Hiduplah untukku.

987 107 3
                                    

Mereka sudah sampai dirumah sakit, menunggu dokter yang sedang memeriksa keadaan Vivi. Cemas, khawatir, takut, bimbang. Chika terus menangis dalam pelukan Dey, geng iblisnation hanya menatap iba pada Chika.

"Udah, Chik. Kalau lo nangis gini, ntar Vivi marahin kita." Ucap Dey yang sedang menenangkan Chika.

"A-aku ta-takut di-a kenapa-napa, Dey." Ucap Chika sambil menangis.

"Keluarga Viona Fadrin?" Dokter keluar. Mereka yang ada disana langsung menghampiri dokter.

"Keluarganya belum kesini, dok. Tapi kita temen deket dari Viona Fadrin." Ucap Gito, dokter pun mengangguk.

"Dua orang bisa ikut saya ke ruangan?" Tanya dokter.

"Saya aja, dok." Ucap Gito.

"Saya juga." Ucap Vino, dokter pun mengangguk.

"Kalian tunggu disini, jagain Chika ya." Ucap Vino, kemudian pergi menyusul dokter dengan Gito.

Dalam perjalanan menuju ruang dokter, Gito dan Vino hanya diam dengan pikiran masing-masing.

"Silahkan duduk." Ucap dokter, Gito dan Vino pun duduk.

"Gimana dok keadaan pasien?" Tanya Gito.

"Sebelumnya pasien mengalami keretakan biasa dan belum fatal." Ucap dokter.

"Sekarang gimana, dok?" Tanya Vino.

"Keretakan dipunggungnya sudah fatal, pasien harus dioperasi secepatnya." Ucap dokter.

"Operasi?" Tanya Vino dibalas anggukan oleh dokter.

"Tap-"

"Dokter, bagaimana keadaan anak saya?!" Teriak Veranda yang baru saja masuk. Vino dan Gito menoleh terkejut dengan kehadiran Veranda.

"Tante, tenang dulu." Ucap Gito.

"Gimana Vivi, Git? Dia ga apa-apa kan?" Tanya Veranda yang mulai meneteskan air matanya.

"Tante duduk dulu, biar dokter yang jelasin." Ucap Vino, Veranda pun duduk.

"Orang tua pasien?" Tanya dokter, Veranda menganggukkan kepalanya.

"Keretakan dipunggung pasien sudah fatal, Bu. Kita harus melakukan operasi secepatnya." Ucap dokter.

"Apapun itu, tolong lakukan yang terbaik untuk anak saya." Ucap Veranda.

"Tapi..."

"Tapi apa, Dok?" Tanya Gito.

"Operasinya kemungkinan kecil berhasil." Ucap dokter.

"Saya mohon, tolong selamatkan anak saya." Sendu Veranda, air mata sudah mengalir di pipi Veranda.

"Tante, konsekuensinya?" Tanya Vino.

"Apapun konsekuensinya, Tante cuman pengen Vivi kembali buat kita. Kalau pun tuhan lebih sayang dia, akan Tante relakan dia berada disisi Tuhan." Ucap Veranda.

"Baiklah, kami akan menyiapkan untuk operasi." Ucap dokter, Veranda pun mengangguk.

Gito, Vino, dan Veranda pun keluar dari ruang dokter. Pikiran mereka tentang Vivi kedepannya terus terbayang.

Veranda menatap anaknya yang penuh dengan alat-alat ditubuhnya, ia hanya menatap dari balik pintu. Air matanya terus mengalir membayangkan anaknya.

"Tante, kita mau ke kantin dulu." Ucap Gito, Veranda hanya tersenyum.

Tersisa Veranda dan Chika yang ada didekat ruangan Vivi, Chika sudah berhenti menangis, namun sekarang ia diam dan melamun.

"Hey, kamu kok ngelamun?" Tanya Veranda.

Tentang Kita.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang