Part 5 - Past & Fast

147 15 9
                                    

Seoul, 7 tahun yang lalu ...


RYUNA duduk bersila di ayunan besi yang tak digerakkan, mengarah ke samping—menatap seorang laki-laki berseragam SMA sama sepertinya. Bibirnya sedikit mengerucut sembar memerhatikan Yoongi yang hanya duduk sembari menumpukan sikunya di paha. Tangannya mematahkan daun kering menjadi satu satu. Ryuna memeluk pegangan ayunan lalu menempelkan pipinya di sana. Toh hanya ada mereka berdua di taman ini. Ini juga sudah sore, mungkin tak akan ada lagi anak-anak kecil yang datang.

"Babe, apa aku boleh ikut mengantarmu ke bandara?"

"Kenapa kau ingin ikut? Ingin menangis dan memermalukanku di sana?"

"Ya! Aku ingin menendangmu di sana. Bagaimana? Sepakat? Apa aku boleh ikut?" Ryuna berdesis pelan. Enam bulan menjadi kekasih Yoongi—kakak tingkatnya di sekolah, ternyata laki-laki ini tak pernah ada manis manisnya dari segi bahasa. Beruntunglah Yoongi karena ia sangat menyukainya.

"Tak usah. Aku tak bisa melihatmu menangis atau menendangku. Bisa-bisa aku tak akan pergi ke Amerika." Yoongi menegakkan punggungnya lalu menatap Ryuna yang masih memberengut padanya. "Aku mengambil beasiswa musik dan bekerja magang dengan seseorang yang memercayaiku. Aku harus fokus dengan mimpiku. Kau baru kelas sepuluh, belajar yang rajin, ya?"

"Aku tidak masalah dengan LDR, aku—"

Ryuna terkejut ketika Yoongi tiba-tiba saja mencium bibirnya. Cukup lama, bahkan ia bisa merasakan tekanan yang membuat kepalanya sedikit mundur, lumatan yang kian intens dan buru-buru. Sebelah tangan Yoongi menekan tengkuknya, membuat Ryuna meremas pegangan ayunan dengan erat. Pangutan yang tak biasa, Yoongi seolah meraup napas yang ada di dalam mulut Ryuna bak energi untuk tubuhnya. Ryuna pun tak mengelak sedikit pun, terlena dengan bibir tipis dan dingin itu. Saat keduanya kehabisan napas, barulah ciuman itu berakhir. Dengan deru napas yang memburu.

"Kau—tiba-tiba sekali," Ryuna mengulum bibirnya lalu menunduk. Pipinya terasa panas, ia ingin tersenyum tapi masih kesal. Yoongi benar-benar pandai membuatnya bingung seperti ini.

"Kau pasti sangat menyesal karena mengatakan perasaanmu padaku." Yoongi mengusap bibirnya yang basah dengan ibu jarinya, jantungnya berdetak keras. Tapi, ia tak boleh hilang fokus. Sadarlah dengan situasi ini, Min Yoongi.

"Aku tak pernah menyesal. Kau cinta pertamaku." Ryuna kembali menegakkan kepalanya lalu terkekeh melihat Yoongi yang hanya tersenyum tipis sembari bersandar di pegangan ayunan.

"Berapa kali aku menolakmu?"

Ryuna tertawa pelan lalu mengubah tatapannya menjadi lurus. "Tujuh kali. Jadi, aku tak akan melepaskanmu begitu saja."

Yoongi hanya menggangguk-angguh kecil lalu menoleh pada arlojinya. Pukul 4 sore. Sebentar lagi ia harus pergi. Ia tak tahu cara berpamitan yang benar pada Ryuna. Ia hanya bisa mengajaknya ke taman dan malah banyak diam. Ia bahkan bisa menghitung berapa banyak kata yang ia keluarkan ketika mengobrol atau mengirim chat dengan Ryuna, tapi gadis ini sangat gigih. Meski ia sudah menolaknya sebanyak itu, tak ada kamus menyerah dalam diri Ryuna untuknya.

"Kita pasti akan sangat jarang berciuman, kan?"

Yoongi mengerjap lalu menatap Ryuna yang sudah berdiri lalu duduk menyamping di pangkuannya. Ia terkejut, tak menyangka adik kelasnya ini akan seberani ini. Bahkan, tangannya sudah melingkar di lehernya dengan sempurna. Apa apaan ini? Mereka tak pernah sedekat ini.

"Y—ya."

"Aku akan memberikan ciuman dewasa. Ayolah, aku sudah mencontohnya dari drama."

(Bad) Marriage Life: My Second [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang