11

627 89 47
                                    

Flashback
Riku Pov

Selepas kepergian Tenn-nii, aku menjadi lebih bebas. Tetapi, hanya di siang hari. Karena di malam hari, aku harus kembali menjadi anak baik. Ya, seperti itu rutinitasku sehari-hari sampai pada suatu hari.

Tou-san pulang dengan raut wajah yang aneh di malam hari. Mukanya merah dan meracau tentang hal tak jelas. Bahkan, Okaa-san terkejut dengannya. Aku sih tak peduli.

Plak

Tou-san...dia menampar okaa-san yang bahkan hanya berdiri di depannya.

"Kau..hik..wanita sialan..hik..pergi dari...hik..hadapnku," racaunya.

Ah, aku tau!! Sepertinya Tou-san ma-ma apa itu?? Ehm~.....mabuk! Mabuk berat. Dan sekarang lihatlah. Okaa-san mengeluarkan air mata sambil memegang bekas tamparan di pipinya.

Tidak. Kurasa okaa-san tak menangis karena itu. Sepertinya, ia menangis karena racauan tou-san. Hah. Okaa-san~ tak usah kau pedulikan tou-san~ Biarkan saja dia meracau seperti orang gila. Kau kan ada aku!!

Tapi, aku tak mengatakan hal itu. Tentu saja tak mungkin. Karena image ku sebagai anak polos dan baik akan dicurigai. Yasudahlah. Aku akting saja.

"Okaa-san..ada apa dengan tou-san? Dia..menyeramkan," ucapku mengintip dari belakang dengan raut ketakutan serta khawatir kepada okaa-san.

Kemudian, tou-san mengalihkan pandangannya padaku. Ayo! Ayo maju tou-san! Akan ku tunjukkan kemampuan aktingku lebih dari ini.

"Kau..hik..dasar..pembawa sial! Hik..anak lemah penyakitan sepertimu..hik..tak pantas hidup..dasar merepotkan!" Ucapnya lalu meleparkan sepatu miliknya ke arahku. Aku tak menghindar dan melanjutkan aktingku yang luar biasa.

Uhm..anu..tou-san. Kita tak sedang bermain lempar tangkap sepatu kau ingat? Apa karena terlalu mabuk kau mengira sepatu itu sebagai bom yang akan meledak saat mengenaiku?? Atau otakmu bermasalah? Bagaimana bisa sepatu membunuhku??

Yah, kecuali jika kau mengisi sepatu itu dengan banyak batu kerikil. Mungkin kepalaku akan bocor atau benjol.

"M-maaf jika selama ini a-aku menjadi beban bagimu," cicitku berusaha menampakkan senyum meski mata telah berair.

Ingat! Ini hanya akting! Tak mungkin, aku menangis sungguhan!!

"Riku..jangan dengarkan tou-sanmu sayang! Kau..kau adalah matahari keluarga ini. Keluarga Nanase. Kau bukan beban..kau berlian," ucap okaa-san menangkup kedua wajahku yang berair.

Okaa-san~ kau membuatku terharu~~ hiks...e-eh kuperingatkan sekali lagi!! Ini hanya akting!!! Jangan berpikir yang tidak-tidak!!

"Eung..hiks..okaa-san..maaf..maaf..aku minta maaf!" Aku menitikkan air mata sambil terus meminta maaf.

Meski aku tak tau apa kesalahanku. Hehe..tak apalah! Asalkan kalian semua melihat kemampuanku!

Kemudian, kami berdua saling berpelukan. Mengabaikan tou-san yang sedari tadi meracau tanpa henti. Dasar perusak suasana.

Hal itu terus terjadi berulang kali. Selalu seperti itu siklusnya. Sampai 2 bulan telah berlalu.

Seseorang berwajah sangar seperti preman pasar datang ke rumah. Dia mencari ayah. Sedangkan, ayah sedang berada entah dimana. Hah..aku berharap ia tak pulang.

Okaa-san berbicara dengan paman itu. Aku juga ikut mendengarkan. Dari belakang pintu. Samar-samar aku mendengar tentang hutang. Hutang milik ayah yang cukup banyak dan tak ia bayar. Ya, sesuatu semacam itu sampai akhirnya paman itu pergi. Okaa-san menutup pintu. Menatapku yang memasang wajah bingung dan tersenyum lembut meski aku tau itu dipaksakan.

Don't Know //Nanase RikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang