Part 29. Canggung.

6 4 0
                                    

[Jeongguk POV]

Ah, entah kenapa, aku jadi canggung dengan Jimin. Lalu pertanyaan muncul di kepalaku, 'apa Jimin mengetahui dan ikut menyembunyikan Jina dariku?' batinku.

Aku masuk ke dalam pesawat agensi. Lalu memutuskan untuk duduk di sebelah Manajer. Manajer yang sadar akan keberadaanku, tersenyum jahil karena tahu apa yang akan kubicarakan.

"Ada pertanyaan?" tanya Manajer Sejin yang terkekeh, sialan, dia mengejekku. "Manajer, apakah Jimin tahu semua ini?" tanyaku yang ternyata membuat manajer juga terlihat bingung. Aku tidak mendapatkan jawaban.

"Mungkin kau harus tanya langsung kepada Jina" jawab Manajer. Astaga, bodohnya, aku lupa meminta kontak Jina. Lalu aku menatap manajer, "bolehkah aku meminta kontaknya?" tanyaku memohon pada manajer.

"Tidak boleh" singkat manajer. Aku terkejut, "Kau tidak bisa fokus nanti, hubunganmu masih rumit, kau butuh waktu banyak untuk membicarakannya, lebih baik untuk membicarakan secara langsung" jelasnya. Benar juga. Lalu aku pasrah, berharap waktu berjalan cepat, agar bisa bertemu Jina lebih cepat.

5 menit sebelum lepas landas. Tiba-tiba notifikasi pesanku berbunyi. Manajer mengirim foto. Dan saat aku buka, ternyata fotoku yang sedang menggenggam tangan Jina saat mengantarnya pulang ke apartment. Ternyata manajer menangkap moment itu, dari belakang. Aku tersenyum dan menunduk kepadanya, tanda terima kasih.

Foto disimpan.

>^<

Aku sampai di Jepang, seperti biasa, schedule akan berjalan sangat sibuk. Membuatku mudah mengalihkan pikiranku dari Jina. Kami sampai di hotel, membersihkan diri, makan siang dan beristirahat. Malamnya kami latihan, makan malam, dan briefing terakhir.

Esok paginya, kami tampil dengan baik. Proses syuting berjalan dengan lancar walau sedikit terlambat dari jam yang diatur agensi.

Kami kembali ke hotel. Beristirahat, dan prepare untuk penerbangan kembali ke korea. Aku merebahkan diri di kasur. Lalu menatap layar handphone, foto manis yang terpampang di layar.

Aku mengirim pesan kepada Manajer Sejin.

'Apakah aku boleh menjadikan ini sebagai wallpaper?' tanyaku

'Jangan di pasang di produk promosi' jawabnya. Ah dia sangat baik dalam menjaga karirku. Aku memasangnya di handphone pribadiku. 'Ah Jina. Aku merindukanmu' batinku melihat layar kunci yang sekarang akan selalu menampilkan momen manisku dengan Jina.

Jam menunjukkan pukul 03.50 JST. Aku sudah bersiap meninggalkan hotel dengan koperku. Jam 04.30 JST, pesawat kami lepas landas, meninggalkan Jepang. Tidak sabar untuk bertemu dengan Jina. Padahal Jina mengajakku bertemu besok, tapi entah mengapa, berada dalam satu kawasan tanpa bertemu saja sudah membuatku sedikit bahagia.

Kami tiba di Korea Selatan, kembali ke asrama, tapi diluar dugaanku. Ternyata Jina menunggu di asrama. Tapi untuk bertemu Jimin. Ah, aku bahagia terlalu cepat, ia tersenyum kepada member, aku benar-benar lemah melihat senyumannya.

Jimin dan Jina pergi ke kamar Jimin. Entah apa yang mereka akan bicarakan. Aku benar-benar sulit beristirahat, memikirkan bahwa orang yang kucintai benar-benar ada di sebelah kamarku. Mereka berbicara cukup lama, sampai akhirnya aku tidak sadar akan kepulangan Jina karena aku tertidur lelah.

Aku terbangun malam hari, karena handphone ku berdering, panggilan dari Manajer Sejin.

IDOLOVEUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang