KARENA Namjoon mengatakan akan pulang larut malam, Ryuna meminta Arin untuk datang ke tokonya hari ini. Temannya itu sudah memiliki anak kembar, ia butuh sedikit keributan untuk menghilangkan kekesalannya pada Namjoon yang baru kali ini di hari Minggu tak menyisakan waktu untuknya. Padahal, biasanya hari Minggu mereka selalu jalan-jalan atau sekedar menonton Netflix dibalik selimut tebal di kamar. Meski ia tak yakin dengan perasaannya, tapi tak ada salahnya untuk menikmati waktu bersama. Cinta ada karena terbiasa, kan?
"Miss Ryunaaaaa," panggil suara nyaring yang baru saja memasuki tokonya. Seorang anak perempuan berusia 4 tahun dengan rambut panjang yang diikat dua. Ryuna tersenyum, beringsut dari duduk di salah satu meja lalu memeluk Park Diya dan menggendongnya dengan gemas.
"Diya-kuu, kau semakin menggemaskan saja." Ryuna tersenyum lalu duduk bersama Diya dan memberikan sepotong roti keju kesukaannya. "Miss menyiapkan ini khusus untukmu."
Miss—Ryuna sengaja ingin disebut dengan sapaan itu karena ia menolak dipanggil ahjumma. Ia masih belum terlalu tua meski sudah memiliki suami, pikirnya. Karena anak-anak Arin sedang giat belajar nama-nama hewan dengan Bahasa Inggris, jadi ia meminta mereka untuk memanggilnya dengan Miss. Ah, tidak tidak—tidak keduanya. Hanya Diya. Sedangkan Ahin—
"Im Ryuna Ahjumma!"
Ryuna menggigit bibir bawahnya, Park Ahin memang senang sekali memancing darahnya naik. Kecil-kecil sudah pandai membuatnya kesal, benar-benar...
"Oh, sudah datang? Duduk saja di lantai, arraseo?" Ryuna menyunggingkan senyum malasnya pada Ahin yang hanya tersenyum usil sembari mengambil sepotong roti keju lainnya yang ada di piring.
"Ahjumma, aku juga ingin duduk di pangkuanmu seperti Diya."
"Tidak, tidak. Adikmu hanya bisa diam jika duduk di pangkuanku. Jika tidak, tokoku bisa berantakan seperti minggu lalu. Kau juga, tak membantuku mengejarnya malah menertawakanku." Ryuna meracau pada anak kecil seolah ia adalah temannya, tapi jika tidak seperti ini ia sungguh-sungguh tak bisa menahannya.
"Miss benar, kau duduk dengan eomma saja, ya?" Jung Arin, ibu dari si kembar yang baru saja menghampiri segera menggendong Ahin dan duduk di kursi lalu tersenyum pada Ryuna yang lebih dulu tersenyum menyambutnya. "Sungguh, aku tak tahu sifat mereka menurun dari siapa. Tapi, yang jelas bukan aku." Bisik Arin sembari mengedipkan sebelah matanya.
Ryuna balas mengedipkan sebelah matanya lalu terkekeh bersama. Ahin dan Diya masih aman, roti yang ada di piring masih banyak. Sesekali juga mereka bercengkrama dengan bahasa yang tak sepenuhnya Ryuna mengerti. Ia tersenyum, melihat si kembar rasanya ingin memiliki anak juga. Tapi, entah mengapa meski tidak melakukan program menunda anak, ia belum juga hamil. Padahal dokter mengatakan dirinya dan Namjoon baik-baik saja, mungkin belum waktunya saja.
"Bagaimana rasanya memiliki anak, eonnie?"
"Hm," Arin mengambil secangkir teh hangat yang memang sudah dipesannya sebelum datang. "Rasanya seperti berkeliling dunia. Menyenangkan, kerepotan, aku tak memikirkan apapun lagi selain Ahin dan Diya. Masa mudaku benar-benar menemui akhir. Tapi, mereka juga membuatku bahagia. Karena sudah tiga tahun semenjak menikah aku sangat menantikan kehadiran mereka di rahimku. Meski sangat di luar ekspetasiku karena memiliki bayi kembar." Ia tersenyum lalu menyecap pelan tehnya sembari mengenang.
Tentu saja, Ryuna belum mengetahui ini. Pertemanan mereka baru terjalin belum genap 1 bulan sejak Arin menjadi langganan di toko ini karena Ahin dan Diya sangat menyukai roti keju di sini. Ryuna juga sangat ramah, ia merasa senang bisa berteman dengannya meski terpaut usia beberapa tahun. Ia senang memiliki teman baru yang juga bisa memaklumi anak-anaknya. Melihat Ryuna berdebat dengan anak-anaknya juga merupakan salah satu hiburannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bad) Marriage Life: My Second [COMPLETED]
FanfictionApa pihak ketiga sepenuhnya patut untuk disalahkan? Cr pict @pinterest