Para idol termenung. Bingung, kaget, dan kecewa serta takut bercampur menjadi satu.
Tamaki mengerjap. Otaknya yang agak lemot memproses fakta itu dengan perlahan. "Sou-chan? Tapi, bukankah Sou-chan sudah mati?"
Idol lain mendelik mendengar ucapannya. Sedangkan, Riku. Ia hanya tersenyum. Telah biasa menghadapi rekan yang memiliki otak yang hah..sudahlah.
"Tamaki-kun..aku belum mati asal kau tau," ucap Sogo yang masih berbaring di lantai. "Jangan-jangan...kau ingin aku mati?"
"Ya. Kami benar-benar berharap agar kau mati. Dasar rambut antena," ucap Ten, Ken, dan Hana bersamaan.
Mereka bertiga kini duduk saling membelakangi. Menjadikan punggung satu sama lain sebagai senderan.
"Ugh..kalian memang tak pernah menyukaiku sejak awal," ujar Sogo menampilkan senyumnya. Meski tetap setia berbaring di lantai.
"Osaka-san..bagaimana bisa..kau..bukankah kau sudah tertusuk," ucap Iori. Yah, meskipun reaksinya telat disetujui oleh member lainnya.
"Ah, itu. Iori-kun..ehm, sebenarnya aku memakai baju pelindung. Yah, meskipun aku menjadi terlihat lebih berisi,"
"Oh..teman-teman. Ternyata, aku memang benar tentang Sou-chan yang terlihat lebih gendut!" Bangga Tamaki karena ucapannya benar.
"Aku tak gendut Tamaki-kun! Hanya sedikit berisi! Apalagi, dengan kantung darah untuk memberikan efek berlebih membuatku terlihat lebih padat!" Bantah Sogo.
Tap
Tap
Tap
Riku berjalan mendekati Sogo, kemudian, berjongkok di depan wajahnya sembari berbisik,
"Sogo-san..kenapa kau tak berdiri saat aku mengucapkan namamu?? Bukankah itu terjadi di luar rencana?" Bisik Riku bingung.
"Maaf, Riku-kun. Tubuhku keram. Aku tak bisa berdiri," balas Sogo juga berbisik.
Sedangkan, orang-orang di tempat itu memandang mereka dengan tatapan ehm..datar?
"Ouh, Sogo. Maybe karena kau tak pemanasan before pura-pura mati?" Celetuk Nagi dengan logat khasnya membuat Riku dan Sogo saling menatap kemudian kembali berbisik.
"Sogo-san, bagaimana mereka bisa tau tentang hal yang kita bicarakan?!"
"Aku juga tak tau, Riku-kun..mungkin saja mereka membaca pikiran kita!" Bisik Sogo.
"Haru, antena...hah..kalian berbisik menggunakan mikrofon," ucap Hana datar sembari mengelus-elus lembut kepala Yami. "Lagipula, darimana kalian mendapatkannya?"
"Ehe~ kami tak tau," ucap kedua orang yang dibicarakan tersenyum.
"Sogo-san? Apakah sekarang kau masih keram?"
"Masih,"
"Oh, yasudah. Ehem..karena aku anak yang pintar, baik, dan rajin menabung. Hana..kau bisa mulai," ucap Riku menuai respon baik dari Hana dan protes dari Ken dan Ten.
"Yes! Aku main!" Hana lamgsung berdiri dari tempatnya membuat kepala Ten dan Ken bertabrakan.
"Hei, Haru! Kau pilih kasih!"
"Orang tua harus mengalah," ucap Riku.
"Dengarkan itu, Ossan/Gaku," ucap Tenn dan Mitsuki bersamaan.
"Hoi, apa maksudmu bocah?!" Protes Gaku. "Dan bisakah kalian lebih serius?! Ini kita dirantai loh! Liat mereka membunuh orang! Kita bisa mati gaes!!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Know //Nanase Riku
Fanfiction[COMPLETE] Bunga mawar, sama sepertinya. Bunga itu indah. Wanginya harum dan manis. Tetapi, Hati-hatilah. Jangan berenang terlalu dalam ke pesonanya. Sebab ada duri yang siap menusuk kapan saja. Warning: Author penulis amatir, ini ff pertama author...