Aku up lagi....
Ada yang kangen cerita ini?
Aku sengaja mau sering up sekarang-sekarang, mumpung tugas masih belum numpuk, jadi agak lebih santai.
Happy Reading all💕
***
"Eh, ada telfon, bentar ya guys." Ucap Yora lalu meninggalkan Yuna dan Nauval dimeja.
"Oke," jawab Nauval
Nauval berbalik, menatap Yuna yang kepalanya menunduk, dengan wajah pucat dan sedih. Nauval sedikit tidak enak, apakah dia tersinggung karena hanya bisa melihat Yora dan Nauval makan, tanpa harus ikut memakan makanan yang lezat itu.
"Yuna? Lo.... Lo kenapa?." Tanya Nauval sedikit gugup
Yuna nampak terkejut, lalu menatap Nauval dengan mata yang berkaca-kaca.
Dan bukannya menjawab, Yuna malah kabur dengan air mata yang mulai berjatuhan, membuat semua orang di restoran menatap Nauval dengan raut berupa-rupa.
"Yuna! Mau kemana?." Teriak Nauval yang kini mengejar Yuna.
"Yuna!."
"Yun! Tunggu! Hey!!."
Lagi-lagi, ketika Nauval tengah mengejar Yuna, Yuna terjatuh. Nauval, sesegera mungkin langsung menghampiri gadis itu. "Hey! Kamu ngga papa? Ada yang sakit?."
"Kamu pikir... Ada, orang jatuh.... yang ngga merasa sakit?."
Nauval sedikit kicep, ucapan Yuna memang masuk akal, "Ayok aku bantu."
***
Yora, melihat kejadian itu. Terlihat jelas dimatanya, jika Nauval merangkul Yuna.
Dia sadar, bahwa itu sangat lebay, tapi inilah perasaan Yora. Sakit, sakit, dan sakit.
"Kenapa kalian sedekat itu? Yuna, apa kamu bakalan gantiin posisi aku, sebagai orang yang dicintai Nauval?." Gumam Yora, dia lantas menyeka air matanya yang dengan lancangnya turun tanpa diperintah.
Yora memilih berjalan mendekat ke arah Yuna dan Nauval. Menepis kasar fikiran buruk kedepannya.
"Kalian kok kesini?." Tanya Yora. Melihat Ekspresi Nauval yang sedikit gugup, Yora memilih berpura-pura tidak tahu apa-apa. Itu lebih baik.
"Aku.... Aku...." Ucap Nauval terbata-bata.
"Eh iya, aku harus pergi, kalian nanti pulang sendiri ya, ada urusan penting banget. Maaf. Bye!." Potong Yora dengan sengaja.
***
"Apa aku harus datang ke rumah Zio? Apa aku harus minta maaf?."
"Tapi gengsi dong."
"Lagian, siapa suruh Zio nurut."
"Tapi ngga enak juga sama Tante Selena."
"Tapi males juga ketemunya."
"Gimana dong?."
Gumam Felia sendiri, dia merasa tidak enak, tapi rasa gengsinya lebih besar dari apapun. Jadilah dia diam dan memilih memikirkan keputusan secara matang-matang.
"Ya ampun... Apa gue telfon Zio?."
"Males ah! Gengsi!."
"Gue juga gak salah kan? Tapi kalau sama Tante Selena,.... ya ampun..."
Felia mengambil hand phone nya, lalu mencari kontak Zio disana.
"Hallo, ada apa Felia?." Ucap Zio diseberang sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS [COMPLETED]
Teen Fiction#3 - on Nauval #4 - on the twins Semua orang adalah orang yang berbeda-beda. Meskipun terlahir di rahim yang sama. Bahkan dikandung dalam waktu yang sama. Itu berbeda. Kami pun sama, kisah hidup yang kami alami, sangat berbanding terbalik dengan fi...