tanda tanya.

Belum sempat menjawab, notifikasi handphone ku berbunyi, dari Manajer Sejin.

Manajer : 'Jimin belum kembali, besok siang ia harus terbang ke Jepang. Kuharap, kalian tidak menghabiskan malam yang panjang.'

Oke, berarti ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan semuanya. "Jimin, besok kau terbang ke Jepang ya?" tanyaku, Jimin sedikit kesal karena aku mengalihkan pembicaraan, ia mengangguk.

Aku mengangkat jari kelingkingku, "Jimin, kau harus fokus untuk performance mu di Jepang, aku berjanji menjelaskan semuanya ketika kamu kembali, promise?" ucap janjiku. Entah mengapa, Jimin kalah malam ini, jari kami mengait satu sama lain. Lalu Jimin memberikan janjinya, yaitu handphone baru dan kembali ke asramanya.

'Jeongguk... apakah aku mengambil langkah yang benar?' batinku.

IDOLOVEUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang