"Gue tu capek tau ngga, Masalah satu belom kelar, ada aja masalah lain. Lo juga si Val, rese banget, udah janji janji. Ingkar pula." gerutu Felia seraya merebahkan dirinya dikasur Nauval.
Nauvall pun mengikuti Felia lalu ikut merebahkan diri.
"Ya mana gue tau Tasya bakal balik tibatiba begitu."
"Kasian juga Tasya, dia pikir lo bakal nunggu dia sampe kapan pun."
"Lo ga kasian kegue? Dasar cewek. Gapernah mau salah."
"Yak, cewe kan emang gapernah salah Val. Kalo cewe salah, balik lagi, cewe gapernah salah."
"serah serah.."
Felia terkekeh melihat kakaknya yang sudah merajuk seperti itu. Lalu berjalan menuju kamarnya sendiri.
******
"Liat aja, gue bakal hancurin lo Nauval!!!." gumam seorang gadis
"Siapa suruh. Lo hianatin gue!!! Gue gakan tinggal diam!!!."
Gadis itu pun berjalan menuju gerbang dimana Yora berada, ia menepuk bahu Yora kemudian menyapanya
"Haii Yora?."
Yora menengok seraya memasang wajah kaget sekaligus takut
"Ka-kak Tasya?."
"Iya, ini gue Tasya. Kita temenan ya?."
"Te-temenan?."
"Iya. Kenapa? Gak mau?."
"E-e ma-mau kok. Yaudah kalo gitu aku ke halte dulu ya kak."
Sebelum Yora melangkah jauh, Tasya dengan cekatan memegang erat tangan Yora. Sungguh, perasaan Yora sudah tidak enak. Apa ini? Apakah dia akan menerkam habis Yora?
"Mau kemana? Katanya mau temenan." Kata Tasya seraya tersenyum smirk
"A-aku udah dijemput kak. Maaf yaaa."
"Mending pulang sama aku, aku akan nganterin kamu ke rumah terakhir kamu."
Deg!
Rumah terakhir? Apa maksudnya? Apa jangan jangan..... Tidak, Yora tidak boleh berfikir macam macam dan kemana mana. Tidakkkk!!!
"Ma-maksud kakak?."
Tasya tersenyum lalu seringai berfikir. "Ya kerumah kamu, kamu ngga akan pindah lagi kan dari rumah kamu?."
"Nggak kak enggak, aku bisa pulang sendiri."
"Udah, ayok ke mobil aku, tenang aja, mobil aku bagus kok."
"Tapi kak---."
"Sssttttt."
Dengan terpaksa, Yora pun mengikuti saja, namun ia tetap harus was was. Karena kapan sja Tasya bisa menerkam Yora bukan?
Tasya melirik sekilas Yora yang masih dengan sikap was was. Tentu saja, hal itu membuat Tasya semakin gemas untuk membuatnya takut.
Tasya menyentuh pundak Yora dengan halus, membuat Yora terperanjak kaget.
"Ke-kenapa kak?."
"Kamu kok diem aja sih? Kamu laper?." Ucap Tasya kalem namun terkesan mematikan
"E-enggak kak, aku cuman kepingin pulang secepatnya."
Criitttt ....
Tasya mengerem mobil secara tiba - tiba, seraya tersenyum sinis. "Serius mau pulang cepet?."
Yora membolakan matanya terkejut karena Tasya mendekatkan wajahnya. Tak dapat dipungkiri bahwa Yora sangat takut.
"Emm aku turun disini aja dehh ya kak."
"Kenapa? Kenapa harus turun disini? Kamu takut? Takut kalo aku bunuh kamu?." Karena Yora diam tak menjawab, membuat Tasya semakin gemass. Sehingga ia pun mencengkeram erat dagu Yora. "Jawabbbb!!!!!! Kalo lo gak mau gue bunuh hari ini juga. Mulai besok! Bahkan sekarang, Lo stop contak contak sama Nauval, jangan pernah lagi, lo deket deket sama Nauval!!!! Paham!!!."
"T-ta-tapi kenapa k-kak?."
"Lo masih mau nanya kenapa? Ya karena, Nauval itu punya gue. Ngerti nggak?!!!."
"Ng-ngerti."
Tasya tersenyum sinis seraya mengangkat alis kirinya, "Turun sekarang."
Yora pun turun dengan gelagapan, dan saat ia keluar, pemandangan Paling buruk di sepanjang hidupnya membuat Tora merasa matanya tertusuk.
Kuburan...
ya, itulah tempat yang kini Yora berada, jahat sekali Kak Tasya meninggalkannya di kuburan, padahal hari sudah semakin gelap.Bukannya apa apa, tapi... Yora memiliki trauma kepada makam, sebab ayahnya meninggal ketika sedang membantu memakamkan kakek Yora. Dalam fikirannya, Yora berfikir bahwa siapa yang datang ke makam, akan selamanya di makam pula.
Memang, orang lain pasti tertawa mendengar hal ini,, namun bagi Yora, hal ini ialah hal paling serius di seluruh dunia.
Yora melirik sekilas jam tangan nya yang sudah menunjukkan pukul 17.19,, padahal, sepulang sekolah tadi masih pukul 16.45. Ternyata sangat lama Yora satu mobil dengan Tasya. Yora menghela nafas sejenak lalu mundur dan berlari sekencang mungkin.
"Ini gue harus kemana..... Mama!!!!!! tolong!!!!."
Dari jalan kejalan, air matanya tak kunjung berhenti, air mata itu terus saja deras mengalir tiada henti. Entahlah, tapi hanya itu yang dapat Yora lakukan kali ini. Hingga semuanya tiba tiba menjadi gelap, membuat tubuh mungilnya tersungkur ke tanah
*******
Gadis itu melihat sekeliling yang nampak putih semua. Matanya mengerjap beberapa kali, hingga matanya dapat menatap orang orang disekelilingnya
"A-aku dimana?." Ujar gadis itu dengan polosnya
"Kamu dirumah sakit Ra." Jawab Nauval jujur
"Kenapa aku disini?."
"Tadi sore aku nemuin kamu pingsan di jalan sepi. deket kuburan."
"Sore? Tadi? Ini jam berapa?."
"Sekarang jam setengan 12 malem."
Yora mengangguk singkat lalu mengubah posisi nya menjadi duduk. "Kalian kenapa ngga pulang? Aku ngga papa kok."
"Mmm, gue ngrasa ga bisa aja ninggalin lo sendiri. Yaa entah kenapa." ujar Felia menjawab
"Mama ku kok ngga disini?."
"Ya tadi mama kamu dateng, tapi dia harus jemput tante kamu dibandara, mmm barusan banget si perginya."
"Kalian cuman bertiga kan?."
"Iya Ra, lagipun, mau sama siapa lagi coba?."
"Emm, iya sih."
"Kamu kok bisa dikuburan? Pingsan? Ada yang jahatin kamu ya?." tanya Nauval dengan seriusnya
"A-akuu, akuu--- sama Kak Tasya."
----------------------
Minal Aidzin Walfaidzin ya semua.
Tau sih ini udah seminggu setelah lebaran. Tapi baru sempet selesaiin part ini. Gatau kenapa lagi nulis selalu ada kendala.
I'm sorry...
Maaf juga karena part part aku selalu pendekkkk
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS [COMPLETED]
Ficção Adolescente#3 - on Nauval #4 - on the twins Semua orang adalah orang yang berbeda-beda. Meskipun terlahir di rahim yang sama. Bahkan dikandung dalam waktu yang sama. Itu berbeda. Kami pun sama, kisah hidup yang kami alami, sangat berbanding terbalik dengan fi...