Part 9 - Unknown

133 17 23
                                    

WISEOK membasuh wajahnya di westafel dengan perasaan yang tak menentu. Senang, karena Ryuna sudah tahu bahwa suaminya berselingkuh dengannya. Namun, kesal karena wajah cantiknya harus dipenuhi dengan cake durian yang tiba-tiba saja membuatnya pening. Ia sangat menyukai durian, tapi kini ia mulai membencinya karena Ryuna melakukan ini padanya. Menjengkelkan, memalukan!

"Ingin aku bantu?" Namjoon datang dari balik pintu dengan sekotak tisu lalu melihat Wiseok dari cermin yang baru saja selesai mencuci muka dengan bibir yang mengerucut. Ia tersenyum lalu menggendong Wiseok duduk dipinggir westafel, mengambil selembar tisu dan mulai menyeka wajah gadisnya yang basah.

"Ada handuk kecil di lenganmu, kenapa malah menggukan tisu?" Wiseok menoleh pada benda yang ia maksudkan lalu menatap kembali pada Namjoon yang malah tersenyum menanggapinya.

"Aku pikir kau menangis, jadi aku membawa tisu. Karena aku sudah membawanya anggap saja aku sedang menenangkanmu, ya?"

Wiseok tersenyum, hatinya menghangat karena Namjoon memerlakukannya bukan bak penjahat. Bahkan tak ada penyesalan yang tersirat pada manik mata itu selain dari tatapan cinta yang selalu terarah padanya. Apa ini rencana yang pernah dikatakan Namjoon?

Wiseok terpikir akan sesuatu, ia mengambil handuk itu lalu menaruhnya di atas kepala dan menutupi wajahnya. Ia menggamit kedua tangan Namjoon lalu berkata bak penghulu, "untuk kedua mempelai, silakan berciuman."

Namjoon yang mengerti maksud dari gadisnya itu lalu mengangkat handuk dan menaruhnya di puncak, melihat wajah Wiseok dengan pipi bersemu merah muda. Ia mendekatkan wajahnya kemudian mencium bibir Wiseok bak sepasang pengantin di atas altar. Keduanya terkekeh disela ciuman hingga Wiseok melingkarkan kakinya di pinggang Namjoon dan meraih ke dalam pelukannya. Memerdalam ciuman itu, menutup setengah handuk tadi di atas puncak kepala Namjoon dan melanjutkan aktivitas ciuman itu menjadi lebih intim. Seolah menganggap hari ini adalah kemenangan—tanpa tahu karma yang akan didapatkan keduanya esok atau lusa.

Lagi pula—

"Kau tak akan mengkhianatiku, kan?"

"Aku tak pernah melakukan kesalahan yang sama, Wiseok."

**

Butuh waktu 1 jam untuk menempuh rumah orang tua Ryuna dan sepanjang perjalanan, Yoongi membiarkan Ryuna menangis di sampingnya—tanpa isakan. Deraian air mata yang jatuh setiap detiknya bak sayatan yang menerobos ulu hatinya, bukan ini yang ia inginkan. Tidak seperti ini perjanjiannya. Tidak sama sekali.

"Kau ingin aku berbuat apa untuk membalas mereka?" tanya Yoongi akhirnya ketika mereka berbelok pada jalanan kompleks yang sepi itu. Ia menoleh singkat, melihat Ryuna yang hanya menggeleng dengan tatapan kosong. Yoongi tak pernah merasa memiliki kelemahan, kecuali air mata Ryuna.

"Gomawo, Yoongi."

Yoongi hanya mengangguk singkat dan tetap fokus pada kemudinya. Ia memilih tak bicara apapun hingga akhirnya sampai di depan gerbang rumah yang menjadi tujuan mereka. Yoongi membantu Ryuna turun dan memintanya agar segera masuk, ia pun segera mengambil koper dan tas ransel yang dibawa Ryuna. Yoongi mengencangkan pegangan tangannya pada koper—apa ia akan sanggup bertemu dengan kedua orang tua Ryuna?

"Apa yang terjadi padamu?" sambut Nyonya Im diikuti Tuan Im yang menyusul keluar dari pintu. Ryuna hanya berkata aku dikhianati lalu masuk ke dalam dengan langkah gontai bersama sang ibu. Sedangkan Yoongi tengah menaruh barang-barang di teras tanpa melihat Tuan Im yang kini tengah menghampirinya.

"Nak, kau ada bersamanya? Kenapa?"

Yoongi menegakkan punggung usai menyimpan ransel lalu menatap Tuan Im penuh arti. "Mungkin untuk menyaksikan bahwa perjanjian kita mulai detik ini berakhir, Tuan Im."

(Bad) Marriage Life: My Second [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang