9

670 85 24
                                    

"Omong kosong," Tenn menyangkal ucapan Ten. Tidak. Tidak mungkin adiknya yang manis dan polos itu kejam. Mereka hanya mengatakan omong kosong. Kira-kira itulah yang Tenn ucapkan di dalam kepalanya.

"Terserah. Nanti kau akan melihatnya sendi- oh lihat Haru sudah mulai!" Ucap Ten semangat saat melihat Haru telah berjongkok di depan seorang yang terikat itu.

"AKH" jerit orang itu disertai kuku jari jempolnya yang terlepas membuat senyum keluarga itu melebar.

Sedangkan para idol. Mereka hanya terdiam dengan wajah pucat pasi.

"Pasti sakit," gumam pelan Tamaki.

"Wah, sakit ya? Tenang saja paman. Ini baru pemanasan," ucap Riku dengan senyum ceria.

Dia kembali mencabut kuku jari orang itu. Kali ini dari jari kelingking. Membuat orang itu kembali menjerit.

"Kenapa paman? Kau tau kan bahwa ini adalah hukumanmu karena berkhianat. Padahal, aku mulai mempercayaimu. Tapi...tapi kau malah melapor ke polisi," ucap Riku dengan wajah sedih yang membuat orang itu tersentak.

"Eh? Kau terkejut? Apa paman mengira aku bodoh? Kau tidak tau bukan? Jika saat itu aku mendengarmu menelepon polisi untuk datang ke tempat ini,"

Flashback

Malam itu Riku sedang berada di mansion. Ia sedang menginap. Waktu itu tenggorokannya terasa kering dan sialnya air di kamarnya habis.

Riku beranjak keluar kamar. Kakinya melangkah menuruni tangga bertujuan pergi ke dapur. Ia mengisi air dan minum menghilangkan kekeringan di tenggorokan.

"Eh? Kenapa pintu gudang terbuka?" Tanyanya kepada diri sendiri saat merasakan ada yang janggal ketika akan kembali ke kamarnya.

Seingatnya, pintu gudang itu selalu terkunci. Riku memutuskan untuk mengecek ruangan itu. Semakin mendekat, samar-samar ia dapat mendengar suara seseorang yang sedang berbicara.

"Kumohon tolong datang! Nyawa kami terancam! Orang-orang itu gila!" Suara orang yang Riku kenal. Suara salah seorang butler yang mulai Riku percayai.

"Ah, sayang sekali," gumam lirih Riku disertai seringaian yang terpasang di wajah manisnya. Masih di luar belum ada niat untuk masuk ke dalam.

"Alamat..alamatnya di hutan kematian-aku tidak bermain-main! Mereka benar-benar ada di sini. Kumohon tolong kami,"

"Baik. Aku akan menunggu kalian, tapi cepatlah datang," ucap paman itu.

Tit

Panggilan dari telepon rumah yang memang di letakkan di gudang itu telah dimatikan. Paman itu mengusap wajahnya kasar sebelum melangkah keluar. Namun, alangkah terkejutnya pria itu saat melihat lelaki bersurai merah menatapnya bingung.

"Eh? Paman sedang apa di sini?" Tanya Riku dengan raut wajah bingung membuat si paman gelagapan.

"A-ah! Saya membereskan barang-barang di gudang," alibi orang itu.

"Ha? Membersihkan gudang? Di tengah malam?" Ucap Riku membuat si paman merutuki mulutnya yang asal ucap.

"I-itu, sebenarnya saya juga mencari barang yang saya jatuhkan tuan mu-"

"Panggil aku Riku,"

"Ah, baik tu-Riku-san. Saya mencari barang yang waktu itu terjatuh di sini,"

"Oh, jadi begitu ya~," ucap Riku lantas mengangguk.

"Kalau begitu, saya permisi Riku-san," ucap paman itu pamit lalu pergi meninggalkan Riku sendirian.

Riku berdiam diri lalu memastikan bahwa orang itu telah pergi setelahnya, menekan tuts angka di telepon rumah itu.

Setelah memastikan bahwa panggilan itu telah tersambung, Riku berkata,

"Ah, selamat malam. Emm..kau tau ada butler yang berkhianat. Bisakah kau mengurusnya?...ah terima kasih!" Ucapnya kepada seseorang.

Tit

Panggilan terputus, lalu dengan wajah sumringah Riku keluar dari gudang, kembali ke kamarnya untuk masuk ke dunia mimpi.

Flashback end

"Yah, aku tak masalah saat kau menelepon pihak kepolisian. Aku bisa mengurusnya dengan mudah. Tapi...kau menyebut kami orang gila. Ah, hatiku terluka saat paman menyebut kami seperti itu," ucap Riku masih dengan wajah sedih namun, matanya berkilat marah.

Lalu ia kembali mencabut kuku orang itu disusul oleh jeritan sakit. Merasa bosan dengan kuku jari, Riku meraih pisau bedah dan menggoresnya di kulit paman itu. Membiarkan darah mengalir keluar. Sang paman hanya dapat meringis sakit tanpa bisa berbuat hal lainnya.

"Ah~ ini benar-benar menyenangkan," ucap Riku yang didengar oleh seluruh orang di situ. Terpampang senyum yang sangat manis di wajahnya yang terkena noda darah.

"Haru..kau lama sekali. Aku akan mati kebosanan jika kau terus melakukannya secara perlahan seperti itu," ucap Hana yang kini sedang bermain dengan Yami.

"Benar. Cepat lakukan bagian inti Haru," ucap Ken diangguki semangat oleh Ten.

"Riku berhenti! Jangan melakukan itu!" Titah Tenn membuat Riku menoleh ke arahnya.

"Tapi, Tenn-nii. Ini sudah tanggung,"

Jleb

Selesai mengatakan itu, Riku dengan cepat menancapkan pisau itu ke mata kiri si paman membuat si empunya menjerit sakit. Oh, jangan lupakan darah yang kini telah mengalir seperti air terjun. Tindakannya membuat para idol tak dapat berkata-kata. Mereka..terlalu terkejut akan perlakuan center idolish7 itu.

Tapi, sepertinya belum selesai, Riku mengambil pisau buah dan sebuah suntikan. Suntikan berisi perasan jeruk nipis itu Riku suntikkan kemata kanan paman itu. Tambah besar jeritan sakit laki-laki itu membuat senyum mereka semakin merekah.

Apalagi Hana, yang menyaksikannya dengan seru.

"Memang menontonnya secara langsung lebih seru dibandingkan filmnya," gumam Hana.

"Tapi, melakukannya dengan tangan sendiri jauh berkali lipat lebih menyenangkan dari pada menonton. Argh, Haru..cepatlah, aku benar-benar tak tahan," imbuhnya.

Jleb

Jleb

Jleb

3 tusukkan Riku layangkan kepada orang itu. Tepat di sekitar daerah jantung orang itu.

Pluk

Tubuh itu kini telah terkulai lemas tak berdaya. Membuat Riku melunturkan senyumnya.

"Hee, sudah selesai? Ah membosankan sekali," meski begitu tangannya masih belum berhenti bergerak.

Ia membelah tubuh mayat itu lalu mengeluarkan satu persatu organ dalam sang paman. Membuat  para idol mengatupkan mulutnya guna mencegah sesuatu yang mendesak keluar dari sana.

"Riku-kun berhenti!" Ucap Sogo yang entah bagaimana dapat merusak rantai yang menahannya.









DOR

Bersambung...
Hai teman-teman
Chap ini lebih pendek dari biasanya ya🙏
Menurut kalian, adegannya udah cukup sadis belum? Kalau belum bilang ok?
Maaf kalo typo
Dadah

Don't Know //Nanase RikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang