Part 2 - Crazy in Love

324 21 18
                                    

RYUNA tidak berbohong ketika mengatakan bahwa ia bisa mencintai Namjoon dengan mudah. Pria baik-baik yang menyetujui perjodohan ditengah puncak karir. Nyonya Kim—ibu Namjoon, pernah menceritakan padanya bahwa dari 3 gadis yang dipilihkan, ialah yang dipilih untuk menjadi isteri. Satu-satunya kandidat paling muda diantara 2 gadis lain yang lebih matang dan siap. Bahkan memiliki bisnis yang lebih besar dibanding toko rotinya yang pada saat itu belum memiliki cabang. Saat Ryuna menanyakan alasan Namjoon memilihnya, jawaban pria itu amatlah merenggut perhatiannya.

"Mereka gigih dengan bisnis karena investasi keluarga turun temurun, aku tak tertarik karena aku juga begitu. Sedangkan seorang Im Ryuna, membangun toko roti susah payah dengan kedua orang tua yang bekerja siang malam di perusahaan ayahku. Kalian sangat tekun dan saling mendukung. Aku menyukai keharmonisan keluarga Im. Aku berharap bisa memiliki keluarga seperti itu juga jika aku memilikimu. Aku meminta kau menjadi salah satu kandidat sebagai syarat agar aku mau dijodohkan."

Ryuna tersenyum sembari menuruni anak-anak tangga rumahnya. Jika ia tengah menunggu Namjoon pulang, ia akan mengingat bagaimana Namjoon meluluhkan pertahanannya. Karena ia tidak pernah setuju dengan perjodohan ini sebelumnya. Ia menikah saat usianya masih 22 tahun, ia berencana kuliah setelah berhasil memiliki toko roti. Tapi, orang tuanya memintanya menikah dengan Kim Namjoon—pria yang berbeda 10 tahun dengannya itu sangat menginginkannya.

Ryuna yang berjanji tak akan menikah seumur hidupnya, harus meruntuhkan pertahanannya karena orang tua Namjoon mengancam akan memecat kedua orang tuanya jika ia menolaknya. Hell, semua orang yang memiliki kekuasaan selalu menghancurkan hidupnya. Termasuk seseorang yang pernah menguasai hatinya dan meremukkannya hingga hancur.

Tapi, Namjoon tidak seburuk itu. Bodoh jika ia menolak lamaran pria seperti Kim Namjoon.

Baru saja ia duduk di ruang tamu, bel berbunyi. Ia segera bangkit dan membuka pintu dengan senyuman merekah untuk menyambut suaminya pulang. Ini sudah pukul 2 dini hari, tapi ia masih setia menunggu suaminya pulang. Meski ini rekor terlama suaminya itu kembali dari kantor.

"I'm home, sweety." Namjoon menyambut Ryuna yang baru saja membuka pintu untuknya. Ia segera memeluk tubuh mungil isterinya yang sudah dibaluti pakaian tidur. Ia mengeratkan pelukan, merasa bersalah karena pulang terlalu larut malam.

"Maafkan aku, aku sangat terlambat pulang, kan? Ingin menghukumku? Hm?" Namjoon mengecup singkat puncak kepala Ryuna lalu menatapnya dengan seulas senyuman ketika isterinya itu menatapnya dengan mata yang sayu.

"Kau harus memelukku seharian. Ini sudah hari minggu, kan? Kau tidak ke kantor?"

Namjoon merangkul Ryuna kemudian mengajaknya masuk dan segera menutup pintu. Ia mendorong pelan tubuh isterinya itu hingga bersandar di daun pintu lalu menatapnya dengan sesal. "Aku harus melihat apartemen baruku di dekat kantor cabang. Kau tau, aku akan sering pergi ke sana bulan ini. Jika aku tak nyaman aku harus mencari apartemen lain. Aku kembali ke rumah larut malam karena kau tahu, aku sangat perfeksionis dengan rumahku di manapun itu."

"Aku mengerti." Ryuna menggamit kedua tangan Namjoon yang ada di pundaknya kemudian mengecup punggung tangannya bergantian. "Semoga kau menemukan rumah baru yang nyaman, oppa."

Namjoon termenung. Ia pasti sudah gila, kenapa ia menganggap ucapan Ryuna adalah restu untuknya?

Karena tentu saja ia bukan kembali dari kantor. Melainkan dari hotel dan sudah melewati beberapa jam yang memabukkan dengan Wiseok yang amat menakjubkan. Ia tak pernah segila itu dalam urusan ranjang. Sebelum menikah, ia pernah beberapa kali one night stand dengan gadis-gadis penggoda dan rasanya pun tak pernah seliar bersama Yun Wiseok. Gadis itu benar-benar pro, ia bisa saja tidur sampai pagi dengannya jika tak ingat pada Ryuna.

(Bad) Marriage Life: My Second [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang