Part 28. Berjarak.

6 5 2
                                    

[Jina POV]

Wuah, aku benar-benar bingung bagaimana mengekspresikan perasaanku. Ini benar-benar lebih dari bahagia. Aku tidak bisa berhenti tersenyum saat memasuki apartment.

"Kau darimana Jina?" tanya ayah. "Aku berolahraga yah, hehe" jawabku yang tidak bisa menyembunyikan senyuman ini. "Dengan siapa?" tanya ayah yang ragu, karena melihat senyumanku yang benar-benar terukir tak mau hilang.

"Dengan Jeongguk" jawabku, ah dari dulu memang aku tidak bisa berbohong kepada keluargaku sendiri. Semuanya menatapku, tapi hanya ayah yang sepertinya terlihat terkejut tak percaya. Ibu sudah paham, dan Jihyun melanjutkan permainan game nya.

"Aku izin membersihkan badan dahulu" pamitku menunduk meninggalkan mereka menuju kamar. Sumpah, aku benar-benar ingin teriak saat ini. Tak bisa kubayangkan apa yang terjadi esok hari, apa yang akan dilakukannya untuk membayar rindunya belasan tahun.

Aku memutuskan untuk mandi, lalu keluar membantu ibu memasak, dan sarapan bersama. Lalu aku kembali ke kamar karena aku belum mengaktifkan handphone pemberian Jimin dan memindahkan data-datanya. Sepertinya akan memerlukan waktu yang lama karena sistem operasi yang berbeda. iOS to Android.

Ditengah aktifitas ku memindahkan data, seketika aku baru ingat, astaga, aku belum punya kontak bahkan id ktalk Jeongguk. Tapi aku tidak akan memintanya duluan kepada Manajer, 'hah, bukannya dia duluan yang harus mencari kontak ku?' ucapku dalam batin lalu terkekeh.

Pindah ke android ternyata tidak buruk, hanya saja, mungkin ketika aku keluar rumah, akan menjadi perhatian orang-orang saat aku memakai Samsung Galaxy S20+ BTS Edition. Orang-orang pasti akan mengiraku ARMY.

Jam menunjukkan pukul 11.54 KST, aku berniat untuk menghubungi Jimin, yang suatu saat akan menjadi prioritas kedua, setelah Jeongguk, haha, dasar aku, adik durhaka.

From Jina to Jimin :

Ah kakak, aku sepertinya mulai durhaka, karena aku senang kau menyuruh ku ke asrama. Karena aku juga akan bertemu Jeongguk nanti! Hahaha..

Aku keluar kamar menuju ruang keluarga, ada ayah yang sedang menonton TV. "Ayah" sapaku lalu duduk di sampingnya. "Hai nak, kau menikmati waktumu dengan baik?" tanya ayah. "Nee" jawabku.

"Kau berteman dengan Jeongguk?" tanya ayah. "Iya hehe" jawabku, ah teman macam apa yang melakukan hal itu di tempat gym. "Sejak kapan?" tanya ayah. "Ayah tidak ingat pria kecil yang selalu bermain di taman bersamaku? Itu Jeongguk yah!" jelasku bersemangat, ayah berusaha mengingat, lalu mengangguk. Aku ragu dengan ekspresi ayah yang tidak tertarik dengan topik ini.

"Ayah harap, kau hanya berteman dengannya", DEG, duh, ujian macam apa lagi ini, baru saja aku bahagia. Ujian datang kembali. Aku menatap ayah. Lalu ayah sadar, dan menatapku juga.

Lalu ayah mengelus kepalaku, dan meninggalkanku. Tanpa penjelasan. Astaga, otak ku benar-benar ingin pecah akhir-akhir ini. Disajikan kebahagiaan, dan kesedihan dalam waktu yang berdekatan.

IDOLOVEUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang