Chika.

4.2K 196 3
                                    

Pagi hari disalah satu sekolah, tepatnya pada hari Senin. Semua siswa akan melaksanakan upacara bendera, dan menggunakan atribut lengkap, seperti topi, dasi, dan gesper. Tapi tidak dengan gadis tomboy yang baru saja datang, ia berpenampilan seadanya.

"Woy, ayo ke lapangan, malah pada santai. Heh, Lo yang dipojok cepetan ke lapang." Seru seseorang yang kemungkinan itu adalah anak OSIS.

"Ck, bawel." Ucap Vivi melewati orang tersebut. Namun tiba-tiba tangannya ditarik oleh seseorang.

"Atribut kamu ga lengkap, dasi, topi, gesper. Kenapa ga dipake?" Ucap orang itu dengan lembut dan masih menggenggam tangan Vivi.

"Males. Ribet." Ucap Vivi sambil melepas genggaman gadis itu pada tangannya.

"Ikut aku." Ucapnya.

"Ga." Ucap Vivi menolak ajakan gadis itu. Namun gadis itu tak tinggal diam, ia langsung menarik tangan hangat Vivi.

"Apaan sih woy, ga usah tarik-tarik dong anjir, sakit nih. Woy!!" Serunya tidak diindahkan oleh gadis tersebut.

Tak lama, sampailah Vivi dan gadis itu di salah satu kelas. Mungkin kelas dari gadis yang menarik Vivi.

"Sini, duduk dulu. Diem, jangan kemana-mana." Ucap gadis itu.

Vivi masih diam dan memperhatikan gerak-gerik gadis itu. Ada rasa sedikit risih dalam hatinya karena gadis itu. Lama larut dalam diam, Vivi tak menyadari bahwa gadis yang menariknya tadi sudah berada tepat di depannya, dan wajah mereka hanya berjarak beberapa centi.

"Kamu itu kalo pake atribut yang lengkap, dateng ke sekolah terlambat, ga pake dasi, ga pake topi, ga pake gesper, baju juga kusut, rambut berantakan." Omelnya pada Vivi. Vivi benar-benar tidak menyadari kehadiran gadis itu didepannya, ia terlalu asik melamun.

"Nah, udahh. Yuk kita ke lapang." Ucapnya sambil menarik lagi tangan Vivi. Namun Vivi masih belum tersadar dari lamunannya.

"Hey!!" Goyangan gadis tersebut membuat Vivi tersadar dari lamunannya. "Malah bengong, ayo ke lapang. Bentar lagi upacara dimulai." Ucapnya.

Akhirnya setelah sadar dari lamunan, Vivi berjalan mendahului gadis tersebut. Namun langkahnya terhenti saat menyadari perbedaan dalam dirinya, ohiya sekarang dia sudah lengkap dengan atribut. 'Dipakein sama dia? Tapi, kok gue ga sadar ya. Ah bodoamat lah.' Pikirnya.

Tak lama, Vivi berbalik dan menatap gadis itu yang sedang membereskan tasnya. "Makasih. Nanti gue balikin." Ucap Vivi. Setelah mengucapkan terimakasih, Vivi berjalan menuju lapang dengan atribut lengkap dan terhindar dari hukuman.

"Drun!!" Panggilan seseorang membuat Vivi langsung menghampirinya. Orang itu aneh melihat Vivi yang tak biasa.

"Bentar deh, kayanya ada yang beda dari Lo. Tapi, apa ya." Ucapnya sambil menempelkan tangan didagu. "Astaga, Badrun. Lo, tumben lengkap gini. Kesambet apaan Lo? Hahahaha." Ucapnya sambil diiringi dengan tertawa.

"Tadi ada anak OSIS yang narik gue, terus kayanya masangin atribut juga ke gue. Pas gue sadar badan gue udah lengkap sama atribut ini." Ucap Vivi.

"Anak OSIS? Yang mana?" Tanyanya.

"Tuh, yang jaga deket lapang." Ucapnya, sambil melirik gadis itu sebentar.

"Lo ditolongin sama dia?" Tanyanya pada Vivi, dan hanya dibalas anggukan. "Dipakein juga sama dia?!" Lagi, hanya dibalas anggukan oleh Vivi.

"Kenapa emang?" Tanya Vivi pada temannya itu.

"Dia itu banyak yang suka, primadona disekolah ini, anak dari pemilik yayasan, ayahnya pebisnis terkenal, bundanya desainer hebat, kakaknya pemain basket terkenal disekolah ini, dan dia itu model." Ucap temannya.

Tentang Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang