Part 21. Jeongguk meet Jina.

13 5 5
                                    

[Jina POV]

'Apakah aku siap bertemu Jeon Jeongguk?' batinku.

"Ibu, berapa persen kemungkinan orang memiliki nama yang sama di negara ini?" tanyaku. "Mengapa kau bertanya seperti itu? Tentu sangat besar kemungkinannya, tapi mungkin, marganya bisa berbeda. Sangat sedikit orang yang namanya sama persis" jelas ibu.

"Ibu... aku berfirasat bahwa Jeongguk adalah teman masa kecilku" ucapku, ibu terkejut. "Bukannya bagus? Ibu membayangkan betapa manisnya pertemuan kalian, kalian terakhir bertemu kapan?" tanya ibu. "Mungkin perpisahan?" jawabku, ibu tertegun.

"Bagaimana jika bukan dia bu? Aku terlanjur berharap" jawabku cemas. Ibu mengelus rambutku, "kau harus memastikannya nak" ucap ibu. Lalu entah kenapa, aku memiliki ide untuk memastikan bahwa itu Jeongguk, pria manis yang kukenal saat masa kecil.

Mobil berhenti di depan lobby. Aku menunggu Manajer Sejin menjemput kami. Agar kami punya akses masuk ke ruangan artis. Tak lama kemudian, Manajer Sejin datang.

Kami berjalan menuju lift, semakin melangkah, aku semakin tidak yakin, semakin gugup. Lift terbuka tepat di lantai artis lounge, dan ternyata semua sudah menunggu ibu dan aku. Semuanya menunduk hormat kepada ibu, dan aku juga menunduk menghormati mereka yang lebih tua dariku.

Jimin memeluk ibu, dan menggenggam tangan ibu, mengajak masuk ke artis lounge diikuti para member, kecuali orang yang kuduga adalah teman kecilku, Jeongguk.

Aku terdiam, dan Jeongguk juga mematung di sisi sana.

"Manajer-nim, bisakah kamu duluan masuk?" ucapku kepada manajer Sejin. Lalu akhirnya ia masuk, meninggalkan aku dan Jeongguk berdua.

Aku tersenyum kepadanya, "senang bertemu denganmu lagi" ucap jeongguk, aku terdiam, bahkan aku belum menjalankan misiku, tapi aku sudah mendapatkan jawabannya.

>^<

Jeongguk POV

Jantungku berdebar tak karuan ketika member memutuskan untuk menunggu didepan pintu artist lounge. Pintu lift terbuka, berisikan tiga orang. Manajer, ibu Jimin, dan Jina.

Jina menggunakan dress bunga putih dengan dasar warna hitam. Aku benci situasi dimana aku mengetahui hal yang disukai Jina ternyata aku juga menyukainya. Tidak bisa membantah betapa anggun nya wanita yang memakai dress panjang yang sopan seperti Jina.

Member dan ibu Jimin masuk menyambut Mochi yang mereka tunggu. Aku dan Jina terdiam, aku benar-benar yakin bahwa Jina sadar akan keberadaanku setelah ia meminta manajer masuk terlebih dahulu ke artist lounge.

Dia tersenyum, oh tuhan, manisnya senyum itu. Aku ingin memohon pada tuhan, bahwa aku tidak ingin kehilangan wanita ini lagi. "Senang bertemu denganmu lagi" ucapku, lalu Jina terdiam, menyadari frasa 'lagi' dalam ucapanku.

Aku berjalan ke arahnya, ingin sekali memeluk perempuan ini. Jina yang sadar akan perbuatanku langsung melihat ke sisi atap gedung agensi. Sepertinya ia mencari letak CCTV di agensi.

Aku sadar sepertinya Jina tidak nyaman, tapi ia tersenyum lagi, aku semakin lemah. Lalu ia menyodorkan susu pisang kepadaku, astaga, mengapa aku selalu diperlakukan seperti ini.

"Aku tidak mau yang lain curiga karena kita terlalu lama di luar" ucap Jina. "Mari mengobrol di lain waktu pria kecil" lanjut Jina, lalu meninggalkanku masuk ke artist lounge.

Aku memukul dinding bangunan agensi, mengapa aku benar-benar lemah di pertemuan pertamaku dengannya. Lalu aku menatap pemberian Jina, minuman yang selalu kami minum setiap pulang sekolah. Salah satu alasanku tumbuh dengan badan berisi. Lalu aku menyusul Jina masuk ke artist lounge.

IDOLOVEUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang