Part 3. Level keluarga yang berbeda.

14 4 0
                                    

[Jina POV]

Awal tahun 2020, hidupku sudah hampa. Aku sudah berniat untuk pulang ke Korea Selatan. Tapi saat itu aku belum yakin. Akhirnya aku masuk kedalam kepengurusan sebuah panti asuhan sebagai relawan pengurus. Aku memiliki banyak tabungan, jadi ketika penghasilan ku turun drastis, bukan menjadi suatu masalah bagiku. Sampai akhirnya pandemi datang, pemasukan panti asuhan semakin menurun, dan akhirnya banyak pegawai yang bekerja diluar untuk mempertahankan pemasukan panti.

Ayah sudah lama mengkhawatirkan aku, tapi kondisi pandemi benar-benar sulit di kedua negara. Sampai akhirnya Korea Selatan sempat berhasil menyentuh angka 0 kasus. Dan aku mengurus berkas-berkas agar bisa kembali ke Korea Selatan, and yah, here i am. Juli 2020, aku berhasil kembali ke Korea Selatan. Di bulan kelahiranku.

Kondisi di negara Idn benar benar semakin buruk. Sehingga aku memutuskan untuk kembali ke Korea. Membantu usaha ayah, dan tetap menjaga pemasukan panti di Idn.

"Manager-nim, maaf selalu merepotkanmu setiap tahun" ucapku kepada Manajer Sejin. "Itu merupakan tanggung jawabku Jina" ucap Manajer Sejin sembari tersenyum. Mobil melaju dengan cepat, sampai akhirnya kami tiba di Hannam The Hill.

"Wah, ini rasanya tinggal satu kawasan dengan grup Internasional? Haha" ucapku meledek Jimin. Jimin mengerucutkan bibirnya seperti itik, lucu sekali kakak ku ini. "Bagaimana? Bagus?" Tanya Jimin. "Sangat, ayah aku ingin tahu alasanmu memilih kawasan ini!" Ucapku memohon. "Ayo masuk terlebih dahulu, kau perlu istirahat Jina" jawab ayah sambil menggenggam tanganku. Lalu kami masuk bersama.

Jujur aku terhanyut haha, setiap tahun, liburan kami selalu sederhana, satu minggu di Pulau Jeju, menikmati pemandangan dan udara pagi yang segar. Sekarang aku disajikan betapa modern dan pelayanannya yang sangat baik di kawasan ini. Melihat bagaimana keamanan, pelayanan dan suasananya. Pantas saja Jimin lupa pulang ke rumah, haha.

Lalu ketika membuka pintu, aku terkejud. Luas. Furniturenya tidak terlalu mewah, tapi elegan, dan nyaman. Benar kan, yang mahal tidak selalu mewah, tapi nyaman.

"Ayah, ini bagus!" Ucapku pertama kali masuk ke apartment ini. "Ini akan jadi tempat tinggal Jimin dan Jihyun tahun depan, Jihyun akan mulai bekerja tahun depan, aku meminta dia untuk bekerja di Seoul, kalau kau berminat untuk bekerja juga di Seoul, ayah akan senang hati, kalian bisa menjaga properti ini dengan baik kan?"

Aku terdiam, "bukankah kau memberi kesempatan untukku mengembangkan Magnate, yah?" Tanyaku lirih. Ayah tertawa, "ayah hanya bercanda nak, itu hanya sebuah penawaran, lagian, apa kau tidak khawatir Jihyun akan membawa perempuan kesini? Kau harus menjaganya bukan?" Lucon ayah, "ayah, kau masih saja berprasangka buruk denganku" ucap Jihyun kesal, pasalnya, Jihyun punya banyak mantan pacar, dasar anak itu.

"Istirahatlah Jina, bersihkan dirimu. Sampai sore nanti, kita tidak akan kemana-mana. Kau bisa membereskan pakaianmu, kita akan berada disini dua minggu. Nanti malam, kita family dinner ya" ucap ayah tegas seperti biasanya, tidak ada bedanya antara di telepon dengan bertemu langsung.

"Oke, terima kasih semuanya" lalu aku memeluk ayah dan kami berpelukan, hangat.

IDOLOVEUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang