Part 12 - Hate Speech

127 15 9
                                    

WISEOK menggerakkan sebagian ujung rambut panjangnya pada wajah Namjoon yang masih terlelap di sisinya. Ia tersenyum melihat kerutan kening Namjoon dan gerakan kepalanya yang menggeliat protes oleh rambutnya. Wiseok masih menggerakkan helaian rambutnya itu dan kini turun ke bagian leher—dan dada telanjang suaminya.

Detik itu juga Namjoon membuka sebelah matanya yang masih terasa berat dan segera menarik Wiseok ke dalam pelukannya, berguling beberapa kali hingga kini posisi Wiseok berada di bawahnya. Keduanya terkekeh renyah, saling memberi kecupan di bibir dan pelukan manja khas Wiseok yang membuat Namjoon gemas. Keduanya berbaring menyamping, saling berhadapan memandang wajah satu sama lain. Rasanya tak ada yang jauh lebih membahagiakan dari pagi ini—ketika mereka resmi terbangun bersama sebagai sepasang suami isteri.

"Apa aku terlalu menyakitinya semalam?" Namjoon mengusap lembut perut Wiseok membuat sang empunya menggeleng dengan senyuman tipis di bibirnya.

"Kau tak menyakitinya, tapi menyakiti milikku. Nakal." Wiseok menekan hidung Namjoon dengan bibirnya yang mengerucut. Keduanya terkekeh dan kembali saling mengecup bibir dengan lebih intens.

"Kau ingin sarapan apa?" tanya Wiseok ketika bibir tebal Namjoon menjelajah lehernya membuatnya refleks menggigit bibir bawahnya. "Hey—sudah, aku tak bisa memasak untukmu jika kau menggodaku seperti ini."

"Tak usah memasak. Kau kan sarapan terbaikku." Namjoon terus mengecup leher hingga dada Wiseok tak perduli kuku panjang isterinya yang menekan pundaknya. Ia suka melakukan aktivitas ini dan tenaga Wiseok tak pernah cukup untuk menahannya.

"Aku harus menyimpan tenagaku, bukankah kita akan pergi jalan-jalan pagi ini?"

"Ah, benar." Namjoon mendongkak menatap Wiseok dengan wajah sayu. "Anakku ingin jalan-jalan, ya? Baiklah, ayo. Aku akan bersiap."

"Wajahmu sedikit kecewa, Baby." Wiseok terkekeh pelan ketika keduanya terduduk lalu berjalan menuju kamar mandi—masih memeluk satu sama lain.

"Lihat saja aku akan menghukummu nanti malam sebagai balasannya."

"Punish me, Daddy. I'll be a naughty baby girl for you." Wiseok menggoda Namjoon membuatnya dihadiahi oleh serangan ciuman yang membuatnya terkekeh sepanjang keduanya membersihkan diri di kamar mandi. H+1 setelah pernikahan—semua berjalan baik-baik saja.

Bahkan ketika mereka tengah berada di taman, beberapa kali saling mengambil foto lalu selfie bersama. Sayangnya, mereka tak bisa pergi bulan madu dalam waktu dekat. Pernikahan mereka dipercepat dan pekerjaan Namjoon pun tak bisa ditunda untuk saat ini. Meski begitu, cukup seperti ini saja Wiseok sudah merasa penuh oleh kasih sayang Namjoon padanya dan anak mereka yang masih di dalam kandungan dan kini berusia menginjak 3 bulan. Wiseok dan Namjoon merasa sempurna—ingin seperti ini selamanya. Bukankah itu yang diinginkan setiap pasangan ketika memutuskan untuk menikah?

"Apa aku boleh mengunggahnya di akun sns-ku?" tanya Wiseok ketika mereka tengah duduk di bangku taman dengan eskrim matcha di tangannya.

"Boleh, unggah saja." Namjoon tersenyum seraya mengusap lembut puncak rambut Wiseok dan mengecup pelipisnya singkat. Lalu ia kembali menikmati eskrim vanilla dan sembari sebelah tangannya masih mengusap lembut rambut Wiseok.

"Baiklah. Hmm, aku harus memberi caption apa, ya? Ah—menikmati pagi hari dengan suamiku." Wiseok tersenyum puas lalu jemarinya dengan cepat mengunggahnya.

Tak sampai 1 menit setelah Wiseok mengunggahnya, notifikasinya berbunyi setiap detik. Ini sangat aneh, biasanya tak pernah sederas ini. Apa ia mengunggah foto yang salah? Atau caption-nya yang typo? Wiseok yang tengah bersandar di dada bidang Namjoon segera membuka pemberitahuan dan terkejut begitu membaca kolom komentar.

(Bad) Marriage Life: My Second [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang