Part 30. Hubungan batin.

8 4 2
                                    

[Jina POV]

Hari ini Jimin tampil di Jepang. Kami sudah bersiap di depan televisi seperti biasa untuk menonton penampilan Jimin. Ah sialan, dulu mataku masih bisa fokus terhadap Jimin walau masih suka mencuri mata melihat Jeongguk. Tapi setelah pertemuan kemarin. Ah, mataku tidak bisa lepas pandang dari penampilan Jeongguk. Aku merasa jadi adik durhaka. Haha.

"Bagaimana penampilan Jimin hari ini Jina?" tanya ibu saat kami bersantai di dapur menikmati cemilan. "Seperti biasa, selalu sempurna bu" jawabku tersenyum. "Apa kau yakin kau melihat Jimin? Bukan yang lain?" goda ibu. Aku terkejut, terkekeh, lalu terdiam karena melihat perubahan ekspresi ayah di ruang tengah. Sepertinya ia mendengar percakapan aku dengan ibu.

"Ibu, ingin berjalan-jalan santai tidak? Ini masih jam 10 pagi, cahaya matahari masih bagus untuk bersantai menikmati udara Hannam" ajakku kepada ibu, ibu yang paham akan rencanaku menganggukkan kepalanya.

>^<

"Ada apa dengan ayah?" tanya ibu saat kami sudah berjalan jauh dari apartment kami. "Ah aku tak tau bu, dua pria sepertinya tidak menyetujuinya" jawabku, ibu terkejut, namun tetap diam, menunggu penjelasanku lebih lanjut.

"Jimin sempat marah saat aku bertemu Manajer Sejin, tanpa sepengetahuannya. Lalu aku bertanya, apakah dia marah jika aku sebelumnya sudah mengenal salah satu member. Dia bilang, aku berhutang penjelasan padanya, sepertinya ia marah bu, karena aku menyembunyikan sesuatu darinya. Padahal aku tidak pernah menyembunyikan apapun darinya" jelasku pada ibu. Ibu mengangguk paham, lalu kami duduk di bangku taman.

"Kemarin saat aku pulang olahraga, dan mengatakan bahwa aku bertemu Jeongguk. Ayah terlihat kaget bu, lalu saat aku selesai menjalani rutinitas. Lalu menghampiri ayah, ayah bertanya tentang Jeongguk, lalu aku menjelaskannya, dan ayah tiba-tiba berkata bahwa ia berharap aku dan Jeongguk hanya berteman bu" jawabku sambil meringis. Ibu tertawa melihat tingkah putri nya ini.

"Hei, semuanya itu butuh proses" ucap ibu. Aku mengangguk paham, "kau bahkan baru bertemu dia 2 hari. Kau juga butuh meyakinkan dirimu, ibu tau kalian memang tumbuh bersama saat kecil, tapi tidak ada yang tahu jika kedepannya ternyata kalian berbeda frekuensi. Daripada memikirkan setuju atau tidak. Keyakinan mu lebih penting, kau harus mengenalnya lebih lama lagi" ucap ibu mengelus puncak kepalaku.

"Aku benar-benar bahagia memilikimu di sisi ku bu" jawabku memeluk ibu. "Aku juga senang kau bisa sangat terbuka denganku Jina" jawab ibu. "Apa yang kau lakukan dengan Jeongguk kemarin?" tanya ibu, aku terdiam.

Ibu bingung kenapa aku terdiam. Lalu aku menarik nafas, "dia merindukanku bu" ucapku, ibu mengangguk paham, "kau juga merindukannya kan?" akupun mengangguk. "Lalu?" tanya ibu. Aku sedikit ragu untuk melanjutkannya. "Kalian bertemu dimana?" tanya ibu sangat ingin tau.

"Ruang private gym bu, dia memelukku dan.." ucapanku terhenti lalu aku menunjuk bibirku dengan jari telunjuk. Ibu terkejut. Lalu aku memeluknya, "ibu maafkan akuuu, aku tidak tahu akan seperti ituu" jawabku.

Tidak ada respon, sampai ketika aku menangis, ia baru memberi respon. "Kenapa kau menangis?" tanya ibu, sepertinya ia khawatir jika aku tersakiti oleh perlakuan Jeongguk, padahal tidak. "Aku takut ibu marah" jawabku sambil terisak. Lalu beliau mengangkat wajahku, menghapus sisa air mataku, "kau tidak keberatan dengan perlakuannya?" tanya ibu.

Aku menggeleng sambil menunduk, lalu ibu menarikku kedalam pelukannya. "Nak, ibu hanya takut kalian bersama bukan karena cinta, tapi karena hal lain. Aku ingin kalian menikmati waktu kalian, jangan terburu-buru. Kau tahu bahwa kontraknya masih panjang, akan banyak ujian kedepannya. Aku harap kau paham itu" jelas ibu.

Aku mengangguk paham. Lalu aku mengajak ibu kembali ke apartment karena cahaya di luar semakin terik.

IDOLOVEUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang