Part 16 - Soup

126 13 9
                                    

WISEOK tetap merasa tak baik-baik saja meski sudah menginjakkan kedua kakinya di Hawaii. Ia sedari tadi hanya berdiri di tepi pantai dengan sisa ombak yang menyapa kakinya. Wiseok mengusap perutnya, memejamkan mata ketika sebuah pelukan melingkar di pinggangnya. Namjoon mengecup pipinya, membuatnya semakin memejam membiarkan pria itu menjelajah lehernya.

Aneh, rasanya ia tak merasakan getaran apapun selain pikirannya yang kosong. Wiseok berusaha mengumpulkan gairahnya, tapi ia tak bisa membalas Namjoon seaktif biasanya. Angin senja menyapa kulitnya, ia sedikit menggigil dan Namjoon semakin mengeratkan pelukannya. Dengan lemah, Wiseok memeluk Namjoon dan mengendus otot lengannya lagi-lagi untuk mencium jika saja ada bau asing yang menempel pada tubuh Namjoon.

Wiseok lelah seperti ini, ia tak ingin mencurigai Namjoon tapi ia semakin membayangkan hal-hal aneh yang mungkin terjadi. "Bagaimana jika saat pulang nanti kita mengalami kecelakaan dan hanya kau yang selamat? A—atau, mungkin saja karma yang aku terima aku akan mendapat kasus fatal sampai membuatku di penjara? Bagaimana Namwi? Bagaimana denganmu? Apa aku akan membusuk di sana dan mendengar kalian bahagia dengan keluarga baru? Jika itu terjadi lebih baik aku ma—"

"Baby, kau sudah keterlaluan." Namjoon melepaskan pelukannya dengan kerutan di keningnya. "Apa kau tak bisa berhenti memikirkan hal-hal aneh seperti itu? Bahkan sampai dunia ini berakhir kau tak akan bisa memprediksi takdir apa yang akan kau terima. Tak bisakah kau menikmati pernikahan kita? Bukankah ini yang kita inginkan? Kau seperti bukan Yun Wiseok yang aku kenal. Aku harus melakukan apa agar kau kembali seperti biasanya?"

"Kenapa kau memarahiku? Kau tak pernah protes sedikit pun padaku. Kau seperti ini karena ingin mengakhiri hubungan ini? Kau memiliki jalang lain?!"

"Aku merindukanmu!" Namjoon mengulum bibirnya, berusaha mengontrol intonasinya agar tak menyakiti isterinya. Ia meremat kuat kedua lengan Wiseok dengan tatapannya yang sayu. "Aku merindukan Yun Wiseok yang berani dan tak perduli dengan apapun. Aku tak perduli dunia akan memandang kita seburuk apapun asal kau tetap Wiseok yang menentang segalanya demi keinginan yang membuatmu bahagia. Kenapa kau seperti ini? Aku tak pernah berpikir untuk berselingkuh lagi. Aku hanya ingin Yun Wiseok saja yang menemani hari-hari tuaku."

Wiseok menggigit bibir bawahnya, mendengar Namjoon mengatakan itu entah mengapa membuat hatinya semakin sakit, ia sudah menjadi isteri dan calon ibu yang gagal. Ia tak mengenali dirinya lagi, Wiseok tak bisa melihat apapun selain kesalahannya dan kemungkinan konsekuensi yang akan diterimanya. Ia merasa lemah—apa ini karmanya?

"Aku ingin pulang." Wiseok meremas rambutnya kuat, menggeleng dan berakhir menangis sembari duduk di atas pasir dan memeluk dirinya sendiri dengan isakan. Seolah tak ada yang bisa menenangkannya selain air mata yang bahkan tak ada habisnya.

Namjoon menghela napas frustasi, ia mengusap wajahnya dengan tatapan sendu melihat situasi psikis Wiseok yang berubah 180 derajat. Sebenarnya ia lelah melihat Wiseok yang kehilangan arogansinya, tapi mengingat hujatan seperti apa yang menimpa Wiseok apalagi dari ibunya sendiri—menjadi hal yang wajar jika mental Wiseok terganggu apalagi kondisinya tengah hamil. Ia pernah mendengar jika wanita hamil sangat sensitif dengan apapun. Dan yang paling Wiseok takutkan saat ini adalah kemungkinan buruk karma apa yang akan mereka dapat—atau mungkin akan ada lagi perselingkuhan lagi yang tak ingin Wiseok alami.

Namjoon berjongkok di depan Wiseok kemudian memeluknya erat. Ia tahu sekarang apa karma yang didapatkan mereka—Wiseok yang tersiksa dengan pikirannya sendiri dan dirinya yang harus menerima Wiseok dalam situasi seperti ini. Namjoon semakin mengeratkan pelukannya. Apa yang harus ia lakukan?


**


Yoongi dan Ryuna memutuskan kembali ke Seoul, ada banyak hal yang harus mereka selesaikan sebelum akhirnya pindah ke Amerika bersama. Keduanya tampak serasi bergandengan tangan dan saling menatap satu sama lain ketika mengobrol singkat. Tersenyum dengan merekah membuat siapa saja yang melihat akan iri dengan kemistri mereka.

(Bad) Marriage Life: My Second [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang