"Hei, Hana! Jangan menembak mainanku! Lihat kepalanya berlubang sekarang!" Protes Riku saat mayat yang sedang ia mainkan ditembak. Membuat kepala mayat itu memperlihatkan lubang luka tembak.
"Kau lamban sekali, Haru. Aku sudah tak tahan," ucap Hana tak merasa bersalah membuat Riku menggeram kesal lalu kembali berdebat. Sedangkan, Ten, Ken, dan Ichiro hanya menonton perdebatan itu dengan senyum yang senantiasa terpatri di wajahnya, seperti sudah biasa dengan semua itu.
Berpaling ke para idol. Mereka terdiam menetralkan detak jantung masing-masing. Sempat terkejut karena mengira Sogo akan tertembak. Sedangkan, pria berantena itu jatuh terduduk karena kakinya terasa lemas seakan tak memiliki tulang.
Tetapi, itu tak mengurungkan tekadnya membuatnya dengan cepat berdiri dan melanjutkan niatnya.
"Sou-chan terlihat lebih gemuk hari ini," celetuk Tamaki dibalas oleh tatapan 'tutup mulutmu' para idol.
"Riku-kun berhenti! Jangan melakukan it-AKH!" Ucapan Sogo terpotong. Tergantikan oleh jeritan sakit saat tiba-tiba sesuatu merobek dagingnya.
Tes Tes Tes
Cairan merah pekat berbau anyir itu merembes keluar. Membuat bajunya tertutupi warna merah.
Bruk
Tubuhnya jatuh begitu saja dengan pisau yang masih tertancap di dada. Para idol hanya diam membantu. Jantungnya berdetak tak karuan. Percaya tak percaya dengan apa yang dilihat.
"Ah..maaf...aku tak sengaja," ucap Riku dengan raut wajah sesedih mungkin yang diyakini merupakan topeng.
"Riku...apa yang sebenarnya kau lakukan?!" Sentak Tenn menatap kembarannya membuat Riku menunduk. Tak membalas tatapan Tenn.
"Apa kau sadar dengan apa yang kau lakukan?! Kau..kau bermain dengan nyawa manusia! Kau berubah..kau tidak seperti adik kecilku yang dulu?! Yang baik seperti malaikat dan manis?! Sebenarnya, apa yang mereka lakukan padamu sampai kau melakukan ini hah?! Riku tatap aku! Aku tak berbicara dengan dinding kau tau!!" Ucap Tenn keras. Tubuh Riku berjengit kaget sebelum bergetar dan mulutnya mengeluarkan tawa.
"Pfft. Hihihihihi. Hah...ini sangat menghibur....Tenn-nii apakah kau tau? Semua hal yang kau dan teman-teman tau tentangku itu....bohong! Hahaha," ucap Riku lalu kembali mengeluarkan tawa. Tenn dan mereka semua menatapnya tak percaya.
"Bohong? Apa maksudmu Riku?!"
"Kau membohongi kami Nanase-san?"
"Hm..beritau tidak ya?" Ucap Riku menjahili mereka.
"Ck, lebih baik tidak, Haru! Cepat selesaikan bagianmu!! Aku lelah menunggu!!" Ungkap Ken disetujui oleh Hana yang berbaring di lantai semen dan Ten sepertinya mati. Jiwanya sedang keluar dari raga akibat bosa.
Ah, dan jangan lupakan Ichiro yang sepertinya terhibur dengan mereka. Membuat Riku semakin sengaja menjahili mereka.
"Baiklah, akan ku beritau," Ucapnya disusul keluhan oleh 3 saudara angkatnya.
"Tidak! H..aru..janga.n..apa..kau..tak..lih.at..aku..se..ka..rat," ucap Hana menirukan gaya orang sekarat. Padahal, yang sedang sekarat itu Sogo.
"Hah...aku sudah mati," gumam Ten.
"Panjang urusannya," ucap Ken.
Tetapi, tentu saja 3 dialog di atas tak dihiraukan oleh pemilik surai merah tersebut. Ia menjalan mendekat kw arah teman-temannya itu sembari memasang senyum yang amat teramat manis.
"Tenn-nii..kau tau? Aku berterima kasih karena kau pergi meninggalkanku. Waktuku sendirian menjadi lebih banyak,"
"Rik-"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Know //Nanase Riku
أدب الهواة[COMPLETE] Bunga mawar, sama sepertinya. Bunga itu indah. Wanginya harum dan manis. Tetapi, Hati-hatilah. Jangan berenang terlalu dalam ke pesonanya. Sebab ada duri yang siap menusuk kapan saja. Warning: Author penulis amatir, ini ff pertama author...