Maaf lama ngga up😭
Ini aku up😂
Jangan lupa vote dan komen sobat NaNo....
Jangan lupa baca cerita 'Mawar Di Utara' yaaa
***
Dokter keluar dengan wajah penuh keringat, entah apa yang terjadi didalam sana, semuanya benar-benar dibuat panik oleh dokter yang tak kunjung membuka suara.
"Ibu, mari ikut keruangan saya." Ucap dokter dengan name tag Dr. Liliana.
"Baik Bu."
"Mah Yora ikut." Ucap Yora memohon
"Ayok."
***
"Apa dok? Dokter bercanda kan?" Ucap Bu Yuli tak sabaran. Beliau sangat panik mendengar pernyataan pahit dari sang dokter.
"Kenapa ibu bilang begitu? Ini bukan stand up komedi Bu, ngga mungkin saya bercanda, saya cinta pekerjaan saya."
"Astagfirullah hal'azim, Putri ku.... Kasihan Yuna, anak itu udah mendapat beban berat dengan penyakit ginjal nya. Sekarang apa lagi? Siapa yang akan mendonorkan ginjal kepada putriku Ya Allah..."
Bukannya tak mau mendonorkan ginjalnya kepada sang putri, tetapi, Bu Yuli adalah penderita tekanan darah tinggi. Selain itu, golongan darah nya berbeda dengan Yuna. Jika bisa pun, Bu Yuli akan memberikan semua ginjalnya saja asal putrinya selamat. Tidak peduli resiko untuk dirinya.
"Kenapa semuanya disini menyakiti Yuna, padahal Yuna sudah paling kami cintai, tak ada yang lain. Tapi tetap saja, anak itu menderita. Kenapa tidak ada yang berguna...."
Setelah mengajak ibunya keluar dari ruangan dokter, Yora mendengar setiap kalimat yang ibunya ucapkan begitu merasa sakit. 'Yuna sudah paling kami cintai, tak ada yang lain' . Begitu menyakitkan
tak ada yang lain, tak ada yang lain, tak ada yang lain, tak ada yang lain.
Maksudnya? Yora tidak ada?
Yora kembali berfikir, mengapa setelah ada Yuna, semua hal berubah. Mulai dari yang paling sederhana saja, mamanya, dan Nauval.
"Kalau Yuna pergi, hidupku udah ngga ada artinya lagi. Putriku, penyemangat ku, dia pergi... He.. he... He..."
"Ma, sadar, Yora ada disini, putri mama bukan cuma Yuna ma."
Bu Yuli menengok, menatap Yora dengan sendu. "Yora, ini semua gara-gara kamu Ra, kebahagiaan yang seharusnya Yuna miliki, semuanya jatuh kekamu."
Deg!
Benarkah
Benarkah
Benarkah
Benarkah ini Mama Yora yang selama ini menyayangi Yora? Bukan! Mama Yuli, berubah.
Siapa disini yang salah? Apakah Yora? Apakah Yuna? Atau Mamanya?
"Ma... Mama kok bilang begitu?" Ucap Yora sendu, kepalanya tertunduk, mencoba menerka nerka apakah ini nyata, atau tidak.
"Ya! Mama bilang begitu, kamu ngga sadar apa? Semua kesempurnaan di diri kamu sebagian adalah milih Yuna, sedangkan sebagian penderitaan yang ada di diri Yuna, seharusnya ada dikamu! Bahkan tidak sebagian Ra, seharusnya semuanya! KAMU YANG BERSALAH DALAM HAL INI! KAMU YANG UDAH BIKIN YUNA MENDERITA!!!!"
Plak!
Yora memegang pipi kirinya yang terasa begitu sakit akibat tamparan mamanya. Bukan karena tamparan belaka, tapi, mamanya menampar nya dengan alasan dialah pembawa sial bagi Yuna.
Kakinya lemas, Yora terkapar duduk dilantai. Menangis bersama pipinya yang bersemu merah.
"Mama harap kamu sadar!"
***
Yora duduk menatap lurus taman di rumah sakit. Kepalanya masih teringat dengan ucapan, bentakan dan tuduhan dari mamanya.
Bahkan rasanya, ucapan itu terus terngiang ditelinga nya.
"Aku harus apa?"
***
"Maaf Bu, apa dari pihak keluarga, tidak ada yang mengorbankan ginjal untuk Yuna?"
"Saya ngga tahu dok, apa saya aja dok?"
"Tidak bisa, ibu memiliki tekanan darah tinggi, itu akan bahaya buat ibu! Stok yang cocok dengan Yuna dirumah sakit kosong."
"Ya Ampun. Bagaimana ini???"
"Dokter dokter," teriak seorang suster seraya berlari ke arah dokter.
"Ya sus? Ada apa?"
"Sudah ada yang akan mendonorkan ginjal untuk Yuna dok."
" Alhamdulillah... Baik sus, sekarang kita bersiap."
"Siapa dok? Siapa?" Tanya Bu Yuli yang begitu senang akan kabar ini.
"Emmm, beliau tidak mau identitas nya diketahui oleh siapapun Bu."
*****
Semua tegang, semua panik, Nauval yang juga hadir kerumah sakit, untuk menunggu Yuna yang sedang berjuang didalam sana.
Nauval tak terlalu tegang dengan Yuna, yang difikirannya adalah Yora. Kenapa dia tidak ada disini? Apakah karena takut? Atau kenapa?
Setelah waktu hampir 3 jam, dokter tak kunjung keluar. Membuat Bu Yuli semakin panik. Mengira-ngira dalam hati apa yang terjadi.
Tak lama, dokter keluar dengan keringat membanjiri pelipisnya.
"Dokter, bagaimana keadaan anak saya...."
"Sebelumnya tenang dulu ya bu... Yuna sehat, dia bisa melewati operasi ini.... Hanya saja.... Gadis yang mendonorkan ginjalnya... Apakah putri ibu?"
"Putri saya? Maksudnya?"
"Iya Bu, bukannya gadis yang waktu itu menemani ibu saat keruangan saya putri ibu? Kembaran Yuna?"
"I.... Iya...."
"Iya betul, gadis itu yang mendonorkan ginjalnya kepada Yuna... Dan.... Sayangnya terjadi pendarahan saat operasi, dan maaf, saya tidak bisa menyelamatkan putri ibu."
Deg!
Deg!
"Yora? Maksudnya? Yora? Yora meninggal?"
"Benar bu, saya permisi, semoga ibu bisa tabah ya Bu. Terima dengan lapang dada..."
"Yora...."
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TWINS [COMPLETED]
Genç Kurgu#3 - on Nauval #4 - on the twins Semua orang adalah orang yang berbeda-beda. Meskipun terlahir di rahim yang sama. Bahkan dikandung dalam waktu yang sama. Itu berbeda. Kami pun sama, kisah hidup yang kami alami, sangat berbanding terbalik dengan fi...